Lila merasa, selama dua tahun pernikahan, dirinya hanya dijadikan pemuas nafsu belaka oleh Sean, yang tidak ingin memiliki anak darinya. Sementara di sisi lain, tekanan dari ibu mertua untuk segera memiliki keturunan terasa semakin mencekik. Hinaan, cacian, bahkan sebutan mandul menjadi langganan di telinganya, terasa menghancurkan mentalnya. Di antara harapan dan kenyataan yang bertolak belakang, akhirnya Lila memutuskan untuk mengakhiri semua. Lalu apa jadinya saat mereka kembali dipertemukan setelah beberapa bulan setelah perceraian, dan ternyata Lila dalam keadaan hamil? “Apa sebutan yang paling tepat untuk istri yang digauli tetapi tidak pernah ada keinginan untuk menabur benih di rahimnya? Ya, pemuas nafsu belaka jawabnya.” – Delilah Aurora Fatma “Aku melakukan semua ini, karena tidak ingin kau merasakan luka yang lebih dalam lagi.” – Sean Mahendra Wismoyojati
View MoreDelisa berdiri di sudut ruangan, terpesona oleh sosok Sean yang tengah berbicara dengan Rangga sambil menggendong Brilian. Sean tampak begitu gagah dalam stelan jasnya, dengan senyum hangat yang sesekali menghiasi wajahnya saat Brilian menggeliat di pelukannya.Sean tampak seperti pria sempurna, sosok suami dan ayah yang diimpikan banyak wanita.Tatap mata Delisa tersita pada Sean, membayangkan betapa beruntungnya sang kakak memiliki pria seperti itu di sisinya. Namun, lamunannya tiba-tiba buyar ketika Lila menghampirinya dari arah belakang.“Lisa!” seru Lila dengan antusias, langsung memeluk adiknya.Delisa terkejut namun segera membalas pelukan itu dengan hangat. Lila menatap wajah Delisa penuh kekaguman, lalu berkata dengan nada menggoda.“Kamu cantik banget malam ini. Pasti bakal banyak pria yang tergoda.”Delisa tersipu dan tersenyum kecil mendengar pujian dari sang kakak. Belum sempat Delisa mengeluarkan kata-kata, Lila kembali melanjutkan kalimatnya dengan nada serius.“Tapi in
Suasana ballroom hotel Bintang lima yang sudah didekorasi dengan nuansa klasik memancarkan kemewahan nan elegan. Lampu kristal besar bergantung megah di langit-langit, memantulkan cahaya lembut yang membuat ruangan terlihat berkilauan.Dekorasi bunga mawar putih dan lilac menghiasi setiap sudut, memberi sentuhan elegan yang tak terbantahkan. Kursi-kursi tamu berjajar rapi, dilapisi kain satin putih dengan pita ungu muda yang serasi.Di tengah suasana khidmat itu, suara lantang penghulu memecah keheningan.“Sah?” tanyanya dengan tegas. Serentak para saksi menjawab, “Sah!” Suara itu menggema, membawa kelegaan dan kebahagiaan yang seolah memenuhi seluruh ruangan.Tak lama, seluruh tamu serempak mengucapkan “Amin,” diiringi senyum dan tepukan tangan yang hangat. Nadya, yang kini resmi menjadi istri Rangga, menundukkan kepala, matanya berkaca-kaca menahan haru. Rangga, duduk di sampingnya, tampak lega dan tersenyum bangga.Momen itu menjadi awal dari kehidupan baru bagi Rangga dan Nadya, d
Hari bahagia Rangga dan Nadya akhirnya tiba. Langit cerah seperti memberkati momen yang dinanti-nanti banyak orang ini.Di sebuah ruangan penuh cahaya lembut, Nadya duduk di depan cermin besar, menerima polesan terakhir dari penata rias yang memastikan setiap detail kecantikannya sempurna. Gaun putihnya memancarkan keanggunan, membuatnya tampak seperti ratu di hari pernikahannya.Setelah sang penata rias selesai, Lila mendekat, matanya berbinar-binar melihat sahabatnya yang begitu menawan."Kamu cantik sekali, Nadya," ucap Lila penuh kagum. Kenangan saat pernikahannya dahulu kembali melintas.Nadya tersenyum tipis, tetapi senyuman itu tidak sepenuhnya menyentuh matanya.Lila memperhatikan ekspresi Nadya dengan saksama. Ada sesuatu yang tidak bisa disembunyikan sahabatnya, meskipun ia sudah berusaha keras untuk terlihat bahagia.Hati Lila berdebar-debar, dipenuhi rasa khawatir. Ia mendekat lebih dekat, duduk di samping Nadya, lalu dengan lembut bertanya, “Apa ada yang masih mengganjal
Di ruang kerja yang penuh dengan suasana santai, Rangga duduk di belakang meja dengan beberapa berkas yang tersusun rapi. Di depannya, Alex berdiri dengan tangan terlipat, memperhatikan Rangga yang sibuk memberi instruksi."Alex, ini hari terakhirku sebelum cuti panjang. Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar selama aku tidak ada," kata Rangga, suaranya tenang namun tegas.Alex mengangguk. "Ya, Pak Rangga. Apa saja yang perlu saya perhatikan?"Rangga memutar layar laptopnya, menunjukkan beberapa file. "Ini daftar pekerjaan yang harus kamu awasi. Fokus utamanya ada pada proyek merger ini. Pastikan semua dokumen sudah selesai sebelum tenggat waktu."Alex mencatat dengan cepat di buku kecilnya."Dan satu hal lagi," tambah Rangga, menatap Alex serius. "Kalau Sean sedang marah, jangan terlalu diambil hati. Dia bos besar kita, dan tekanan yang dia hadapi kadang membuat emosinya meledak. Tapi selama dia tidak merendahkan harga dirimu, kamu harus tetap profesional."Alex tersenyum tipi
Sean menekan tombol di ponselnya, berbicara dengan nada tegas namun santai. “Titipkan saja berkasnya di pos satpam. Nanti orangku akan mengambil ke rumah,” katanya sebelum mengakhiri panggilan.Setelah meletakkan ponselnya di meja, Sean menekan tombol interkom dan memanggil sekretarisnya. Tak lama, Alex, sekretarisnya yang selalu sigap, masuk ke ruangan.“Ya, Pak?” tanya Alex dengan sopan, berdiri tegak di depan meja kerja Sean.Sean langsung memberikan instruksi, suaranya serius namun tetap tenang. “Alex, berkas yang kita butuhkan untuk meeting nanti siang tertinggal di rumah. Aku sempat membawanya saat makan siang tadi, tapi lupa memasukkan kembali ke tas. Tolong kamu ke rumahku sekarang, ambil di pos satpam. Berkasnya akan dititipkan di sana.”Alex mengangguk cepat. “Baik, Pak. Saya berangkat sekarang.”“Jangan ganggu istri saya!” ucap Sean dengan tegas dan terdengar penuh ancaman.“I iya, Pak!” Alex terlihat ketakutan. Mana berani Alex mengganggu istri bosnya yang galak tersebut.
Lila berdiri di depan cermin panjang, memandang pantulan dirinya dalam gaun satin berwarna biru tua yang elegan. Gaun itu dirancang dengan detail lipatan halus di bagian pinggang dan potongan bagian leher berbentuk sabrina yang agak rendah. Meski wajahnya dihiasi senyum tipis, matanya menyiratkan keraguan.Sean duduk di sofa dekat cermin, pandangannya tajam namun tak banyak bicara. Wajahnya yang serius membuat Lila merasa tidak percaya diri.“Sean, gaunnya kurang cocok, ya?” Lila bertanya ragu, melirik Sean dari cermin. “Ini rekomendasi langsung dari yang punya butik lho.”Sean tidak menjawab. Ia berdiri dan berjalan mendekat, hingga berdiri tepat di belakang Lila. Tatapan mereka bertemu dalam pantulan cermin, dan Sean meletakkan kedua tangannya di bahu Lila.“Katanya model ini untuk menutupi perutku yang masih buncit,” ucap Lila sambil menunduk karena merasa kurang percaya diri.Meskipun dokter sudah mengatakan jika bekas jahitan sembuh, tetapi Lila belum berani menggunakan korset un
Dengan langkah tergopoh-gopoh, Delisa memasuki lobi kantor Mahendra Securitas yang megah. Matanya sibuk memindai ruangan sambil menahan gugup. Dia tahu ini adalah hari pertamanya bekerja, dan dia tidak ingin membuat kesan buruk.Delisa mendekati meja resepsionis, seorang wanita berpenampilan rapi dengan senyum profesional menyambutnya. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"Delisa menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Pagi. Saya Delisa, karyawan baru. Saya diberitahu untuk melapor hari ini."Resepsionis itu membuka buku catatan kecil di mejanya, matanya memindai daftar nama. "Ah, ya. Mbak Delisa, Anda sudah ditunggu oleh Bu Sekar di ruangannya."Mendengar nama itu, Delisa membelalakkan mata. "Bu Sekar? Maksudnya ... Sekar Wismoyojati?""Ya, beliau CEO di sini," potong resepsionis dengan ramah. "Ruangannya ada di lantai dua, belok kanan dari lift."Delisa mengangguk perlahan, pikirannya kalut. Sekar adalah ibu mertua Lila, kakaknya. Dia tahu betul bagaimana Sekar, seorang wan
Malam itu, setelah Sekar pulang Brilian tertidur pulas di kamar bayi, Sean dan Lila berbaring di kamar mereka. Lampu kamar redup memberikan suasana yang tenang, namun pikiran Sean masih penuh dengan berbagai rencana.Sean memandang Lila yang masih berbalas pesan dengan ponselnya. Setelah ponsel Lila aktif, ternyata banyak notifikasi pesan. Hanya beberapa yang dia anggap penting yang di balas, terutama dari orang tuanya. Di tengah kesibukan Lila, Sean memulai pembicaraan."Lil," panggil Sean dengan suara lirih dan terdengar ragu."Hm?" sahut Lila tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya."Aku berpikir untuk mengajak Mama tinggal bersama kita," ujar Sean, suaranya penuh pertimbangan.Lila menoleh ke arah Sean sebentar. Setelah mengirim pesan yang sudah dia tulis, Lila meletakkan ponselnya di nakas dalam keadaan di nonaktifkan. Dia sadar apa yang akan dibicarakan oleh suaminya sangat serius dan penting.Lila menatap Sean dengan lembut. "Kenapa tiba-tiba kepikiran itu?"Sean menghela
Dengan hati-hati, Lila membuka amplop itu. Matanya membesar begitu membaca isinya."Konten kreator terbaik bidang edukasi ekonomi?" Lila membaca perlahan, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Aku masuk nominasi? Ini tidak salah, kan, Ma?"Sekar mengangguk, wajahnya memancarkan kebanggaan. "Iya, kamu masuk nominasi, Lila. Itu bukan hal kecil. Mama sangat bangga padamu." Sekar memeluk Lila dengan hangat.Sekar tidak pernah menduga, masa-masa sulit yang Lila jalani saat bercerai dengan Sean membuahkan hasil yang tidak terduga.Sekar mengurai pelukannya, dengan senyum lebar dia menatap wajah Lila. “Kamu perempuan hebat, mama tidak salah memilih pendamping untuk Sean.” Sekar melabuhkan kecupan setelah mengakhiri kalimatnya. “Sean pasti bangga kalau tahu berita ini.”Lila tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia menggeleng samar, masih dalam keterkejutannya dan tidak percaya.“Saya benar-benar tidak pernah mengira ini akan terjadi. Banyak hujatan di setiap video saya, y
“Kau tahu, kecerdasan itu diturunkan dari ibunya?” Lila mengangguk mengiyakan ucapan Sekar, ibu mertuanya. “Itu sebabnya mama memilihmu untuk menjadi istri Sean, untuk melahirkan keturunan-keturunan yang cerdas bagi keluarga Wismoyojati.” Dahulu Lila adalah salah satu mahasiswa pintar yang mendapatkan beasiswa dari perusahaan Wismoyojati. Saat magang di perusahaan itu, Lila menunjukkan kinerja yang sangat baik, hingga membuat Sekar begitu tertarik kepada dirinya. Bahkan untuk bisa mendapatkan dirinya saat itu, Sekar membanjiri keluarga Lila dengan begitu banyak hadiah, agar Lila bersedia menikah dengan Sean, putra tunggalnya. “Tapi setelah mama pikir-pikir, setelah dua tahun pernikahan kalian, apa gunanya memiliki menantu yang cerdas kalau ternyata mandul?” Lila menunduk menyembunyikan kegetiran hatinya. Setelah dilambungkan setinggi langit, lalu dijatuhkan hingga hancur berantakan. “Sean adalah pewaris tunggal di keluarga Wismoyojati, apa jadinya jika dia tidak memiliki ke...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments