Share

12. Luka yang Ditaburi Garam

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-09-20 10:25:41

Lila menunduk, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Hatinya sakit bukan hanya karena luka-luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tetapi juga karena kata-kata ibunya yang seolah-olah menyudutkannya. Luka fisik yang dia derita terasa sepele dibandingkan dengan luka emosional yang ditimbulkan oleh sikap ibunya. Inayah, yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat curahan hatinya, justru menambah beban di pundaknya.

“Punya suami yang tampan dan banyak harta, harusnya membuatmu bersyukur,” ulang Inayah, tanpa sedikit pun nada simpati. “Bukan malah membuat gara-gara seperti ini.”

Lila tak kuasa menjawab. Bagaimana bisa dia mengungkapkan betapa hancurnya hatinya ketika orang yang dia harap dapat mendukungnya justru lebih peduli pada harta dan status sosdial? Inayah tak melihat luka-luka di wajahnya sebagai bukti penderitaan, melainkan sebagai tanda ketidakpatuhannya sebagai seorang istri.

Waluya, yang berdiri di samping Inayah, hanya bisa menggeleng lemah. Dia mencoba menenangkan ist
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ada ya ibu modelan kaya gitu bikin gedek...Sean mencintai Lila Tampa disadarinya
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
thor Model Ibu kayak Inayah ini boleh gak di racun biar mati,kayaknya gak dos
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   13. Hati Seorang Ayah

    Pagi itu, sinar matahari lembut masuk melalui jendela rumah sakit. Mengingat jika ada obat yang harus rutin diminum oleh suaminya, Inayah berpamitan untuk mencari sarapan, agar suaminya bisa segera meminum obat tersebut."Ibu keluar sebentar ya, cari sarapan. Kasihan bapakmu kalau sampai telat minum obat," ucap Inayah sambil bergegas meninggalkan ruang perawatan Lila.Kesunyian menyelimuti ruangan sesaat setelah pintu tertutup. Lila tetap diam, menatap jendela tanpa benar-benar melihat. Waluya duduk di sampingnya, menarik napas dalam-dalam, mencoba menyusun kata-kata. Hatinya begitu terluka kala harus melihat putrinya terbaring dalam kondisi seperti itu. Luka-luka di wajah Lila seperti menamparnya, menyisakan perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya.“Lila …” suara Waluya pelan, penuh kebingungan. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Lila menoleh pelan, mata mereka bertemu sejenak sebelum akhirnya Lila kembali mengalihkan tatap matanya menuju ke sembarang arah, asal tidak menatap mata sa

    Last Updated : 2024-09-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   14. Tawaran Menggiurkan

    Dengan tubuh ringkihnya, Waluya mendatangi kantor Sean. Melangkah perlahan memasuk ke lobi kantor menemui resepsionis dan mengutarakan maksud kedatangannya untuk bertemu dengan Sean."Maaf, Pak, Pak Sean sedang rapat," ucap resepsionis dengan suara ramah.Waluya mengangguk pelan, tak ingin memaksa. "Tidak apa-apa, saya akan menunggu," jawabnya sambil mengambil tempat di sofa di sudut ruangan.Dia duduk dengan sabar, matanya sesekali melirik ke arah pintu ruang rapat. Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran tentang pernikahan putrinya, berharap ada jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.Demi putrinya, dia rela menunggu hingga Sean selesai dengan rapatnya. Di antara para pekerja yang sibuk berlalu-lalang, Waluya mencoba tetap tenang, meski pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang apa yang akan terjadi saat ia akhirnya bertemu menantunya itu.Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Sean keluar bersama beberapa klien, tampak santai dan penuh senyum. Mungkin ini adalah sikap profe

    Last Updated : 2024-09-20
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   15. Rayuan yang Tidak Mempan

    Waluya terdiam, hatinya bergejolak. Tawaran itu menggoda, tetapi ada sesuatu dalam cara Sean berbicara yang membuatnya ragu. Di balik kepedulian yang ditunjukkan menantunya, dia merasa ada harapan tersembunyi agar dia berpihak pada Sean, bukan pada Lila.Waluya menghela napas panjang, seolah menimbang setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Sean. Matanya yang lelah menatap menantunya dengan pandangan yang sendu, seolah sudah lama memikirkan hal ini. Tawaran yang diberikan Sean mungkin terdengar mulia bagi sebagian orang, namun bagi Waluya, itu adalah sebuah jebakan.“Sean,” ucap Waluya pelan namun tegas, “saya menghargai tawaranmu. Saya tahu kamu punya niat baik untuk membantu, tapi bukan itu yang saya cari saat ini. Yang saya inginkan hanyalah satu, kebahagiaan anak saya.”Sean menatap Waluya dengan ekspresi yang sulit dibaca, sedikit cemas. Dia berharap tawarannya akan melunakkan hati ayah mertuanya, membuatnya berpihak pada dirinya dalam pernikahan ini. Tapi respons Waluya yang t

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   16. Tekanan dari Berbagai Penjuru

    Sean mengemudi dengan tangan yang mengepal erat di setir, wajahnya tegang dan penuh amarah. Jalanan di depannya tampak kabur oleh kemarahan yang berkecamuk di pikirannya. Setiap detik yang berlalu hanya menambah bara kemarahan dalam hatinya. Dia tidak percaya bahwa ibunya, Sekar, telah berbicara kepada Miranda tentang masalah yang menimpa pernikahannya dengan Lila.“Apa yang dia pikirkan?" gumam Sean dengan suara keras, kemarahan meletup di setiap kata. Miranda tidak seharusnya tahu tentang ini. Masalah pernikahannya sudah cukup rumit tanpa ada orang lain yang ikut campur.Roda mobil melaju cepat menyusuri jalan, dan beberapa kali Sean nyaris melewati batas kecepatan. Ketika akhirnya tiba di depan rumah besar ibunya, dia menginjak rem dengan keras, mobil berhenti mendadak di depan gerbang.Tanpa berpikir panjang, Sean keluar dari mobil dan menghampiri pintu rumah Sekar. Pikirannya masih dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa. Dia menggedor pintu dengan keras.Tidak butuh waktu lama bagi

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   17. Berpikir Sejuta Kali

    Lila masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, meskipun fisiknya perlahan pulih, perasaannya tetap hampa. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tak banyak yang bisa ia lakukan selain menunggu. Di sampingnya, Inayah sibuk merapikan barang-barangnya. Hari ini, Inayah dan Waluya harus pulang. Waluya harus mempersiapkan diri untuk cuci darah rutin yang tak bisa ditunda.Inayah menghampiri Lila, duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putrinya yang dingin. “Nak, kami harus pulang. Bapakmu harus siap-siap cuci darah. Tapi sebelum kami pulang, ada yang ingin Ibu bicarakan.”Lila hanya mengangguk lemah, matanya tetap terfokus pada jendela, seolah mencoba menghindari percakapan itu. Inayah menarik napas dalam, mencoba memilih dan memilah kata-kata yang tepat.“Ibu tahu, Sean bukan laki-laki yang sempurna, tapi ... Ibu yakin dia juga tidak sepenuhnya jahat,” ucap Inayah sambil mengusap lembut punggung tangan putrinya. “Luka-lukamu sudah mulai sembuh, Lila. Mungkin sekarang saatnya untuk

    Last Updated : 2024-09-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   18. Yang Selalu di Hati

    Selama beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Lila selalu didampingi seorang perempuan yang menjadi perwakilan dari sebuah LSM yang peduli pada kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan. Hubungan mereka terlihat mulai akrab hingga sering terlibat dalam pembicaraan."Di mata banyak orang, kamu itu perempuan yang beruntung. Punya suami seperti Sean, tampan, kaya, dan sukses. Banyak perempuan di luar sana yang pasti iri padamu."Lila menoleh perlahan, menatap perempuan itu dengan ekspresi datar. Ada ironi dalam kata-kata yang baru saja diucapkan. "Ya, seharusnya begitu, kan?" jawab Lila dengan nada datar dan terdengar hambar.Perempuan dari LSM itu tersenyum canggung, tidak mengira respons Lila akan sedatar itu. "Iya, maksudku, dengan suami seperti dia, kamu seharusnya bisa bahagia. Hidupmu pasti terjamin, nggak perlu khawatir tentang uang atau hal-hal lain."Lila menarik napas dalam, menunduk sejenak sebelum menjawab. "Ya, seharusnya menikah dengan orang kaya itu bisa mem

    Last Updated : 2024-09-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   19. Akhirnya Melepaskan

    Miranda adalah perempuan yang sebenarnya Sean cintai. Mereka pernah memiliki hubungan yang begitu dalam sebelum pernikahan dengan Lila terjadi. Sean mengakui jika sampai saat ini hatinya masih tertambat pada Miranda.Namun, dia tidak ingin Miranda mengalami penderitaan yang sama seperti yang dialami Lila. Jika Sean menikahi Miranda, Sekar akan langsung menekan mereka untuk segera memiliki anak sebagai penerus keluarga Wismoyojati, dan Miranda akan terjebak dalam lingkaran tekanan dan derita yang sama.Posisi ini membuat Sean semakin terjebak dalam dilema yang tak berujung. Menyetujui perceraian dengna Lila akan membawa masalah baru, tapi mempertahankan pernikahan mereka tentu juga tidak adil bagi Lila.Sean menarik napas panjang. "Akhirnya kau menang, Lila," gumam Sean dengan perasaan getir menjalar di dadanya.Sean meraih ponselnya dan menelusuri kontak. Jarinya berhenti pada nama Ari Nugraha, pengacara keluarganya. Dengan hati yang mantap, dia menekan tombol panggil. Ketika panggila

    Last Updated : 2024-09-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   20. Semoga Kau Bahagia

    "Sean sudah setuju untuk bercerai."Lila menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. Entah bahagia atau sedih saat Lila mendengar kabar tersebut dari perempuan yang mendampinginya selama berada di rumah sakit. Ini adalah sesuatu yang sudah menjadi keinginan dan harapannya, tetapi saat semua itu sudah hampir terwujud rasanya ada yang hilang.“Tapi dia ingin bertemu denganmu sebelum kalian memasuki persidangan. Katanya ada sesuatu yang harus kalian bicarakan.”Lila terdiam dengan tatap mata yang sulit diartikan. Ada rasa takut yang tiba-tiba menghampirinya.“Kalau kau tidak mau aku akan mengatakan kepada pengacaramu agar disampaikan kepada Sean,” ucap perempuan itu sambil mengusap lembut punggung tangan Lila, seolah memahami ketakutan yang Lila rasakan.“Aku akan bicara dengannya,” sahut Lila pelan.Bagi Lila ini bukan hanya hanya tentang perceraian, melainkan meyakinkan dirinya sendiri. Dia merasa harus bertemu dengan Sean untuk meyakinkan dirinya jika dia akan baik-baik saja setelah

    Last Updated : 2024-09-22

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status