Share

19. Akhirnya Melepaskan

last update Last Updated: 2024-09-22 12:44:58

Miranda adalah perempuan yang sebenarnya Sean cintai. Mereka pernah memiliki hubungan yang begitu dalam sebelum pernikahan dengan Lila terjadi. Sean mengakui jika sampai saat ini hatinya masih tertambat pada Miranda.

Namun, dia tidak ingin Miranda mengalami penderitaan yang sama seperti yang dialami Lila. Jika Sean menikahi Miranda, Sekar akan langsung menekan mereka untuk segera memiliki anak sebagai penerus keluarga Wismoyojati, dan Miranda akan terjebak dalam lingkaran tekanan dan derita yang sama.

Posisi ini membuat Sean semakin terjebak dalam dilema yang tak berujung. Menyetujui perceraian dengna Lila akan membawa masalah baru, tapi mempertahankan pernikahan mereka tentu juga tidak adil bagi Lila.

Sean menarik napas panjang. "Akhirnya kau menang, Lila," gumam Sean dengan perasaan getir menjalar di dadanya.

Sean meraih ponselnya dan menelusuri kontak. Jarinya berhenti pada nama Ari Nugraha, pengacara keluarganya. Dengan hati yang mantap, dia menekan tombol panggil. Ketika panggila
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mala Mala
lanjut dong
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Setelah bercerai pasti baru merasakan kehilangan dan menyesal
goodnovel comment avatar
agustian absyari
2 bab, tapi masih kentang.... uwuwuwuw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    20. Semoga Kau Bahagia

    "Sean sudah setuju untuk bercerai."Lila menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. Entah bahagia atau sedih saat Lila mendengar kabar tersebut dari perempuan yang mendampinginya selama berada di rumah sakit. Ini adalah sesuatu yang sudah menjadi keinginan dan harapannya, tetapi saat semua itu sudah hampir terwujud rasanya ada yang hilang.“Tapi dia ingin bertemu denganmu sebelum kalian memasuki persidangan. Katanya ada sesuatu yang harus kalian bicarakan.”Lila terdiam dengan tatap mata yang sulit diartikan. Ada rasa takut yang tiba-tiba menghampirinya.“Kalau kau tidak mau aku akan mengatakan kepada pengacaramu agar disampaikan kepada Sean,” ucap perempuan itu sambil mengusap lembut punggung tangan Lila, seolah memahami ketakutan yang Lila rasakan.“Aku akan bicara dengannya,” sahut Lila pelan.Bagi Lila ini bukan hanya hanya tentang perceraian, melainkan meyakinkan dirinya sendiri. Dia merasa harus bertemu dengan Sean untuk meyakinkan dirinya jika dia akan baik-baik saja setelah

    Last Updated : 2024-09-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    21. Resmi Bercerai

    Suasana di ruang sidang terasa hening, seolah waktu melambat. Lila duduk di bangku depan, ditemani oleh pengacaranya. Dia merasa tenang, lebih tenang dari yang dia bayangkan sebelumnya. Di sampingnya, Sean duduk dengan raut wajah yang sulit ditebak. Keduanya telah sepakat untuk mengakhiri pernikahan ini dengan damai.Hakim membaca keputusan dengan suara yang lantang, memutuskan secara resmi bahwa ikatan pernikahan antara Lila dan Sean telah berakhir. Tidak ada drama, tidak ada air mata. Sidang perceraian berjalan lancar, seperti yang sudah mereka harapkan. Meskipun begitu, dalam hati Lila masih ada sedikit perasaan ganjil, seperti membuka lembaran baru dengan luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Setelah sidang berakhir, Lila berdiri dan berjalan keluar ruang sidang. Sean menyusul di belakangnya. Ketika mereka sudah di luar, di tengah koridor yang sepi, Sean menghampirinya. Mereka berhenti sejenak, saling menatap. Ungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka.Sean mengulurkan t

    Last Updated : 2024-09-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    22. Tidak Ada Masa Iddah

    Selama proses perceraiannya dengan Sean, Lila menempati apartemen yang sudah disiapkan oleh Sekar. Dan setelah ketuk palu langsung Lila kembalikan. Kini Lila tidak memiliki tempat tinggal dan tujuannya adalah rumah kedua orang tuanyanya.Lila sadar jika Inayah tidak pernah setuju dengan keputusannya tersebut, sehingga saat Lila memutuskan untuk tetap bercerai dengan Sean, sang ibu langsung mendiamkannya. Bahkan sampai beberapa hari Lila berada di rumah sang ibu belum mau berbicara dengannya.Lila berdiri di ambang pintu ruang tamu, menatap punggung ibunya yang duduk di sofa, punggung yang kaku dan tidak menyambut. Udara di ruangan itu begitu tegang, seperti menunggu pecahnya ombak badai."Bu ..." suara Lila terdengar parau dan ragu-ragu, hampir berbisik.Ada harapan kecil dalam hatinya bahwa mungkin, meski hanya sedikit, ibunya akan melembut dan memahami alasannya. Bahwa mungkin sang ibu akan membuka pelukan dan memberikan kenyamanan yang selama ini ia rindukan. Namun, Lila langsung t

    Last Updated : 2024-09-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    23. Bagaimana Jika Aku yang Bermasalah?

    Sean mengemudikan mobilnya dengan tenang, sesekali melirik ke arah Miranda yang duduk di sebelahnya. Suasana hening di antara mereka sejak meninggalkan rumah Sekar, hanya diisi suara mesin mobil dan jalan yang sepi.Di dalam hatinya, Sean merasa terjebak. Dia tahu Miranda adalah perempuan yang sempurna, cantik, cerdas, dan berprestasi, sesuai dengna kriteria Sekar. Tapi, perceraian dengan Lila masih menyisakan luka yang dalam. Sean belum siap untuk menjalin hubungan baru, apalagi yang seolah didorong oleh sang mama.Sesampainya di depan apartemen Miranda, Sean menghentikan mobilnya. Miranda tersenyum, memecah keheningan yang selama ini menggantung."Terima kasih sudah mengantar, Sean," ucap Miranda lembut, lalu meraih tasnya, siap untuk turun dari mobil.Namun sebelum Miranda benar-benar membuka pintu, Sean menahannya dengan sebuah kalimat yang tak terduga.“Aku minta maaf.” Sean menghela napas panjang. “Aku masih butuh waktu. Aku belum siap memulai sesuatu yang baru setelah perceraia

    Last Updated : 2024-09-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    24. Pedasnya Omongan Tetangga

    Lila mengusap matanya yang sembap saat matahari mulai naik perlahan di langit pagi. Suara seruan ibu-ibu di depan rumah yang sedang menunggu tukang sayur keliling terdengar sayup-sayup di telinganya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menyiapkan diri menghadapi hari yang penuh bisikan dan tatapan yang tidak lagi bisa dihindari.Sudah beberapa hari sejak kepulangannya ke rumah orang tua, dan selama itu juga, Lila selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. Mencuci pakaian, menyapu lantai, memasak, semuanya dia lakukan sendiri.Bukan karena dia ingin, tapi lebih karena merasa harus. Ibunya, Inayah, tidak lagi memperlakukannya sebagai anak yang butuh perlindungan, melainkan lebih sebagai beban. Setiap malam, dia mendengar ibunya menghela napas panjang, seolah menahan banyak keluhan yang tak terucapkan.Hari itu, seperti biasa, Lila keluar dari rumah untuk berbelanja. Udara pagi terasa lebih dingin, dan sayatan rasa sakit di hatinya semakin dalam. Sesampainya di depan tukan

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    25. Awal Baru dan Tantangan

    Lila menatap bangunan apartemen sederhana di depannya, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Langit senja sudah berubah menjadi gelap, tapi hawa malam masih terasa hangat. Dia membawa koper kecil berisi pakaian dan beberapa berkas penting, itu saja yang ia bawa dari rumah orang tuanya.Saat Lila membuka pintu apartemen barunya, suasana sepi dan dingin langsung menyambutnya. Ruangannya kecil, dengan hanya satu kamar tidur, dapur sempit, dan ruang tamu yang sederhana. Lila meletakkan kopernya di lantai dan sejenak berdiri di tengah ruangan, memindai seisi ruangan.Berbeda sekali dengan apartemen mewah yang dulu ia tempati bersama Sean. Apartemen itu luas, dengan pemandangan kota yang indah, perabotan mahal, dan segala fasilitas yang memanjakan. Sekarang, dia di tempat yang sangat berbeda, sederhana, nyaris kosong. Perbandingannya bagai langit dan bumi.Namun, anehnya, Lila merasa lega. Hatinya terasa lebih ringan, meski dikelilingi oleh kesederhanaan ini. Dia sadar, ke

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    26. Kalau Masih Cinta, Rujuk Saja!

    Rangga, orang kepercayaan Sean selama bertahun-tahun, berdiri dengan tangan terlipat di depan meja kerja bosnya. Matanya mengamati Sean yang masih asyik dengan layar laptop, tak terganggu sedikit pun oleh rentetan panggilan telepon yang baru saja dia terima. Sebagai orang yang dekat dengan Sean, Rangga sudah sering melihat sikap dingin dan manipulatif majikannya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. "Kau yakin apa yang kau lakukan ini benar, Mas?" Rangga akhirnya angkat bicara, suaranya tenang, tapi gurta wajahnya terlihat sangat serius. Sean mendongak, sedikit terkejut Rangga berani mempertanyakan keputusannya. "Apa maksudmu?" tanya Sean datar merasa tidak nyaman dengan sikap Rangga yang dia anggap terlalu ikut campur. Rangga mendekat, duduk di kursi yang berada tepat di hadapan meja Sean. "Lila. Kau mempersulit hidupnya setelah perceraian ini. Memblokir peluang kerjanya, menyebar pengaruhmu ke berbagai perusahaan. Itu bukan sesuatu yang biasanya kau lakukan hanya untuk ...

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    27. Moment yang Tepat

    Lila duduk di sofa apartemen sederhananya, ponsel di tangan. Sudah beberapa email lamaran dikirim, namun semua berujung penolakan. Dengan napas berat, dia mencoba opsi terakhir yang dia miliki, menghubungi teman-temannya. Mungkin ada yang bisa membantunya mendapatkan pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sementara. Lila menggulir kontak di ponselnya, berhenti di nama Sarah, teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Dia menekan tombol panggil. “Lila! Apa kabar?” suara Sarah terdengar ceria di awal percakapan. Setelah sedikit basa-basi, Lila langsung ke pokok permasalahan. "Sarah, aku sedang butuh pekerjaan. Apakah ada lowongan di kantormu?" Suara Sarah berubah ragu. "Oh, aku turut prihatin, Lil. Tapi ... di kantorku sekarang lagi ada restrukturisasi besar-besaran, dan mereka justru sedang mengurangi staf. Jadi, mungkin saat ini belum bisa bantu." Lila berusaha tersenyum, meskipun dia tahu Sarah hanya mencari alasan. "Aku mengerti, terima kasih ya, Sar." Setelah menutup te

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    221. Pembicaraan Penting

    Selo Ardi menatap Sean dengan alis terangkat, senyum tipis menghiasi wajahnya.“Biro jasaku tidak menyediakan sekretaris. Adanya tukang pukul,” ujar Selo Ardi sembari tertawa kecil. Tetapi, matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang tak bisa dia sembunyikan.Sean menghela napas panjang. Wajahnya terlihat sangat serius. "Saya tahu itu, tapi aku tidak butuh seorang sekretaris secara spesifik. Tapi lebih kepada orang yang bisa mengawasi gerak-gerik sekretarisku saat ini.”Selo menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tak lepas dari Sean. “Ada apa dengan sekretarismu? Jangan bilang dia mencoba mengambil alih perusahaanmu?” candanya, meski nada suaranya mengandung keseriusan.Sean menggeleng pelan. “Tidak sejauh itu. Tapi ...”Sean menggantungkan kalimatnya, menatap jauh ke jendela ruangan. “Entah ini kecurigaan atau hanya kecemburuan. Lila, istriku, merasa sekretarisku sedang mencoba menjebakku dalam sebuah skandal.”Selo menyipitkan mata, mencoba membaca situasi. “Skandal seperti apa?”S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    220. Diusir

    Di hari biasa, Bi Siti akan langsung mengarahkan Vicky untuk langsung menuju ke ruang gym, tetapi kali ini karena Lila tidak berpesan apa pun, Vicky harus menunggu di ruang tamu. Vicky langsung berdiri saat melihat Lila memasuki ruang tamu dengan Sean yang mengekor di belakangnya. Tidak bisa dipungkiri, bertemu Sean adalah niat utama Vicky mendatangi rumah tersebut, setelah mendapat informasi jika Sean tidak bekerja akhir pekan ini. “Hai Vicky!” Lila berusaha tetap ramah, meskipun kedatangan Vicky yang tiba-tiba sangat mengganggunya. “Apa ada masalah?” Sebenarnya Lila hendak duduk, tetapi tangan Sean tiba-tiba melingkar di pinggangnya seolah tidak mengizinkannya duduk. Karena Lila dan Sean yang tetap berdiri, bahkan tidak ada tanda jika dirinya akan dipersilahkan duduk, Vicky pun langsung mengungkap maksud kedatangannya. “Karena jadwal senam yang kemarin tertunda, jadi saya bermaksud untuk menggantinya hari ini,” ucap Vicky dengan seulas senyum di bibirnya. Vicky berusaha untuk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    219. Rasa Iri Lila

    Akhirnya Sean bisa bernapas lega, semua pekerjaan dan urusan yang menumpuk berhasil diselesaikan. Sehingga di akhir pekan ini dia bisa menghabiskan waktu bersama Lila.Mereka memutuskan untuk tinggal di rumah saja, menikmati momen tenang sambil menyiapkan kamar putra pertama mereka yang sebentar lagi akan lahir.Kamar bayi mereka terlihat rapi dengan nuansa biru yang lembut. Dindingnya dihiasi mural bertema luar angkasa, gambar planet-planet yang berwarna pastel, bintang-bintang kecil yang bersinar lembut, dan sebuah roket mungil yang tampak terbang menuju galaksi jauh.Langit-langitnya dicat dengan warna biru gelap, dihiasi bintang-bintang fosfor yang akan bersinar dalam gelap, memberikan kesan magis saat malam tiba.Sean tersenyum puas saat menata tempat tidur bayi berbentuk bulat yang sudah dikelilingi oleh pelindung lembut bergambar awan. Di sudut kamar, ada rak kecil yang sudah diisi buku-buku cerita bertema angkasa, mainan edukatif, dan boneka berbentuk astronaut.“Bagaimana, ka

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    218. Dendam Membakar Hati

    Hari masih pagi, tetapi energi Sean rasanya sudah hampir terkuras habis. Sean tidak bisa membiarkan sang mama berbuat semena-mena terhadap orang lain, tetapi dia pun tidak mungkin mengabaikan luka hatinya. Sebagai seorang anak, ingin rasanya Sean bisa menjadi penengah yang akan menjembatani perdamaian kedua orang tuanya. Dia ingin papa dan mamanya menikmati masa tua dengan bahagia, meski tidak harus bersama. Kesibukannya pagi ini membuat Sean terpaksa terlambat tiba di kantornya. Sean melangkah cepat melewati meja resepsionis hingga tiba di ruang sekretaris pribadinya. Sekilas dia melirik Bella yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Tanpa memperlambat langkah, Sean memberi isyarat dengan tangan dan berkata singkat, "Bella, ke ruangan saya sekarang!" Bella mendongak, matanya berbinar. Ada senyum kecil yang terlukis di wajahnya, seolah-olah perintah Sean adalah penghargaan yang menegaskan posisinya. Betapa Sean sangat membutuhkan dan bergantung kepadanya. Bella seger

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    217. Yang Terlewatkan

    Sekar menatap Sean dengan sorot mata yang penuh luka dan kemarahan. Wajahnya yang cantik kini memucat, garis-garis usia tampak jelas ketika dia mencoba menahan amarah yang menggelegak dalam dada. Amarah yang selama ini dia pendam, akhirnya meledak juga. “Mama sudah banyak mengalah. Mama tidak memenjarakan papamu dan gundiknya. Mama tetap membiarkan papamu hidup sejahtera dari perusahaan yang modalnya dari uang mama. Kurang mengalah apa lagi, Sean?” Suara Sekar bergetar, tidak bisa menutupi rasa sakit yang mengendap bertahun-tahun di dalam dirinya. Sepertinya Sekar sudah tidak bisa menahan lagi amarah yang sudah lama dia pendam selama ini. Tidak mudah baginya untuk melupakan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh suami yang sangat dia cintai. Dari bukan siapa-siapa, dia angkat derajatnya, tetapi setelah di atas, Andika justru meninggalkannya demi perempuan lain. “Papamu sudah merampas semua milik mama,” tambahnya dengan suara parau, mencoba menekan emosi. Sean menarik napas panj

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    216. Sebuah Tantangan

    Sean menatap Rangga dengan sorot mata tegas, namun tetap hangat. Di antara mereka, udara terasa berat oleh kebimbangan yang tergambar jelas di wajah Rangga. Sean menghela napas dalam-dalam. “Kamu fokus saja pada kesehatanmu. Masalah biaya pernikahan biar aku yang urus,” ucap Sean terdengar penuh ketulusan Rangga menggeleng pelan, wajahnya dipenuhi rasa bersalah. “Tapi itu banyak banget, Mas. Belum lagi biaya ….” Sean tersenyum tipis, mencoba meredakan keresahan adiknya. “Selamat mewujudkan pernikahan impian untuk Nadya. Urusan ini biar jadi tanggung jawabku.” Tetapi, Rangga berusaha bertahan dengan keputusannya. “Aku bisa mencicil. Potong saja gajiku setiap bulan sampai lunas. Aku sudah menerima banyak dari Ibu dan Mas Sean. Untuk hal-hal yang sangat mendesak aku bisa terima, tapi untuk pesta pernikahan … sepertinya terlalu berlebihan.” Sean terdiam sejenak, pikirannya melayang pada sang mama, yang selalu menggunakan uang sebagai alat untuk mendapatkan kendali. Kala itu Sekar me

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    215. Calon Suami Idaman

    Sean melangkah masuk ke kamar rawat Rangga dengan langkah ringan. Di tangan kirinya, ia membawa sekantong buah segar yang sempat dia beli di perjalanan. Wajah Sean memancarkan kelegaan ketika melihat Rangga duduk santai di atas ranjang, tersenyum menyambut kedatangannya. “Bagaimana keadaanmu, Ngga?” tanya Sean sambil meletakkan buah di meja samping ranjang. “Sudah jauh lebih baik, Mas. Dokter bilang kalau semuanya berjalan lancar, beberapa hari lagi aku sudah boleh pulang,” jawab Rangga dengan senyum kecil. Sean menghela napas panjang, matanya sedikit menatap langit-langit seakan mengucap syukur dalam hati. “Syukurlah. Sudah diperiksa semua? Aku khawatir kalau harus ada komplikasi lain.” Rangga mengangguk pelan. “Semua sudah diperiksa, dan terkendali. Organ-organ dalam semua bagus, termasuk organ reproduksi.” Sean tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. “Itu yang paling penting,” ucap Sean dengan nada bercanda. Sean menarik kursi lalu duduk di samping brankar Rangga. Merek

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    214. Persaingan Sengit

    Di sebuah kafe remang yang penuh atmosfer santai, Bella duduk bersama Vicky. Di meja kecil mereka, hidangan telah terhidang, tapi hanya sedikit yang disentuh. Vicky menyeruput kopinya perlahan, pandangannya tertuju pada Bella yang terlihat begitu bersemangat bercerita tentang masa lalunya.“Awal aku kerja di perusahaan itu, aku sebenarnya sekretarisnya Bu Sekar,” ujar Bella sambil menatap Vicky dengan mata berbinar. Senyumnya lebar, seakan sedang menghidupkan kembali kenangan yang manis.“Bu Sekar itu keras, tapi dia pemimpin yang baik. Dia sering memuji kerja kerasku. Bahkan, pernah suatu kali dia bilang, ‘Bella, kalau kamu jadi menantuku, aku pasti sangat beruntung.’”Vicky tersenyum kecil, tertarik mendengar cerita itu. "Serius dia ngomong kaya gitu?"Bella mengangguk. "Iya. Waktu itu Sean masih kuliah di luar negeri. Setelah dia lulus dan Bu Sekar memutuskan mundur, Sean langung menggantikan posisi mamanya. Dan dia tetap mempertahankan aku sebagai sekretarisnya."Bella terdiam sej

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    213. Suami yang Tidak Peka

    “Sean, apakah kau masih ingat kejadian saat kita makan siang di kantormu, beberapa hari yang lalu?”Sean tersenyum tipis menatap istrinya. “Kau lebih suka makan siangnya atau sesudahnya?” tanya Sean dengan nada menggoda karena mengira Lila ingin mengulang kembali pergulatan panas siang itu.Tetapi Lila tidak membalas senyum Sean, bahkan tatap matanya tetap serius langsung tertuju ke arah Sean.Senyum Sean perlahan memudar. Dia tahu bahwa istrinya tidak sedang bercanda. Nada suara Lila, tatapan matanya yang serius, menandakan bahwa apa pun yang akan dibicarakannya ini bukan hal sepele.“Bukan itu, Sean. Aku merasa ada yang aneh dengan minuman yang aku minum waktu itu.”“Baik, lalu ….” Sean masih ingat saat pertama meminumnya Lila mengatakan ada yang aneh dengan jus miliknya.Lila menghela napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya agar bisa berbicara dengan tenang hingga mudah dimengerti oleh Sean.“Setelah makan siang aku merasakan tubuhku memberi reaksi yang berbeda. Aku begitu ing

DMCA.com Protection Status