Share

10. Menempuh Jalan Lain

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-09-19 14:14:48

Setelah berbicara panjang dengan sang mama, kini Sean menuju ke rumah sakit tempat Lila di rawat. Berulang kali Sean memukul kemudi untuk meluapkan rasa kesal di hatinya. Pikiran tentang Lila memenuhi kepalanya, membuat jantungnya berdetak kencang. Setiap meter yang dilalui terasa seperti beban yang semakin berat di dadanya.

"Aku harus menyelesaikan ini," gumamnya, berulang kali. Kecepatan mobilnya bertambah, seolah waktu tak memberinya pilihan untuk menunggu lebih lama.

Setibanya di rumah sakit, Sean bergegas menuju ke ruang perawatan Lila sesuai yang diiformasikan oleh Sekar. Kepala Sean terasa penuh oleh berbagai beban, mulai dari ancaman perceraian hingga ancaman skandal yang bisa menghancurkan reputasinya. Tetapi, di balik semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi prioritas di benaknya, Lila. Sean bertekad untuk berbicara dengan istrinya, mencari solusi atas kekacauan ini. Sean tidak ingin pernikahan mereka berakhir dengan cara seperti ini.

Namun, kala Sean tiba di depan ruang p
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Jufri Arifin
tinggal tanam benih ke istrinya masalah selesai...gitu aja kok refot
goodnovel comment avatar
Neneng Nurjanah
yang pada akhirnya menyesal juga kan
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Tidak mau bercerai tetapi menyakiti
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   11. Dukungan untuk Sean

    Sean duduk di ruang tamu rumah sederhana itu, tangannya berkeringat meski udara dingin terasa di kulitnya. Di depannya, Waluya Sidig dan Inayah, kedua orang tua Lila, menatapnya dengan raut wajah yang berbeda. Waluya terlihat tenang, berusaha memahami situasi, sementara Inayah tampak marah dan bingung, seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya dari menantunya.“Saya sadar kalau saya salah,” ulang Sean dengan suara bergetar, mencoba menahan emosi yang terus bergejolak di dalam dirinya. “Tapi saya melakukan itu karena marah. Lila berkali-kali meminta cerai tanpa alasan yang jelas, dan saya hanya ingin mempertahankan pernikahan kami.”Inayah mengerutkan dahi, matanya menyorot penuh kekecewaan. "Apa lagi yang diinginkan anak itu? Apakah semua yang dia dapatkan masih kurang? Sampai-sampai minta cerai.” Suara Inayah terdengar meninggi penuh emosi.Sean melihat kesempatan ini. Dia tahu bahwa Inayah sangat menghargai status dan kekayaan yang datang dengan pernikahan putrinya. Kehid

    Last Updated : 2024-09-19
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   12. Luka yang Ditaburi Garam

    Lila menunduk, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Hatinya sakit bukan hanya karena luka-luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tetapi juga karena kata-kata ibunya yang seolah-olah menyudutkannya. Luka fisik yang dia derita terasa sepele dibandingkan dengan luka emosional yang ditimbulkan oleh sikap ibunya. Inayah, yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat curahan hatinya, justru menambah beban di pundaknya.“Punya suami yang tampan dan banyak harta, harusnya membuatmu bersyukur,” ulang Inayah, tanpa sedikit pun nada simpati. “Bukan malah membuat gara-gara seperti ini.”Lila tak kuasa menjawab. Bagaimana bisa dia mengungkapkan betapa hancurnya hatinya ketika orang yang dia harap dapat mendukungnya justru lebih peduli pada harta dan status sosdial? Inayah tak melihat luka-luka di wajahnya sebagai bukti penderitaan, melainkan sebagai tanda ketidakpatuhannya sebagai seorang istri.Waluya, yang berdiri di samping Inayah, hanya bisa menggeleng lemah. Dia mencoba menenangkan ist

    Last Updated : 2024-09-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   13. Hati Seorang Ayah

    Pagi itu, sinar matahari lembut masuk melalui jendela rumah sakit. Mengingat jika ada obat yang harus rutin diminum oleh suaminya, Inayah berpamitan untuk mencari sarapan, agar suaminya bisa segera meminum obat tersebut."Ibu keluar sebentar ya, cari sarapan. Kasihan bapakmu kalau sampai telat minum obat," ucap Inayah sambil bergegas meninggalkan ruang perawatan Lila.Kesunyian menyelimuti ruangan sesaat setelah pintu tertutup. Lila tetap diam, menatap jendela tanpa benar-benar melihat. Waluya duduk di sampingnya, menarik napas dalam-dalam, mencoba menyusun kata-kata. Hatinya begitu terluka kala harus melihat putrinya terbaring dalam kondisi seperti itu. Luka-luka di wajah Lila seperti menamparnya, menyisakan perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya.“Lila …” suara Waluya pelan, penuh kebingungan. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Lila menoleh pelan, mata mereka bertemu sejenak sebelum akhirnya Lila kembali mengalihkan tatap matanya menuju ke sembarang arah, asal tidak menatap mata sa

    Last Updated : 2024-09-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   14. Tawaran Menggiurkan

    Dengan tubuh ringkihnya, Waluya mendatangi kantor Sean. Melangkah perlahan memasuk ke lobi kantor menemui resepsionis dan mengutarakan maksud kedatangannya untuk bertemu dengan Sean."Maaf, Pak, Pak Sean sedang rapat," ucap resepsionis dengan suara ramah.Waluya mengangguk pelan, tak ingin memaksa. "Tidak apa-apa, saya akan menunggu," jawabnya sambil mengambil tempat di sofa di sudut ruangan.Dia duduk dengan sabar, matanya sesekali melirik ke arah pintu ruang rapat. Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran tentang pernikahan putrinya, berharap ada jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.Demi putrinya, dia rela menunggu hingga Sean selesai dengan rapatnya. Di antara para pekerja yang sibuk berlalu-lalang, Waluya mencoba tetap tenang, meski pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang apa yang akan terjadi saat ia akhirnya bertemu menantunya itu.Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Sean keluar bersama beberapa klien, tampak santai dan penuh senyum. Mungkin ini adalah sikap profe

    Last Updated : 2024-09-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   15. Rayuan yang Tidak Mempan

    Waluya terdiam, hatinya bergejolak. Tawaran itu menggoda, tetapi ada sesuatu dalam cara Sean berbicara yang membuatnya ragu. Di balik kepedulian yang ditunjukkan menantunya, dia merasa ada harapan tersembunyi agar dia berpihak pada Sean, bukan pada Lila.Waluya menghela napas panjang, seolah menimbang setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Sean. Matanya yang lelah menatap menantunya dengan pandangan yang sendu, seolah sudah lama memikirkan hal ini. Tawaran yang diberikan Sean mungkin terdengar mulia bagi sebagian orang, namun bagi Waluya, itu adalah sebuah jebakan.“Sean,” ucap Waluya pelan namun tegas, “saya menghargai tawaranmu. Saya tahu kamu punya niat baik untuk membantu, tapi bukan itu yang saya cari saat ini. Yang saya inginkan hanyalah satu, kebahagiaan anak saya.”Sean menatap Waluya dengan ekspresi yang sulit dibaca, sedikit cemas. Dia berharap tawarannya akan melunakkan hati ayah mertuanya, membuatnya berpihak pada dirinya dalam pernikahan ini. Tapi respons Waluya yang t

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   16. Tekanan dari Berbagai Penjuru

    Sean mengemudi dengan tangan yang mengepal erat di setir, wajahnya tegang dan penuh amarah. Jalanan di depannya tampak kabur oleh kemarahan yang berkecamuk di pikirannya. Setiap detik yang berlalu hanya menambah bara kemarahan dalam hatinya. Dia tidak percaya bahwa ibunya, Sekar, telah berbicara kepada Miranda tentang masalah yang menimpa pernikahannya dengan Lila.“Apa yang dia pikirkan?" gumam Sean dengan suara keras, kemarahan meletup di setiap kata. Miranda tidak seharusnya tahu tentang ini. Masalah pernikahannya sudah cukup rumit tanpa ada orang lain yang ikut campur.Roda mobil melaju cepat menyusuri jalan, dan beberapa kali Sean nyaris melewati batas kecepatan. Ketika akhirnya tiba di depan rumah besar ibunya, dia menginjak rem dengan keras, mobil berhenti mendadak di depan gerbang.Tanpa berpikir panjang, Sean keluar dari mobil dan menghampiri pintu rumah Sekar. Pikirannya masih dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa. Dia menggedor pintu dengan keras.Tidak butuh waktu lama bagi

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   17. Berpikir Sejuta Kali

    Lila masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, meskipun fisiknya perlahan pulih, perasaannya tetap hampa. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tak banyak yang bisa ia lakukan selain menunggu. Di sampingnya, Inayah sibuk merapikan barang-barangnya. Hari ini, Inayah dan Waluya harus pulang. Waluya harus mempersiapkan diri untuk cuci darah rutin yang tak bisa ditunda.Inayah menghampiri Lila, duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putrinya yang dingin. “Nak, kami harus pulang. Bapakmu harus siap-siap cuci darah. Tapi sebelum kami pulang, ada yang ingin Ibu bicarakan.”Lila hanya mengangguk lemah, matanya tetap terfokus pada jendela, seolah mencoba menghindari percakapan itu. Inayah menarik napas dalam, mencoba memilih dan memilah kata-kata yang tepat.“Ibu tahu, Sean bukan laki-laki yang sempurna, tapi ... Ibu yakin dia juga tidak sepenuhnya jahat,” ucap Inayah sambil mengusap lembut punggung tangan putrinya. “Luka-lukamu sudah mulai sembuh, Lila. Mungkin sekarang saatnya untuk

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   18. Yang Selalu di Hati

    Selama beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Lila selalu didampingi seorang perempuan yang menjadi perwakilan dari sebuah LSM yang peduli pada kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan. Hubungan mereka terlihat mulai akrab hingga sering terlibat dalam pembicaraan."Di mata banyak orang, kamu itu perempuan yang beruntung. Punya suami seperti Sean, tampan, kaya, dan sukses. Banyak perempuan di luar sana yang pasti iri padamu."Lila menoleh perlahan, menatap perempuan itu dengan ekspresi datar. Ada ironi dalam kata-kata yang baru saja diucapkan. "Ya, seharusnya begitu, kan?" jawab Lila dengan nada datar dan terdengar hambar.Perempuan dari LSM itu tersenyum canggung, tidak mengira respons Lila akan sedatar itu. "Iya, maksudku, dengan suami seperti dia, kamu seharusnya bisa bahagia. Hidupmu pasti terjamin, nggak perlu khawatir tentang uang atau hal-hal lain."Lila menarik napas dalam, menunduk sejenak sebelum menjawab. "Ya, seharusnya menikah dengan orang kaya itu bisa mem

    Last Updated : 2024-09-22

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   380. Pertemuan

    Sean duduk di kursi kerjanya, ponsel di tangan, menatap nomor kontak ayah mertua di layar. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya menekan tombol panggil.“Halo, Sean?” Suara Waluya terdengar hangat seperti biasa di seberang sana.“Ya, Pak,” jawab Sean dengan nada tenang dan santai. “Saya ingin mengabari Bapak sesuatu.”“Ada apa, Sean?”“Lila... saat ini Lila sedang hamil, Pak,” ucap Sean, suaranya sedikit bergetar. “Dan... kali ini kembar.”Hening sejenak di ujung telepon, sebelum akhirnya Waluya tertawa kecil. “Syukurlah. Ini kabar baik, Sean! Bapak sangat bahagia mendengarnya.”Sean menghela napas lega. Sean berharap kabar bahagia ini bisa memperbaiki hubungan Lila dengan keluarganya yang sempat merenggang karena masalah yang ditimbulkan oleh Delisa.Suara Waluya terdengar sedikit lirih. “Bapak sangat merindukan kalian. Brilian pasti sangat senang mengetahui kalau dia akan punya adik. Semoga Brilian mendapat adik perempuan seperti yang dia inginkan.”“Amin,” sahut Sean dengan sen

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   379. Perhatian Sekar

    Pagi itu, Lila berlari tergesa-gesa ke kamar mandi, menahan rasa mual yang tak tertahankan. Tubuhnya terasa lemas, dan perutnya melilit seperti terpilin. Begitu sampai di wastafel, dia memuntahkan isi perutnya. Cairan asam menggores tenggorokannya, meninggalkan rasa pahit yang menjalar hingga ke lidah.Sean berdiri di ambang pintu, wajahnya tegang dan cemas. Dia mendekat, mengusap punggung Lila dengan lembut, membiarkan tangannya bergerak perlahan untuk memberikan kehangatan dan kenyamanan.“Kau yakin tidak perlu ke dokter?” tanyanya untuk kesekian kali, suaranya penuh kekhawatiran.Lila menggeleng lemah, mengusap bibirnya dengan tisu. “Dokter Amira sudah memberi obat anti mual. Ini pasti hanya sementara.” Tapi suaranya terdengar rapuh, nyaris tak meyakinkan dirinya sendiri.Sean membantu Lila berdiri, memapahnya ke tempat tidur. Dia ingat saat Lila mengandung Brilian, saat itu mereka belum rujuk, sehingga Sean tidak bisa mendampingi Lila menghadapi mual atau kelelahan. Saat itu, dia

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   378. Harapan Baru

    Sean menatap Lila dengan mata terbelalak. “Kamu bertemu Ryan? Kapan? Di mana?” Pertanyaan-pertanyaan itu meluncur tanpa jeda. Nafasnya sedikit tertahan, napas seseorang yang menunggu kepastian dari masa lalu yang belum tuntas.“Di rumah sakit.”“Di rumah sakit?” Suaranya terdengar tak percaya. Mereka selalu bersama saat di rumah sakit. Dia tak pernah melihat tanda-tanda kehadiran Ryan.Lila mengangguk pelan. “Tadi aku melihat keadaan Papa. Saat aku mau pulang, tidak sengaja bertemu dengan Ryan.”Sean mengerutkan kening. “Ryan di rumah sakit? Apa mungkin selama ini dia mengawasi Papa secara diam-diam?” Ada kilat di matanya, seolah-olah puzzle yang lama berserakan mulai menyatu.Lila menggeleng lemah. “Mamanya Ryan sedang sakit.”Sean mengusap wajahnya. Ia mencoba mencerna informasi itu, mencoba memahami kehadiran Ryan di rumah sakit yang sama. Dunia memang sempit, tapi takdir bisa lebih kejam.“Apa saja yang kalian bicarakan?” Kali ini suaranya lebih lembut, seakan tak ingin melewatkan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   377. Beban Lain Sean

    Sepulang dari rumah sakit Sekar langsung mengurung diri di kamarnya. Para saling berlempar tanya tentang apa yang sedang terjadi dengan keluarga majikan mereka. Penjelasan Pak Slamet jika Lila sedang hamil belum juga membuat rasa penasaran para pekerja terobati, apalagi semua angota keluarga lalu masuk ke kamar masing-masing.Tidak lama kemudian Sekar keluar dan menyuruh Bi Siti untuk mengumpulkan semua rekan kerjanya di ruang keluarga. Ada rasa was was jika terjadi hal buruk dengan keluarga tempat mereka mencari nafkah, apalagi sebelumnya terjadi pertengkaran yang membuat suasana rumah begitu menegangkan.Sekar duduk di sofa tungga dengan senyum lebar yang tak kunjung surut. Di hadapannya, para pekerja rumah tangga telah berkumpul. Ada beberapa ART, tukang kebun dan Pak Slamet, mereka semua berdiri rapi, menatap penuh rasa ingin tahu.“Terima kasih sudah berkumpul,” ucap Sekar dengan suara yang terdengar ceria. “Hari ini saya ingin berbagi kebahagiaan dengan kalian.”Mata para pekerj

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   376. Sebuah Kejutan

    Dokter Amira menggerakkan alat USG perlahan, matanya terpaku pada layar monitor. Ia mengerutkan kening, memperhatikan sesuatu yang tidak biasa. Ia menggeser alat itu sedikit ke kiri, lalu ke kanan. Sejenak ia terdiam, sebelum akhirnya tersenyum lebar. “Wah, ini... kejutan besar!” ucap Dokter Amira dengan nada antusias. Lila dan Sean saling pandang, bingung dengan reaksi Dokter Amira. “Ada apa, Dok?” tanya Lila, cemas. Dokter Amira menunjuk layar monitor. “Lihat ini. Bukan cuma satu, tapi dua kantong kehamilan. Selamat, kalian bakal jadi orang tua dari bayi kembar!” Mata Lila membesar, mulutnya ternganga tak percaya. “Kembar?” suaranya bergetar. Sean terpaku di tempatnya, tak mampu berkata-kata. Ia mengamati layar monitor yang memperlihatkan dua kantong kehamilan dengan dua janin kecil yang bergerak pelan yang ditunjukkan oleh Dokter Amira. “Tunggu... kembar?” ulangnya, seolah tak yakin dengan pendengarannya sendiri. “Tapi... di keluarga saya tidak ada yang kembar, Dok.” Dokter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   375. Apa yang Terjadi dengan Kehamilan Istri Saya?

    Brilian mengerucutkan bibirnya, matanya berkaca-kaca menatap pintu ruang USG yang tertutup rapat. Ia meronta saat Sekar mencoba memeluknya, kakinya menghentak-hentak lantai dengan keras. “Aku mau lihat adik! Papa bilang aku boleh lihat adik!” suaranya nyaring, hampir berteriak.Sekar menarik napas panjang, berusaha tetap tenang meski kepalanya mulai berdenyut karena tingkah cucunya yang keras kepala.“Brilian sayang, di dalam ruangan itu nggak boleh ramai. Di dalam ada banyak alat-alat dokter yang tidak boleh digunakan mainan secara sembarangan,” Sekar membujuk dengan suara lembut.“Aku tidak akan main di sana, Om! Aku cuma mau ikut melihat adik!” Brilian memohon dengan mata bulat penuh harap. Ia melirik ke arah pintu lagi, seolah berharap keajaiban akan membuatnya terbuka.“Sayang, itu aturan rumah sakit. Anak kecil nggak boleh masuk,” Sekar mengusap kepala Brilian dengan lembut, mencoba menahan kekesalan yang mulai merayap dalam hatinya.“Tapi Papa janji! Papa bilang aku boleh ikut

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   374. Sebuah Kenyataan

    Sean terpaku sejenak ketika melihat Dokter Amira berjalan cepat menuju ruang perawatan Lila. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan dokter yang biasa menangani istrinya itu di sini. Tanpa berpikir panjang, Sean segera mengikutinya, berharap bisa melihat kondisi istrinya.“Dok, bagaimana keadaan Lila?” tanya Sean cemas, matanya tak lepas dari pintu yang baru saja dimasuki Dokter Amira.Dokter Amira menoleh dan tersenyum lembut, tatapannya jatuh pada Brilian yang masih terisak di gendongan Sean. “Dia butuh istirahat total. Saya akan periksa keadaannya sekarang. Kamu bisa ikut melihat, tapi tenangkan dulu anakmu, biar tidak menganggu mamanya.”Sean mengangguk, merasa sedikit lega mendengar nada suara Dokter Amira yang tenang.Mereka berjalan memasuki ruang perawatan. Lila terbaring di ranjang, wajahnya pucat namun terlihat damai dalam tidurnya. Sean berdiri di samping ranjang, masih menggendong Brilian yang memandangi mamanya dengan mata berkaca-kaca.Dokter Amira mendekati Brilian dan t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   373. Pemeriksaan Lanjutan

    Sean segera menggendong tubuh Lila yang lemas, wajahnya tegang. Dia keluar dari ruang kerja dengan langkah cepat. Napasnya memburu, sementara detak jantungnya berpacu dengan ketakutan yang merayapi dirinya.Brilian yang baru saja keluar dari kamarnya melihat mamanya dalam pelukan sang papa. Matanya membelalak. “Mama! Papa, kenapa Mama?” Suaranya bergetar, tangisnya pecah dalam sekejap.Sean tidak sempat menjawab. Ia hanya berteriak, “Pak Slamet!”Sopir pribadi mereka, Pak Slamet, yang sejak tadi berada di garasi, langsung berlari masuk ke rumah. Begitu melihat keadaan Lila yang tak sadarkan diri, dia segera mengerti. Tanpa bertanya, dia berlari kembali ke mobil, menyalakan mesin, dan membuka pintu belakang.Sean mengikuti dari belakang, masih menggendong Lila dengan erat. Sekar berdiri terpaku di tempatnya, dadanya terasa sesak oleh rasa bersalah. Brilian berusaha melepaskan diri dari pelukan neneknya, mencoba mendekati mamanya.“Brilian, sayang …” Sekar berusaha menenangkan cucunya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   372. Tidak Sadar

    Dengan langkah cepat, Lila menuju ruang kerja. Suara Sekar yang penuh emosi masih terdengar, meski kini sedikit mereda.Saat tiba di depan pintu, ia mencoba memutar handle, ternyata tidak dikunci. Perlahan, ia mendorong pintu hingga terbuka.Perdebatan antara Sean dan Sekar seketika terhenti kala menyadari pintu terbuka. Ibu dan anak itu tidak ingin jika Brilian sampai mendengar perdebatan mereka. Sekar dan Sean sama-sama terkejut saat melihat Lila yang membuka pintu.Lila berdiri di ambang pintu, merasa bingung sekaligus takut. Tatapan tajam Sekar langsung tertuju padanya, sementara Sean tampak tegang, seolah tengah menghadapi badai yang lebih besar dari yang bisa ia tangani.Lila melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya.“Apa yang terjadi?” tanya Lila dengan hati-hati, suaranya bergetar sedikit.Pertengkaran atau perdebatan adalah sesuatu yang biasa dalam keluarga. Tetapi selama Lila tinggal bersama Sekar, ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan suami dan ibu mertuanya berte

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status