Beranda / Romansa / Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal / 2. Waktunya untuk Mengakhiri Semua

Share

2. Waktunya untuk Mengakhiri Semua

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-21 14:02:00

Seburuk inilah komunikasi antara Lila dan dan Sean. Sampai Sean lupa memberi tahu tentang pengumuman brand ambassador produk baru perusahaan mereka. Hati Lila merasa tercubit, keberadaanya sama sekali tidak dianggap, bahkan untuk acara sebesar ini dirinya tidak dilibatkan sama sekali. Jangankan dilibatkan, diberi tahu pun secara mendadak.

Lila membuka lemari pakaiannya, tampak kebingungan karena tidak ada satu pun pakaian yang sesuai dengan dress code dalam undangan yang baru saja Sean kirim memalui aplikasi perpesanan. Satu jam lagi acara dimulai, sudah tidak ada waktu untuk ke butik atau memesan secara online. Lila harus bisa memaksimalkan pakaian yang ada.

Seperti apa yang sudah Lila duga, penampilannya akan menjadi pusat perhatian. Bukan karena penampilannya yang penuh pesona, tetapi karena dia mengenakan pakaian yang sudah pernah dia gunakan di acara sebelumnya.

"Lihat, bukankah itu gaun yang sama dengan yang dia pakai di acara amal bulan lalu?" bisik seorang perempuan kepada temannya, diikuti oleh tawa kecil.

“Biasa, orang dari kalangan bawah. Dulu buat makan saja susah, apalagi buat beli baju,” celetuk perempuan yang lainnya, diikuti suara gelak tawa yang sangat merendahkan. “Jadi sekarang, dia punya baju bagus langsung buat andalan. Dipakai di semua acara.”

Lila, yang mendengar bisikan-bisikan tersebut, berusaha tenang. Dia menyadari bahwa di dunia yang penuh dengan kemewahan kehidupan kalangan atas, pakaian yang dikenakan adalah sebuah prestise tersendiri.

“Dengar-dengar katanya dia mandul.” Terdengar suara lain menimpali, menambah sesak rasa hati Lila.

Ingin rasanya mengabaikan suara-suara sumbang itu, tetapi telinganya sudah terlanjur mendengar, dan hatinya terasa tersayat dan berdarah.

“Untuk acara perusahaan sepenting ini, bisa-bisanya kamu datang terlambat.” Sekar langsung menyambut kedatangan Lila dengan cibiran.

Sekar mengernyitkan dahinya menatap Lila dengan saksama, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu dia mendengus kesal melihat penampilan menantunya. Lila tetap cantik, elegan dan berkelas seperti biasanya. satu kesalahannya, dia mengenakan pakaian yang sudah pernah digunakan.

“Jangan seperti orang susah! Apa kau tidak punya uang untuk membeli baju baru? Apa uang yang diberikan Sean kepadamu masih kurang?” cecar Sekar dengan suara lirih tetapi penuh penekanan. Dia sadar saat ini mereka sedang menjadi sorotan.

“Maaf.” Satu kata lolos dari bibir Lila. Tidak ada pembelaan, bahkan untuk menyalahkan Sean yang memberi tahu secara mendadak pun hanya akan membuat Lila semakin tersudut.

“Lady Di dan Kate Middleton sebenarnya pernah menggunakan pakaian yang sama dalam acara yang berbeda, tapi mereka pinter dalam mix and match. Nggak seperti kamu, plek ketiplek jadi kaya pakai pakaian usang. Nggak malu sama IPK?”

Lila hanya mendesah pasrah membiarkan ibu mertuanya mengeluarkan segala kata hinaan untuk dirinya. Membantah hanya akan memperparah masalah. Awalnya Lila menganggap salah kostum adalah sebuah kesalahan kecil, tetapi ternyata hal itu membuka lebar pintu hinaan untuk dirinya.

Hingga tiba saat acara puncak, dengan gagah dan penuh kharisma Sean naik ke panggung dan memulai pidatonya. Di sana, Sean menjadi pribadi berbeda dengan yang Lila kenal setiap hari, penuh kehangatan dan ramah dengan orang-orang di sekitarnya.

“Para hadirin yang terhormat, dengan bangga saya memperkenalkan brand ambassador baru kami, Miranda Manuella,” ucap Sean dengan suara penuh antusiasme. “Sebagai artis berbakat dan penuh talenta, Miranda telah menunjukkan dedikasi dan profesionalisme yang luar biasa di setiap karyanya. Kami yakin, dengan kehadiran Miranda, produk terbaru kami akan semakin dikenal dan dicintai oleh masyarakat luas.”

Tepuk tangan riuh mengiringi langkah Miranda saat ia naik ke panggung, senyum cerahnya menyapa seluruh hadirin dengan pesona yang tak terbantahkan. Gemuruh tepuk tangan bersahutan dengan puja-puji untuk Miranda. Pesona ragawi yang sangat memukau, adalah pilihan tepat untuk mempromosikan produk baru perusahaan Wismoyojati.

“Kau tahu siapa dia?” tanya Sekar di tengah keriuhan, reflek Lila mengangguk karena Miranda adalah artis yang sedang naik daun. “Miranda Manuella, dia cantik, pinter juga. Lulusan luar negeri, IPK-nya pun nggak kalah sama kamu, summa cumlaude.”

Tidak henti Sekar memuji brand ambassador baru perusahaannya.

“Ayahnya seorang pengusaha sukses, memiliki perusahaan tambang di beberapa daerah. Selevel dengan keluarga Wismoyojati. Lihatlah perawakannya, dia terlihat begitu subur dan sepertinya tidak mandul. Berbeda dengan anak sopir taksi. Mungkin karena kurang gizi dan stunting, jadinya mandul.”

Ternyata hinaan untuk hari ini belum berakhir. Sekar masih memiliki segudang kosakata untuk menghancurkan mental Lila. Dan tampaknya berhasil, menyinggung pekerjaan orang tuanya, adalah penghinaan terdalam yang harus Lila telan. Lila sadar, dahulu dia hanya gadis miskin yang dipungut dan dilambungkan oleh Sekar, dan dia harus bersiap jika sewaktu-waktu dihempaskan begitu saja.

Acara malam ini berlangsung dengan sukses. Lila ikut bahagia, melihat rasa bangga dan kelegaan di wajah Sean saat para tamu undangan tampak puas dan antusias dengan produk barunya. Satu per satu tamu mulai pergi termasuk Sekar, tetapi Sean masih berdiri di panggung, berbincang dengan beberapa kolega dan Miranda.

Niat hati menghampiri Sean untuk mengajak pulang bersama, tetapi Lila justru disuguhi pemandangan yang menyesakkan dada. Lila yakin ini bukan lagi bagian dari profesionalitas, saat Sean dan Miranda berbincang sambil bercanda dengan romantisnya.

Lengan Sean melingkar di pinggang ramping Miranda, saat berbicara dia mendekat dan menempelkan bibirnya di telinga Miranda membisikkan sesuatu. Miranda tertawa lebar sambil mendongakkan kepala, hingga bibir Sean menyentuh leher jenjang artis cantik itu.

“Private party?” Suara Miranda merdu mendayu, terdengar manja dan menggoda. “Sepertinya sangat menyenangkan.”

Sean hanya mengangguk sambil tersenyum tipis kepada Miranda.

Marah? Cemburu? Lila merasa tidak berhak saat menyaksikan kedekatan Sean dan Miranda yang begitu intim. Seakan-akan mereka berdua adalah pasangan yang sesungguhnya, bukan Lila dan Sean.

Sean tertawa, suaranya yang berat terdengar akrab dan nyaman. Sebagai seorang istri, Lila tidak pernah merasakan keakraban seperti itu. Sean selalu serius, dingin, dan menjaga jarak. Tetapi bersama Miranda, Sean berubah menjadi sosok yang hangat dan begitu romantis.

Lila menghentikan langkahnya. Napasnya terhela panjang dan terasa sesak. Hingga memunculkan praduga, mungkin ini penyebab Sean selalu bersikap dingin dan tidak ingin memiliki anak darinya. Sean sudah memiliki cinta yang lain, dan dia tidak ingin mengkhianati hatinya.

Dengan tatap mata nanar, Lila menyaksikan Sean dan Miranda yang semakin menjauh. Pintu lift terbuka, lalu keduanya memasuki dengan langkah seirama dan tangan saling bertautan. Sean dan Miranda membalikkan tubuh hingga menatap pintu lift yang perlahan mulai menutup.

Tanpa sengaja tatap mata Lila dan Sean saling beradu. Tidak ada rasa bersalah, Sean justru semakin mengencangkan lengannya yang membelit erat pinggang Miranda. Sebelum pintu tertutup sempurna, dengan senyum lebar Miranda bersandar manja di bahu Sean.

Lila terpaku di posisinya berdiri. Setelah berjuang tetap tegar dengan segala hinaan dari Sekar, Lila menutup hari ini dengan tetesan air mata. Pemandangan yang menghancurkan hatinya, kehangatan yang ditunjukkan Sean kepada Miranda adalah sesuatu yang sangat dia rindukan. Namun, Sean memberikan kepada perempuan lain.

“Mungkin sudah waktunya untuk mengakhiri semua,” ucap Lila pada dirinya sendiri.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Nyesek bacanya...lebih baik tinggalkan laki modelan Sean
goodnovel comment avatar
Nur Elly
Haduh hati ku yg ikut nyesek bacanya...berpisah jln terbaik untuk mu Lila.
goodnovel comment avatar
Neni Hendrawati
alur cerita baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   3. Ceraikan Aku!

    Lila membiarkan dingin menyelimuti tubuhnya. Malam yang semakin larut membuatnya kesulitan mendapatkan taksi. Ingin rasanya memesan satu kamar di hotel ini untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya, tetapi mengingat ada Sean dan Miranda di kamar yang lain membuat Lila ingin sesegera mungkin meninggalkan hotel bintang lima tersebut.“Sendiri?” Suara bariton yang tak dikenal itu membuyarkan lamunan Lila.Lila segera menyeka air matanya, berusaha menyembunyikan kesedihan dari orang yang tidak dia kenal. Ia berbalik dan melihat seorang pria tampan dengan sorot mata tajam namun ramah.“Butuh tumpangan ... Nyonya Wismoyojati?” tanyanya sambil tersenyum.“Tidak, terima kasih.” Degup jantungnya semakin kencang. Bukan karena terpesona dengan pria tampan di hadapannya, tetapi ada ketakutan tersendiri saat bertemu dengan orang asing pada saat malam merayap berganti hari.“Mau saya temani sampai mendapatkan taksi?” Pria itu menawarkan lagi, nada suaranya tulus dan tenang.“Tidak perlu,” tolak Lila

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   4. Menyerah

    “Ini bukan tentang Ryan atau pun Miranda, ini tentang kita yang memang tidak bisa hidup bersama.” Lila berusaha tetap tenang menghadapi Sean. Entah apa yang membuat suaminya menunjukkan sikap berlebihan dengan sosok Ryan Aditya Mahendra.“Berapa yang kau minta?”Lila menunduk menyeka air mata. Apa pun tentang dirinya, Sean anggap bisa dinegosiasikan dengan uang. Segala urusan bisa diselesaikan dengan uang, termasuk urusan ranjang. Serendah itu Lila di mata Sean, anak sopir taksi yang menerima lamaran Sekar untuk dirinya. Jika bukan demi harta, lalu apa lagi?“Aku tidak menginginkan apapun.” Tenggorokan Lila terasa kering, hingga dia harus menelan ludah untuk bisa melanjutkan kalimatnya. “Tak masalah, tanpa ada gono-gini, asal kita berpisah.”“Jangan pernah membicarakan tentang perceraian lagi, atau aku akan menghentikan uang untuk pengobatan ayahmu.”Ancaman yang terasa begitu mengiris hati Lila. Bukan bermaksud tidak berbakti kepada orang tua, tetapi Lila merasa sudah di ambang batas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   5. Pelampiasan Nafsu Semata

    Lila menggelengkan kepala, yang dia inginkan saat ini hanya kebebasan, mencari kebahagiaannya sendiri, lepas dari sangkar emas keluarga Wismoyojati. Anggap saja Lila egois, tetapi dia hanya ingin menjaga kewarasannya, baik jiwa maupun raga. Sudah cukup hinaan dari Sekar dan pengabaian dari Sean, sudah cukup selama dua tahun, tubuhnya disentuh tanpa cinta.“Sudah banyak yang saya dapatkan dari keluarga ini, bukan hanya harta benda, tetapi juga ilmu dan kesehatan ayah saya. Saya tidak memiliki apa pun untuk memberi balasan yang sepadan, jadi saya tidak akan mempersulit keinginan mama dan Sean untuk segera memiliki penerus bagi keluarga ini.”Sekar tersenyum lega mendengar ucapan Lila. Permintaan Lila adalah harapannya selama ini. Jika Lila tidak ingin mempersulit, Sekar akan semakin mempermudah perceraian itu terjadi. Apa pun akan dia lakukan untuk bisa segera memiliki cucu, dan perceraian Lila dengan Sean adalah langkah awal.Saat ini di kepala Sekar sudah dipenuhi perempuan-perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   6. Amarah dan Gairah

    Lila merasakan napas panas Sean yang mengalir di telinganya, membuat tubuhnya semakin tegang. Posisinya yang terjepit di antara dinding dan tubuh Sean membuatnya merasa tidak berdaya. Segala ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini ia coba pendam kini muncul ke permukaan.Di tengah segala kepedihan dan rasa terhina, ada dorongan kuat dalam hatinya untuk melawan. Ini bukan hanya tentang keinginan untuk bebas, tapi tentang menjaga sisa-sisa harga dirinya yang hampir terkikis habis oleh pernikahan yang hambar dan tidak memiliki masa depan.“Aku tidak mencari pria lain, Sean,” jawab Lila dengan suara yang hampir tidak terdengar, tetapi ada ketegasan di balik kata-katanya. “Aku hanya ingin keluar dari hubungan yang sudah tidak sehat ini. Kita berdua tahu bahwa ini tidak bisa dilanjutkan. Kau tidak mencintaiku, dan aku membebaskanmu mencari cinta dan kebahagiaan dengan wanita lain.”Sean menyipitkan matanya, tatapan mata yang merendahkan Lila, mencoba mencari celah untuk menyerang. “Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   7. Luka Fisik dan Psikis

    Puncak kenikmatan itu tidak berlangsung lama, suara desah yang sempat terdengar di telinga Sean kini berubah menjadi isak tangis yang memilukan hati. Sean baru menyadari jika dirinya baru saja melakukan sebuah kesalahan besar. Amarah dan gairah yang menjadi satu membuatnya lupa dengan kebiasaannya selama ini.Sean duduk di sudut sofa dengan penampilan yang berantakan sambil mengatur napasnya. Dia yang belum sempat merapikan diri hanya menutupi tubuh bagian bawahnya dengan kemeja. Sekejab matanya menangkap gerakan Lila yang melangkah tertatih menuju kamar. Suara pintu tertutup yang diikuti tangis menyayat hati membuat Sean semakin bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Setelah berhasil menenangkan diri, Sean berdiri hendak menuju ke kamar Lila dan meminta maaf. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat surat keterangan medis milik Lila di atas meja. Sean memunggut surat itu dan bergegas membukanya.“Sialan!” gumam Sean, melampiaskan rasa kesalnya.Dengan penuh amarah Sean langsung mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   8. Sebuah Rencana

    Sekar tiba di apartemen putranya dengan perasaan campur aduk. Lila menghubunginya meminta tolong sambil menangis hingga. Firasatnya mengatakan ada sesuatu hal genting sedang terjadi.Benar saja, saat membuka pintu apartemen, Sekar langsung disambut oleh pemandangan yang memprihatinkan. Lila duduk di sofa dengan wajah pucat, bekas lebam menghiasi wajahnya, membuat Sekar tercekat."Lila, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Sekar dengan suara pelan tapi penuh emosi. “Apa Sean yang melakukan ini semua?”Lila mengangguk lemah. "Ya Ma. Sean yang melakukannya." Lila menunduk menyeka air matanya.Sekar terdiam, hatinya bergetar. Ia tidak bisa langsung percaya bahwa putranya, yang selalu dia banggakan, bisa memperlakukan istrinya seperti ini. Tapi apartemen mereka memiliki sistem keamanan yang sangat ketat. Tak mungkin ada orang lain yang masuk tanpa izin Sean."Apa maksudmu, Lila?" Sekar bertanya, setengah berharap ada penjelasan lain yang masuk akal.Lila menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   9. Sekar Berusahan Meyakinkan Sean

    Waktu tidak bisa mengikis amarah di hati Sean. Mengawali hari dengan buruk membuat Sean tidak bisa bekerja dengan baik. Kepalanya masih dipenuhi dengan peristiwa tadi malam, sehingga tidak bisa maksimal dalam bekerja.Sean tidak pernah menduga istrinya yang selama ini selalu patuh dan penurut tiba-tiba meminta cerai darinya. Dan itu terjadi setelah pertemuan Lila dengan pria lain. Hingga dia sampai melakukan sesuatu yang diluar batas. Meskipun tumbuh dalam didikan yang keras, tetapi Sean tidak pernah diajarkan untuk ringan tangan terhadap perempuan.Apakah ini semua karena cemburu? Hati Sean menyangkalnya. Tetapi sebagai seorang pria, Sean merasa harga dirinya diinjak-injak saat Lila dengan begitu enteng meminta cerai, seolah dirinya adalah pria yang tidak berguna.Keinginan pulang lebih awal agar bisa melihat keadaan Lila tampaknya harus tertunda sementara waktu. Sekar memintanya untuk datang, ada urusan penting katanya.“Apa yang ingin mama bicarakan?” tanya Sean tanpa basa-basi, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   10. Menempuh Jalan Lain

    Setelah berbicara panjang dengan sang mama, kini Sean menuju ke rumah sakit tempat Lila di rawat. Berulang kali Sean memukul kemudi untuk meluapkan rasa kesal di hatinya. Pikiran tentang Lila memenuhi kepalanya, membuat jantungnya berdetak kencang. Setiap meter yang dilalui terasa seperti beban yang semakin berat di dadanya."Aku harus menyelesaikan ini," gumamnya, berulang kali. Kecepatan mobilnya bertambah, seolah waktu tak memberinya pilihan untuk menunggu lebih lama.Setibanya di rumah sakit, Sean bergegas menuju ke ruang perawatan Lila sesuai yang diiformasikan oleh Sekar. Kepala Sean terasa penuh oleh berbagai beban, mulai dari ancaman perceraian hingga ancaman skandal yang bisa menghancurkan reputasinya. Tetapi, di balik semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi prioritas di benaknya, Lila. Sean bertekad untuk berbicara dengan istrinya, mencari solusi atas kekacauan ini. Sean tidak ingin pernikahan mereka berakhir dengan cara seperti ini.Namun, kala Sean tiba di depan ruang p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   407. Ibu Baru

    Ryan tertawa lepas di hadapan Sekar, sungguh dia tidak menduga perempuan tegar di hadapannya memiliki selera humor yang cukup aneh baginya.“Apa salahnya kau menitipkan Renasya di rumah ini. sekaligus mendekatkan Brili dan Rena, bagaimana pun mereka itu saudara,” ucap Sekar dengan ekspresi wajah yang datar, meski Ryan belum bisa menghentikan tawanya.“Bukan masalah yang itu,” sahut Ryan sambil menahan tawa.“Ya, apa salahnya kalau kamu menikmati bulan madu bersama Rina untuk melepaskan semua kesedihan?” Sekar terdiam menunggu jawaban dari Ryan.Ryan mengalihkan pandangan sambil menyembunyikan senyum. Ayah satu anak tidak pernah menduga jika dia bisa tertawa lepas bersama Sekar.“Apa salahnya Renasya memiliki adik? Biar dia tidak kesepian.”“Tidak ada yang salah,” jawab Ryan dengan kepala menunduk, tawanya meredup, berganti dengan sesuatu yang lain.Mata Ryan berkaca-kaca, napasnya tersendat. Sekar diam, menunggu, membiarkan kata-kata yang tadi meluncur darinya mengendap dalam diri Rya

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   406. Saat Jatuh Terpuruk

    Begitu melihat Ryan, mata Renasya langsung berbinar. Tanpa ragu, bocah itu berlari ke arahnya dan melompat ke dalam pelukannya.“Papa!” serunya, memeluk erat seolah takut kehilangan lagi. Ryan membalas pelukan itu, mencium puncak kepala putrinya, merasakan kehangatan yang lama ia abaikan.Renasya menatap wajah papanya dengan polos. “Papa sudah nggak pusing lagi?” tanya Renasya, karena setiap kali dia bertanya kenapa harus tinggal bersama Brilian, orang dewasa di rumah itu mengatakan jika papanya sedang pusing.“Kayak Papa Brilian yang selalu pusing, terus minta dimanja sama Mama Lila?” sambung Renasya yang pernah tanpa sengaja melihat Sean yang mengatakan pusing dan langsung mendepat pelukan dari Lila sebelum akhirnya keduanya menuju ke kamar.Ryan mengerutkan kening, sedikit bingung. Ia melirik Sekar, yang hanya menatapnya dengan ekspresi datar.“Papa Brilian kalau pusing, katanya Mama harus peluk dia, harus elus kepalanya, biar cepet sembuh.” Renasya melanjutkan dengan nada serius.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   405. Melampiaskan Kesedihan

    Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyingkirkan rasa sedihnya. Ryan lebih memilih diam menyendiri mengasingkan diri dari orang lain. Sepulang kerja, dia akan menyendiri di ruang kerja atau di kamar Risda.Seperti saat ini, Ryan duduk sendiri di ruang kerjanya ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dibiarkan begitu saja. Hatinya masih terasa berat. Kepergian Andika meninggalkan lubang besar dalam dirinya, begitu pula kepergian Risda yang masih menyisakan luka.Sungguh jauh berbeda dengan Sean yang memilih untuk sibuk, Ryan justru semakin tenggelam dalam kesedihan. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya.Di sisi lain, Sean sibuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Setiap harinya ia pulang lebih larut, mencari cara agar pikirannya tidak terlalu banyak melayang pada kehilangan yang ia rasakan.Menjalani biduk rumah tangga hampir delapan tahun, membuat Lila bisa memahami suasana kebatinan suaminya. Termasuk bagaimana dia harus mempersiapkan diri di hadapan Sean dan menuruti

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   404. Celoteh Anak Kecil

    Malika duduk di sudut ruangan, memeluk boneka kelinci kesayangannya sambil memperhatikan Brilian dan Renasya. Matanya menyipit sedikit, menunjukkan perasaan yang tidak bisa ia sembunyikan, cemburu.Brilian tampak begitu bersemangat memperkenalkan Renasya kepada Malika. “Ini Renasya! Dia adikku!” ucap Brlian dengan bangga, tangannya menggandeng Renasya seolah ingin melindungi adik sepupunya tersebut.Malika menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang berubah. Selama ini, Brilian selalu dekat dengannya, selalu melindungi dan menjaganya seperti kakak sendiri. Tapi sekarang, perhatian Brilian sepenuhnya tertuju pada Renasya.“Kamu kenapa diam saja, Malika?”Malika menggeleng pelan, tapi matanya masih terpaku pada Brilian dan Renasya. Lalu dengan berat hati akhirnya menerima uluran tangan Renasya.Renasya tersenyum saat Malika menggenggam tangannya. “Namaku Rena, aku adiknya Kak Brili. Kita bisa main bersama.”Suasana hati Malika tampaknya sedang tidak baik. Dia tidak seantusias biasanya s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   403. Duka Mendalam

    Suasana duka menyelimuti rumah Andika. Cahaya lampu yang temaram dan lantunan doa-doa menciptakan keheningan yang mencekam. Sekar berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Sean dan Ryan, tampak keduanya sama-sama dirundung kesedihan.Dalam hati Sekar bertanya, kebaikan apa yang membuat Andika begitu dicintai oleh kedua anaknya. Meski sebagai seorang ayah, Andika telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang meninggalkan luka mendalam, baik itu kepada Sean maupun Ryan.Sean, meskipun wajahnya tidak berhiaskan senyum, tetapi dia tetap terlihat tegar. Ia menyapa tamu yang datang, memberi arahan kepada para pelayan agar memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun, sesekali, tatapannya melayang ke arah jenazah sang papa, seolah masih berusaha menerima kenyataan pahit ini.Sementara itu, Ryan duduk diam di samping jenazah Andika, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Tidak ada air mata yang jatuh, tetapi kesedihan terpancar jelas di matanya. Ryan seperti sedang menunggu sang papa tertidur, be

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   402. Asa yang Telah Padam

    Sekar menguatkan hatinya melangkah mendekati ranjang perawatan Andika dengan perasaan yang tak menentu. Napas pria itu tersengal, dengan mata yang setengah terbuka, seolah ingin menangkap sosok Sekar untuk terakhir kalinya. Di sekeliling mereka, suara alat medis terus berbunyi, menjadi latar yang tak bisa diabaikan.Sekar menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan Andika yang terasa semakin dingin. Perasaan bersalah dan kepedihan bersarang dalam hati perempuan paruh baya itu. Bagaimana mungkin cinta mereka yang pernah menggebu-gebu kini berakhir di sini?Sekar mendekatkan mulutnya tepat di telinga Andika. Dengan suara pelan dan bergetar, perempuan paruh baya itu membisikkan sebuah doa, seperti yang pernah ia ucapkan kala melepas kepergian sang papa beberapa tahun yang lalu.Bayangan kebersamaan mereka yang dulu kembali menghampiri pikirannya, berputar-putar tanpa henti.Andika dengan tatap mata kosong yang menerawang, mencoba

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   401. Setelah Maaf Terucap

    Sekar melangkah keluar dari ruang perawatan Andika dengan gurat wajah penuh kekesalan. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu, karena hanya akan mengingatkan kembali pada luka lama yang sampai saat ini belum bisa sembuh sepenuhnya.Seandainya bukan untuk memberi kejelasan tentang hubungan mereka, bagi Sekar pertemuan ini hanya membuang waktunya. Andika sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak perlu diungkit lagi.Namun, baru beberapa langkah dari pintu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa membuatnya berhenti. Sekar menoleh dan melihat seorang dokter bersama beberapa perawat bergegas masuk ke ruang perawatan Andika. Wajah mereka tegang, gerakan mereka cepat dan menunjukkan suasana darurat.Hatinya mendadak berdebar kencang. Sekar bisa saja mengabaikan, dan terus berjalan seperti yang ia rencanakan sejak awal. Namun, tanpa sadar, kaki perempuan paruh baya itu justru melangkah kembali ke arah pintu.Sekar berdiri di ambang pintu, menyaksikan dokter dan perawat mengelilingi Andika

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   400. Harapan Andika

    Brilian dengan antusias menceritakan pertemuannya dengan Renasya kepada Sekar. Bocah itu duduk di sofa sambil mengayunkan kakinya, wajahnya bersinar penuh semangat.“Oma, ternyata aku sudah punya adik.”Sekar menatap cucunya. Biasanya yang dia sebut adik adalah Malika dan Mikaila anak dari Rangga dan Nadya.“Namanya Renasya, Oma. Dia cantik sekali! Rambutnya panjang wangi, dia juga lucu, suka tertawa. Tidak cengeng seperti Malika,” cerita Brilian dengan penuh semangat.Sekar, yang sedang membaca majalah di sebelahnya, hanya menanggapi dengan anggukan kecil. “Oh ya?”Brilian mengangguk cepat. “Iya! Aku suka main sama dia. Kalau nanti dia main ke sini, aku mau ngajarin dia main basket.”Sekar tersenyum kecil, tapi tak ada antusiasme di matanya. Ia mendengar cerita cucunya, tapi hatinya tetap dingin. Meski dia sadar jika Renasya tidak berdosa, tetapi Sekar belum bisa menerima Renasya ataupun Ryan sepenuhnya.Bagi Sekar, meski Risda sudah tiada, jejak kesalahan wanita itu masih terasa dal

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   399. Terminal Lucidity

    Suasana di ruang perawatan Andika dipenuhi kebahagiaan. Sean dan Ryan datang bersama keluarga mereka, membawa serta anak dan istri masing-masing. Andika tersenyum melihat dua putranya berdiri berdampingan, membawa keluarga kecil mereka ke hadapannya."Papa, ini Renasya," ujar Ryan sambil menggendong putrinya yang masih malu-malu.Andika menatap gadis kecil itu dengan penuh kasih. "Renasya, ke mari, Nak."Renasya menoleh ke Ryan, memastikan bahwa dia boleh mendekat, lalu dengan ragu melangkah ke tempat tidur Andika. Saat Andika mengulurkan tangannya, Renasya tersenyum dan menggenggam jemari rentanya."Opaaaa!" serunya girang.Andika melihat Brilian yang masih berada di samping Sean. Mereka sudah beberapa kali bertemu, pertemuan yang dirahasiakan dari Sekar tentunya.“Brili tidak kangen opa?” tanya Andika sambil mengulurkan tangannya. “Sini dekat dengan adikmu.”“Dia kakakku?” tanya Renasya dengan polosnya.Bocah yang baru berusia tiga tahun kembali melihat ke arah kedua orang tuanya se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status