Share

3. Ceraikan Aku!

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-21 14:03:14

Lila membiarkan dingin menyelimuti tubuhnya. Malam yang semakin larut membuatnya kesulitan mendapatkan taksi. Ingin rasanya memesan satu kamar di hotel ini untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya, tetapi mengingat ada Sean dan Miranda di kamar yang lain membuat Lila ingin sesegera mungkin meninggalkan hotel bintang lima tersebut.

“Sendiri?” Suara bariton yang tak dikenal itu membuyarkan lamunan Lila.

Lila segera menyeka air matanya, berusaha menyembunyikan kesedihan dari orang yang tidak dia kenal. Ia berbalik dan melihat seorang pria tampan dengan sorot mata tajam namun ramah.

“Butuh tumpangan ... Nyonya Wismoyojati?” tanyanya sambil tersenyum.

“Tidak, terima kasih.” Degup jantungnya semakin kencang. Bukan karena terpesona dengan pria tampan di hadapannya, tetapi ada ketakutan tersendiri saat bertemu dengan orang asing pada saat malam merayap berganti hari.

“Mau saya temani sampai mendapatkan taksi?” Pria itu menawarkan lagi, nada suaranya tulus dan tenang.

“Tidak perlu,” tolak Lila dengan halus, berusaha tegar meskipun hatinya bergetar.

“Baiklah kalau begitu, saya tidak bisa memaksa. Ini kartu nama saya, Anda bisa menghubungi saya, kapan pun Anda butuh.” Pria itu mengeluarkan sebuah kartu nama dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada Lila.

Ragu-ragu Lila menerima kartu nama tersebut, matanya bertemu dengan tatapan pria itu sejenak. Ada sesuatu yang meyakinkan dalam sorot matanya, tapi Lila tetap waspada.

“Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Wismoyojati,” ucapnya dengan senyum tipis yang menawan.

Pria itu segera melangkah meninggalkan Lila. Setelah pria itu benar-benar lenyap dari pandangannya, Lila baru membaca kartu nama yang berada di tangannya. Nama yang tertera di sana, Ryan Aditya Mahendra, tidak dikenalnya, tapi dari posisi dan nama perusahaan miliknya, Lila tahu pria itu adalah pesaing bisnis dari keluarga Wismoyojati.

Lila merasa semakin bingung dan putus asa. Ia menghela napas panjang, berharap ada keajaiban yang datang malam ini. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah dia bisa terus bertahan dalam pernikahan yng menurutnya tidak memiliki masa depan.

Tiba-tiba, Lila mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Dia menoleh lalu tersenyum tipis penuh kegetiran menertawakan dirinya sendiri yang sempat berharap Sean akan mendatanginya. Mungkin saat ini suaminya itu sedang berbagi peluh dengan Miranda.

“Bu Lila!” panggil Ranga, orang kepercayaan Sean. Dia berjalan cepat ke arah Lila, ekspresinya serius tetapi sedikit lega saat bertemu Lila. “Saya diutus untuk mengantar Anda pulang,” ucap Rangga dengan sopan, membungkuk sedikit.

Lila mengangguk lemah, merasakan sedikit kelegaan meskipun hatinya masih kecewa. “Terima kasih, Pak Rangga. Mari kita pergi sekarang.”

Rangga membuka pintu mobil dan membantu Lila masuk. Sepanjang perjalanan, Lila duduk diam, memandang keluar jendela, pikirannya melayang-layang memikirkan kejadian malam ini. Rangga, yang sudah lama bekerja dengan keluarga Wismoyojati, hanya melirik sekilas, mengetahui bahwa Lila butuh waktu untuk sendiri.

Mobil, sudah berhenti di depan gedung apartemen yang selama ini menjadi tempat tinggal Lila dan Sean. Rangga keluar dari mobil, membukakan pintu dan mengantar Lila sampai ke unit apartemen, memberikan dukungan dalam diam.

“Terima kasih.” Lila terlihat ingin segera mengakhiri interaksi dan secepatnya memasuki apartemen untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

“Jika Bu Lila butuh sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi saya.” Ucap Rangga dengan tatap mata penuh kekhawatiran.

Lila terdiam sejenak, memberanikan diri menatap pria yang berdiri di hadapannya.

“Tolong katakan kepada Pak Sean, ada urusan penting yang ingin saya bicarakan dengannya, secepatnya!” Lila sudah membulatkan tekadnya, dia akan segera mengakhiri penderitaan ini.

“Baik, Bu!” Rangga pun bergegas pergi meninggalkan Lila.

***

Bertemu pagi dengan kondisi tubuh yang kurang fit, semalam Lila tidak bisa tidur dengan tenang. Bukan hanya memikirkan apa yang dilakukan Sean bersama Miranda malam ini, tetapi juga mencoba merangkai kata yang akan dia ucapkan saat bertemu dengan Sean nanti.

Lila membuka cluctch bag yang dibawa ke acara semalam. Sejak tiba di apartemen dia tidak menyentuh lagi ponselnya. Saat mengambilnya tanpa sadar kartu nama Ryan Mahendra turut tertarik keluar. Sejenak Lila menggulir layar ponselnya, setelah memastikan tidak ada pesan penting untuknya, dia kembali meletakkan ponsel di atas nakas.

Dengan secangkir teh hangat, Lila menikmati pagi yang tenang dengan duduk di balkon apartemennya. Udara pagi yang masih minim polusi membawa ketenangan sejenak, meskipun hatinya masih penuh kekacauan. Lila menatap langit, mencoba menemukan kedamaian di tengah badai perasaannya.

Terdengar suara pintu yang dibuka secara perlahan. Lila menoleh, melihat Sean berdiri di ambang pintu dengan penampilan berantakan, rambutnya kusut, dasinya longgar. Lila mendekat untuk menyambut kedatangan suaminya, tetapi semakin dekat semakin pekat aroma parfum yang begitu feminin menyelubunginya. Wajah Sean terlihat lelah, tapi ada sesuatu dalam pandangannya yang membuat Lila semakin yakin bahwa malam sebelumnya bukan sekadar pekerjaan.

"Aku mendengar dari Rangga kalau kamu ingin bicara." Sean memulai dengan nada datar dan ekspresi yang dingin, tidak mempedulikan perasaan Lila.

Lila meletakkan cangkir tehnya dengan tenang, berdiri, dan menghadapi suaminya. Kata-kata yang sebelum sudah tersusun rapi raib seketika, meninggalkan rasa gugup dan ketakutan.

Sementara itu Sean tetap menunggu sambil menatap dingin ke arah Lila. Namun karena istrinya tidak kunjung mengatakan apapun, dia kemudian membalikkan tubuh hendak pergi.

"Sean, ceraikan aku," lirih Lila, tetapi cukup jelas untuk didengar.

Kalimat Lila berhasil membuat Sean menghentikan langkah. Dia segera kembali membalikkan badan dan berhadapan dengan Lila. Melangkah berlahan dengan tatap mata tajam semakin mendekati Lila.

"Bisa diulang?" tanya Sean meski sebenarnya telah mendengar dengan jelas.

"Ceraikan aku," ucap Lila sekali lagi, suaranya semakin bergetar.

“Jika ini karena Miranda, aku tegaskan tidak ada yang terjadi antara aku dengan dia.” Sean terlihat tenang tanpa rasa bersalah.

“Keputusanku ini tidak ada hubungannya dengan Miranda.” Miranda memang bukan alasan utama, tetapi kehadirannya mampu meyakinkan hati Lila untuk mengambil keputusan penting ini.

Mata Sean menyipit, wajahnya berubah menjadi lebih keras. "Apa yang kau inginkan dari perceraian kita, Lila? Harta gono-gini?" cecar Sean dengan nada merendahkan.

Lila menggelengkan kepala, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku hanya ingin ...."

"Apa yang telah aku berikan selama ini masih kurang?" Sean memotong, tidak memberi kesempatan kepada Lila untuk berbicara. "Aku kira nafkah yang aku berikan sudah lebih dari cukup, bahkan aku juga menanggung kehidupan keluargamu. Masih kurang? Apa kau juga menginginkan separuh harta keluarga Wismoyojati?"

"Aku tidak sepicik itu," sanggah Lila, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku hanya menginginkan pernikahan yang normal, membentuk keluarga bersama. Ayah, ibu, dan anak-anak di dalamnya, tapi sepertinya aku tidak bisa mendapatkan itu dari pernikahan kita.”

“Jangan serakah!” ucap Sean dengan begitu entengnya. “Dari pernikahan ini, kau sudah mendapat harta, kemewahan dan juga kehormatan sebagai seorang Wismoyojati. Jika ada yang masih belum bisa kamu gapai, anggap saja itu sebagai ujian hidup.”

“Apa kau bahagia dengan pernikahan kita?”

Dengan sorot mata yang tajam Sean menatap Lila. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, hingga suasana menjadi hening mencekam.

“Bahagia atau tidak bahagia, kamu sendiri yang dengan suka rela memasuki keluarga Wismoyojati. Terima konsekuensinya, kita nikmati bersama, apa pun rasanya.” Tegas dan penuh penekanan saat Sean berucap.

“Dengan perceraian kita, kau bisa bahagia dengan perempuan pilihan hatimu.”

“Aku lebih tahu apa yang aku rasakan. Jangan mengaturku!”

Sean membuang pandangannya, menunduk sambil menggelengkan kepala. Tiba-tiba tatap matanya menangkap kertas kecil yang jatuh di lantai. Segera Sean memungut dan membacanya.

“Apa karena ini kau meminta cerai?” tanya Sean dengan aura yang menyeramkan. “Jika karena orang ini kau ingin bercerai denganku, aku pastikan kau tidak akan pernah mendapatkan akta cerai dariku."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nur Elly
Sean gak ada hati
goodnovel comment avatar
Respaty legacy
Ceritanya keren, bikin penasaran pengen cepet2 baca kelanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   4. Menyerah

    “Ini bukan tentang Ryan atau pun Miranda, ini tentang kita yang memang tidak bisa hidup bersama.” Lila berusaha tetap tenang menghadapi Sean. Entah apa yang membuat suaminya menunjukkan sikap berlebihan dengan sosok Ryan Aditya Mahendra.“Berapa yang kau minta?”Lila menunduk menyeka air mata. Apa pun tentang dirinya, Sean anggap bisa dinegosiasikan dengan uang. Segala urusan bisa diselesaikan dengan uang, termasuk urusan ranjang. Serendah itu Lila di mata Sean, anak sopir taksi yang menerima lamaran Sekar untuk dirinya. Jika bukan demi harta, lalu apa lagi?“Aku tidak menginginkan apapun.” Tenggorokan Lila terasa kering, hingga dia harus menelan ludah untuk bisa melanjutkan kalimatnya. “Tak masalah, tanpa ada gono-gini, asal kita berpisah.”“Jangan pernah membicarakan tentang perceraian lagi, atau aku akan menghentikan uang untuk pengobatan ayahmu.”Ancaman yang terasa begitu mengiris hati Lila. Bukan bermaksud tidak berbakti kepada orang tua, tetapi Lila merasa sudah di ambang batas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   5. Pelampiasan Nafsu Semata

    Lila menggelengkan kepala, yang dia inginkan saat ini hanya kebebasan, mencari kebahagiaannya sendiri, lepas dari sangkar emas keluarga Wismoyojati. Anggap saja Lila egois, tetapi dia hanya ingin menjaga kewarasannya, baik jiwa maupun raga. Sudah cukup hinaan dari Sekar dan pengabaian dari Sean, sudah cukup selama dua tahun, tubuhnya disentuh tanpa cinta.“Sudah banyak yang saya dapatkan dari keluarga ini, bukan hanya harta benda, tetapi juga ilmu dan kesehatan ayah saya. Saya tidak memiliki apa pun untuk memberi balasan yang sepadan, jadi saya tidak akan mempersulit keinginan mama dan Sean untuk segera memiliki penerus bagi keluarga ini.”Sekar tersenyum lega mendengar ucapan Lila. Permintaan Lila adalah harapannya selama ini. Jika Lila tidak ingin mempersulit, Sekar akan semakin mempermudah perceraian itu terjadi. Apa pun akan dia lakukan untuk bisa segera memiliki cucu, dan perceraian Lila dengan Sean adalah langkah awal.Saat ini di kepala Sekar sudah dipenuhi perempuan-perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   6. Amarah dan Gairah

    Lila merasakan napas panas Sean yang mengalir di telinganya, membuat tubuhnya semakin tegang. Posisinya yang terjepit di antara dinding dan tubuh Sean membuatnya merasa tidak berdaya. Segala ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini ia coba pendam kini muncul ke permukaan.Di tengah segala kepedihan dan rasa terhina, ada dorongan kuat dalam hatinya untuk melawan. Ini bukan hanya tentang keinginan untuk bebas, tapi tentang menjaga sisa-sisa harga dirinya yang hampir terkikis habis oleh pernikahan yang hambar dan tidak memiliki masa depan.“Aku tidak mencari pria lain, Sean,” jawab Lila dengan suara yang hampir tidak terdengar, tetapi ada ketegasan di balik kata-katanya. “Aku hanya ingin keluar dari hubungan yang sudah tidak sehat ini. Kita berdua tahu bahwa ini tidak bisa dilanjutkan. Kau tidak mencintaiku, dan aku membebaskanmu mencari cinta dan kebahagiaan dengan wanita lain.”Sean menyipitkan matanya, tatapan mata yang merendahkan Lila, mencoba mencari celah untuk menyerang. “Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   7. Luka Fisik dan Psikis

    Puncak kenikmatan itu tidak berlangsung lama, suara desah yang sempat terdengar di telinga Sean kini berubah menjadi isak tangis yang memilukan hati. Sean baru menyadari jika dirinya baru saja melakukan sebuah kesalahan besar. Amarah dan gairah yang menjadi satu membuatnya lupa dengan kebiasaannya selama ini.Sean duduk di sudut sofa dengan penampilan yang berantakan sambil mengatur napasnya. Dia yang belum sempat merapikan diri hanya menutupi tubuh bagian bawahnya dengan kemeja. Sekejab matanya menangkap gerakan Lila yang melangkah tertatih menuju kamar. Suara pintu tertutup yang diikuti tangis menyayat hati membuat Sean semakin bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Setelah berhasil menenangkan diri, Sean berdiri hendak menuju ke kamar Lila dan meminta maaf. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat surat keterangan medis milik Lila di atas meja. Sean memunggut surat itu dan bergegas membukanya.“Sialan!” gumam Sean, melampiaskan rasa kesalnya.Dengan penuh amarah Sean langsung mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   8. Sebuah Rencana

    Sekar tiba di apartemen putranya dengan perasaan campur aduk. Lila menghubunginya meminta tolong sambil menangis hingga. Firasatnya mengatakan ada sesuatu hal genting sedang terjadi.Benar saja, saat membuka pintu apartemen, Sekar langsung disambut oleh pemandangan yang memprihatinkan. Lila duduk di sofa dengan wajah pucat, bekas lebam menghiasi wajahnya, membuat Sekar tercekat."Lila, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Sekar dengan suara pelan tapi penuh emosi. “Apa Sean yang melakukan ini semua?”Lila mengangguk lemah. "Ya Ma. Sean yang melakukannya." Lila menunduk menyeka air matanya.Sekar terdiam, hatinya bergetar. Ia tidak bisa langsung percaya bahwa putranya, yang selalu dia banggakan, bisa memperlakukan istrinya seperti ini. Tapi apartemen mereka memiliki sistem keamanan yang sangat ketat. Tak mungkin ada orang lain yang masuk tanpa izin Sean."Apa maksudmu, Lila?" Sekar bertanya, setengah berharap ada penjelasan lain yang masuk akal.Lila menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   9. Sekar Berusahan Meyakinkan Sean

    Waktu tidak bisa mengikis amarah di hati Sean. Mengawali hari dengan buruk membuat Sean tidak bisa bekerja dengan baik. Kepalanya masih dipenuhi dengan peristiwa tadi malam, sehingga tidak bisa maksimal dalam bekerja.Sean tidak pernah menduga istrinya yang selama ini selalu patuh dan penurut tiba-tiba meminta cerai darinya. Dan itu terjadi setelah pertemuan Lila dengan pria lain. Hingga dia sampai melakukan sesuatu yang diluar batas. Meskipun tumbuh dalam didikan yang keras, tetapi Sean tidak pernah diajarkan untuk ringan tangan terhadap perempuan.Apakah ini semua karena cemburu? Hati Sean menyangkalnya. Tetapi sebagai seorang pria, Sean merasa harga dirinya diinjak-injak saat Lila dengan begitu enteng meminta cerai, seolah dirinya adalah pria yang tidak berguna.Keinginan pulang lebih awal agar bisa melihat keadaan Lila tampaknya harus tertunda sementara waktu. Sekar memintanya untuk datang, ada urusan penting katanya.“Apa yang ingin mama bicarakan?” tanya Sean tanpa basa-basi, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   10. Menempuh Jalan Lain

    Setelah berbicara panjang dengan sang mama, kini Sean menuju ke rumah sakit tempat Lila di rawat. Berulang kali Sean memukul kemudi untuk meluapkan rasa kesal di hatinya. Pikiran tentang Lila memenuhi kepalanya, membuat jantungnya berdetak kencang. Setiap meter yang dilalui terasa seperti beban yang semakin berat di dadanya."Aku harus menyelesaikan ini," gumamnya, berulang kali. Kecepatan mobilnya bertambah, seolah waktu tak memberinya pilihan untuk menunggu lebih lama.Setibanya di rumah sakit, Sean bergegas menuju ke ruang perawatan Lila sesuai yang diiformasikan oleh Sekar. Kepala Sean terasa penuh oleh berbagai beban, mulai dari ancaman perceraian hingga ancaman skandal yang bisa menghancurkan reputasinya. Tetapi, di balik semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi prioritas di benaknya, Lila. Sean bertekad untuk berbicara dengan istrinya, mencari solusi atas kekacauan ini. Sean tidak ingin pernikahan mereka berakhir dengan cara seperti ini.Namun, kala Sean tiba di depan ruang p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   11. Dukungan untuk Sean

    Sean duduk di ruang tamu rumah sederhana itu, tangannya berkeringat meski udara dingin terasa di kulitnya. Di depannya, Waluya Sidig dan Inayah, kedua orang tua Lila, menatapnya dengan raut wajah yang berbeda. Waluya terlihat tenang, berusaha memahami situasi, sementara Inayah tampak marah dan bingung, seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya dari menantunya.“Saya sadar kalau saya salah,” ulang Sean dengan suara bergetar, mencoba menahan emosi yang terus bergejolak di dalam dirinya. “Tapi saya melakukan itu karena marah. Lila berkali-kali meminta cerai tanpa alasan yang jelas, dan saya hanya ingin mempertahankan pernikahan kami.”Inayah mengerutkan dahi, matanya menyorot penuh kekecewaan. "Apa lagi yang diinginkan anak itu? Apakah semua yang dia dapatkan masih kurang? Sampai-sampai minta cerai.” Suara Inayah terdengar meninggi penuh emosi.Sean melihat kesempatan ini. Dia tahu bahwa Inayah sangat menghargai status dan kekayaan yang datang dengan pernikahan putrinya. Kehid

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   335. Masalah Serius

    Delisa merasa tidak nyaman saat Nadya menghampiri kubikelnya. Perut besar wanita itu tak mengurangi langkahnya yang mantap, penuh percaya diri.Senyum lebar terpasang di wajah Nadya, tapi Delisa tahu itu bukan senyum ramah. Itu senyum yang dibuat-buat.“Hai, Delisa,” sapa Nadya dengan nada ringan, terlalu ringan.Delisa menatapnya dengan waspada. Nadya bukan hanya sahabat kakaknya, tetapi juga orang kepercayaannya. Jika Nadya mendatanginya secara langsung seperti ini, pasti ada sesuatu.Sebelum Delisa sempat menjawab, ponselnya bergetar berkali-kali. Notifikasi beruntun memenuhi layar. Ia melirik Nadya sekilas, lalu menurunkan pandangannya ke ponsel.Pesan dari Nadya.Delisa menatap Nadya dengan ekspresi bingung. Untuk apa Nadya mengirim pesan jika mereka sedang berhadapan?Rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Dengan sedikit ragu, Delisa membuka pesan itu. Matanya membeliak lebar menatap isi pesan.Beberapa foto wajah seorang perempuan penuh luka, lebam di pipi, bibir pecah, dan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   334. Sebelum Semuanya Menjadi Lebih Buruk

    Di kamar kosnya, Delisa mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya terus menggenggam ponselnya, Delisa ingin menghubungi ibunya tetapi ternyata beberapa hari terakhir ponsel selalu dibawa bapaknya, sehingga dia tidak bisa berkeluh kesah atas masalah yang sedang dia hadapi saat ini.Hati Delisa berdebar kencang, bukan karena antusiasme, tetapi karena rasa panik yang mulai merayap."Bodoh... Kenapa aku tadi begitu ceroboh?" gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur.Matanya menatap langit-langit dengan kosong, sementara pikirannya terus berputar pada kejadian sore tadi.Ia tidak berpikir panjang ketika ingin ikut serta saat Lila dan Sean pergi bersama. Rasa cemburu dan iri yang selama ini ia pendam membuatnya kehilangan akal. Selama ini, ia bisa bertindak mendekati Sean tanpa sepengetahuan Lila, dan Sean pun memilih diam.Tetapi tadi … tadi ia hampir merusak semuanya.Delisa mengepalkan tangannya. Selama ini, ia selalu merasa bahwa ia lebih pantas berada di sisi Sean dibandingkan Li

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   333. Alasan Sean

    Setelah Brilian tertidur pulas, napasnya teratur dan wajah kecilnya terlihat damai, Lila tetap duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah dinding. Tanpa sadar, air matanya menetes, mengalir perlahan di pipinya. Ia mengusap cepat, seolah ingin menghapus rasa sakit yang tak bisa dihindari.Dengan langkah pelan, Lila meninggalkan kamar Brilian, hatinya penuh sesak. Ia berdiri di sudut ruang keluarga, menahan isak yang ingin pecah.Sean merapikan selimut Brilian, memastikan anaknya tidur dengan nyaman. Lalu dia menyusul Lila, menemukan istrinya berdiri membelakangi pintu. Tanpa berkata apa pun, Sean mendekat dan memeluk Lila dari belakang, merapatkan tubuhnya, mencoba menjadi pelindung dari rasa sakit yang tak terlihat.Lila menggigil pelan, lalu perlahan membalikkan tubuhnya. Wajahnya basah oleh air mata. Ia menatap mata Sean, penuh luka yang tak bisa diucapkan. Tanpa bisa ditahan lagi, Lila menumpahkan seluruh kesedihannya dalam pelukan Sean, menangis sesenggukan.Sean memeluk erat,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   332. Adik dari Tante

    Tampaknya Lila harus bersabar untuk mendapat jawaban dari Sean, karena suaminya itu mengatakan akan membicarakan hal tersebut di rumah. Lila tidak memaksa karena mereka sedang dalam perjalanan.Setibanya di rumah, Sean dan Lila harus menghadapi Sekar yang terlihat sangat antusias untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lila. Perempuan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk menimang cucu keduanya.“Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi?” tanya Sekar sambil menuntun Lila menuju ke ruang keluarga. Dia mengabaikan Sean yang berjalan di belakang mereka.Lila menoleh ke belakang, seolah meminta bantuan sang suami untuk memberikan penjelasan. Meskipun bukan masalah yang sulit diatasi, tetapi Lila tidak ingin membuat ibu mertuanya kecewa jika mengetahui dirinya mengalami anemia dan harus menunda program kehamilannya sementara waktu.“Semua baik-baik saja, Ma. Hanya mungkin karena saat ini Lila masih banyak pekerjaan yang menumpuk, karena Nadya sebentar lagi akan cuti melahirkan, jadi kami memutuskan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   331. Menuntut Kejujuran

    Dokter Amira menutup alat pemeriksaannya dengan hati-hati, lalu mengambil catatan medis Lila. Ia tersenyum tipis, mencoba meredakan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Lila dan Sean.“Tenang, tidak ada masalah serius,” ujar Dokter Amira pelan. “Hanya saja, Lila mengalami anemia ringan. Ini cukup umum terjadi, terutama setelah persalinan caesar sebelumnya.”Sean menghela napas lega, tetapi tetap menatap dokter dengan penuh perhatian. “Apa yang harus kami lakukan, Dok?”“Yang terpenting adalah mengatur pola makan. Lila perlu mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati ayam, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan. Lengkapi dengan vitamin C agar penyerapan zat besi lebih optimal.” Dokter Amira menuliskan beberapa catatan di kertas resep.“Apakah ini akan memengaruhi program hamil nanti?” tanya Lila, suaranya pelan.“Tidak, asalkan anemia ini teratasi sebelum kehamilan. Jika dibiarkan, bisa membuat Lila cepat lelah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   330. Konsultasi dengan Dokter Amira

    Di klinik yang bernuansa hangat dan tenang, Lila dan Sean duduk berdampingan di ruang tunggu. Tak butuh waktu lama, setelah seorang pasien keluar dari ruang praktik, nama Lila segera dipanggil.Sean berdiri lebih dulu, lalu meraih tangan Lila dengan lembut, seolah-olah menggandeng harta paling berharga dalam hidupnya.Saat mereka memasuki ruangan, Dokter Amira yang duduk di balik mejanya tersenyum lebar. Matanya berbinar begitu melihat Lila.“Wah, Lila! Aku hampir nggak mengenalimu. Semakin cantik saja,” seru Dokter Amira, berdiri untuk menyambut mereka.Lila tersipu, sementara Sean melemparkan pandangan penuh kebanggaan ke arah istrinya.“Tubuhmu tetap terjaga dengan baik. Pasti karena pengorbanan Sean, ya? Aku dengar dia yang memutuskan untuk KB, bukan kamu. Itu tandanya dia benar-benar sayang sama kamu.”Ucapan itu membuat Sean tertawa kecil, lalu meremas pelan tangan Lila. Bagi Sean apa yang dia lakukan bukanlah pengorbanan yang layak dibanggakan. Toh dia masih bisa menikmatinya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   329. Kepercayaan

    Sore itu, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan gedung Mahendra Securitas. Pintu mobil terbuka, dan Sean melangkah keluar dengan langkah mantap. Setelan jasnya rapi, kemeja putih tanpa cela berpadu dengan dasi berwarna gelap yang menambah aura kharismanya. Tatapan matanya tenang, penuh percaya diri, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.Saat Sean memasuki lobi kantor, beberapa karyawan wanita tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Bisikan pelan terdengar di sudut-sudut ruangan.“Itu suaminya Bu Lila, kan?” bisik salah satu staf.“Iya, ya ampun, ganteng banget. Mereka pasangan serasi banget,” sahut yang lain sambil tersenyum kagum.Sean melangkah melewati mereka tanpa banyak bicara, hanya memberikan anggukan singkat yang membuat beberapa orang semakin terpesona. Aura dingin dan tenangnya justru menambah daya tariknya.Delisa, yang kebetulan sedang berada di salah satu sudut ruangan, melihat semua pemandangan itu dengan tatapan sulit diartikan. Senyum tipis menghiasi wa

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   328. Kegalauan Lila

    Di kantor, Lila tampak gelisah. Tatapannya kosong meski layar laptop di depannya penuh dengan angka dan laporan. Pikirannya melayang, tak bisa fokus pada pekerjaan.Tadi, sebelum pulang, Inayah menemuinya dengan wajah sedih. Kata demi kata yang diucapkan sang ibu seolah sulit untuk Lila abaikan begitu saja."Kau tahu apa yang dilakukan ibu mertuamu saat kami mengantar Brili tadi? Tadi dia melabrak Ibu."Lila mengerutkan kening. "Melabrak? Kenapa?" Tentu Lila sangat terkejut, karena keduanya berangkat terlihat rukun dan akrab."Ibu juga kaget. Dia menuduh Delisa merayu Sean." Inayah menatap Lila, suaranya mengandung kemarahan yang tertahan. "Tapi coba pikir, Li … apa masuk akal? Bisa saja justru Sean yang menggoda adikmu."Lila terdiam, dadanya sesak. Kata-kata Inayah menancap tajam di pikirannya, memunculkan keraguan yang berusaha dia tepis."Sean nggak mungkin begitu, Bu," bisiknya, tapi suaranya terdengar ragu.Inayah menepuk tangan Lila lembut. "Ibu cuma ingin kamu waspada. Jangan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   327. Menyingkirkan Duri dalam Daging

    Lila berdiri di depan pintu, matanya sedikit berkaca-kaca saat memelik tubuh sang ayah."Jaga dirimu baik-baik, Nak," ucap Waluya membisikkan doa serta nasihat yang selalu ia berikan sejak Lila kecil. "Jangan lupa berdoa. Tetap rendah hati, jadilah ibu dan istri yang baik. Jangan lupa tetap hormati ibu mertuamu!”“Ya, Pak,” jawab Lila lirih sambil menahan air mata.Lila mengangguk, menggenggam tangan ayahnya untuk terakhir kali sebelum memasuki mobil. Waluya menurunkan kaca jendela, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum hangat.Sementara itu, Inayah hanya diam. Wajahnya muram, pikirannya masih dipenuhi dengan ancaman Sekar di kafe tadi. Ia bahkan tak memberikan pesan apa pun untuk Lila, sesuatu yang membuat putrinya sedikit heran.Setelah mobil mereka tak terlihat lagi, Lila menghela napas dan berbalik menuju rumah. "Aku ke kamar dulu, bersiap ke kantor," ucap Lila kepada Sean dan Sekar sebelum melangkah menaiki tangga.Sean hanya mengangguk sambil melirik jam tangannya. "Aku juga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status