Home / Romansa / Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal / 23. Bagaimana Jika Aku yang Bermasalah?

Share

23. Bagaimana Jika Aku yang Bermasalah?

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-09-23 18:27:32

Sean mengemudikan mobilnya dengan tenang, sesekali melirik ke arah Miranda yang duduk di sebelahnya. Suasana hening di antara mereka sejak meninggalkan rumah Sekar, hanya diisi suara mesin mobil dan jalan yang sepi.

Di dalam hatinya, Sean merasa terjebak. Dia tahu Miranda adalah perempuan yang sempurna, cantik, cerdas, dan berprestasi, sesuai dengna kriteria Sekar. Tapi, perceraian dengan Lila masih menyisakan luka yang dalam. Sean belum siap untuk menjalin hubungan baru, apalagi yang seolah didorong oleh sang mama.

Sesampainya di depan apartemen Miranda, Sean menghentikan mobilnya. Miranda tersenyum, memecah keheningan yang selama ini menggantung.

"Terima kasih sudah mengantar, Sean," ucap Miranda lembut, lalu meraih tasnya, siap untuk turun dari mobil.

Namun sebelum Miranda benar-benar membuka pintu, Sean menahannya dengan sebuah kalimat yang tak terduga.

“Aku minta maaf.” Sean menghela napas panjang. “Aku masih butuh waktu. Aku belum siap memulai sesuatu yang baru setelah perceraia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
cha giya
cih kasian bgt ld Lily ga dicintai pemeran utama, malah masih cinta mantan yg katanya tersayang...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   24. Pedasnya Omongan Tetangga

    Lila mengusap matanya yang sembap saat matahari mulai naik perlahan di langit pagi. Suara seruan ibu-ibu di depan rumah yang sedang menunggu tukang sayur keliling terdengar sayup-sayup di telinganya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menyiapkan diri menghadapi hari yang penuh bisikan dan tatapan yang tidak lagi bisa dihindari.Sudah beberapa hari sejak kepulangannya ke rumah orang tua, dan selama itu juga, Lila selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. Mencuci pakaian, menyapu lantai, memasak, semuanya dia lakukan sendiri.Bukan karena dia ingin, tapi lebih karena merasa harus. Ibunya, Inayah, tidak lagi memperlakukannya sebagai anak yang butuh perlindungan, melainkan lebih sebagai beban. Setiap malam, dia mendengar ibunya menghela napas panjang, seolah menahan banyak keluhan yang tak terucapkan.Hari itu, seperti biasa, Lila keluar dari rumah untuk berbelanja. Udara pagi terasa lebih dingin, dan sayatan rasa sakit di hatinya semakin dalam. Sesampainya di depan tukan

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   25. Awal Baru dan Tantangan

    Lila menatap bangunan apartemen sederhana di depannya, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Langit senja sudah berubah menjadi gelap, tapi hawa malam masih terasa hangat. Dia membawa koper kecil berisi pakaian dan beberapa berkas penting, itu saja yang ia bawa dari rumah orang tuanya.Saat Lila membuka pintu apartemen barunya, suasana sepi dan dingin langsung menyambutnya. Ruangannya kecil, dengan hanya satu kamar tidur, dapur sempit, dan ruang tamu yang sederhana. Lila meletakkan kopernya di lantai dan sejenak berdiri di tengah ruangan, memindai seisi ruangan.Berbeda sekali dengan apartemen mewah yang dulu ia tempati bersama Sean. Apartemen itu luas, dengan pemandangan kota yang indah, perabotan mahal, dan segala fasilitas yang memanjakan. Sekarang, dia di tempat yang sangat berbeda, sederhana, nyaris kosong. Perbandingannya bagai langit dan bumi.Namun, anehnya, Lila merasa lega. Hatinya terasa lebih ringan, meski dikelilingi oleh kesederhanaan ini. Dia sadar, ke

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   26. Kalau Masih Cinta, Rujuk Saja!

    Rangga, orang kepercayaan Sean selama bertahun-tahun, berdiri dengan tangan terlipat di depan meja kerja bosnya. Matanya mengamati Sean yang masih asyik dengan layar laptop, tak terganggu sedikit pun oleh rentetan panggilan telepon yang baru saja dia terima. Sebagai orang yang dekat dengan Sean, Rangga sudah sering melihat sikap dingin dan manipulatif majikannya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. "Kau yakin apa yang kau lakukan ini benar, Mas?" Rangga akhirnya angkat bicara, suaranya tenang, tapi gurta wajahnya terlihat sangat serius. Sean mendongak, sedikit terkejut Rangga berani mempertanyakan keputusannya. "Apa maksudmu?" tanya Sean datar merasa tidak nyaman dengan sikap Rangga yang dia anggap terlalu ikut campur. Rangga mendekat, duduk di kursi yang berada tepat di hadapan meja Sean. "Lila. Kau mempersulit hidupnya setelah perceraian ini. Memblokir peluang kerjanya, menyebar pengaruhmu ke berbagai perusahaan. Itu bukan sesuatu yang biasanya kau lakukan hanya untuk ...

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   27. Moment yang Tepat

    Lila duduk di sofa apartemen sederhananya, ponsel di tangan. Sudah beberapa email lamaran dikirim, namun semua berujung penolakan. Dengan napas berat, dia mencoba opsi terakhir yang dia miliki, menghubungi teman-temannya. Mungkin ada yang bisa membantunya mendapatkan pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sementara. Lila menggulir kontak di ponselnya, berhenti di nama Sarah, teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Dia menekan tombol panggil. “Lila! Apa kabar?” suara Sarah terdengar ceria di awal percakapan. Setelah sedikit basa-basi, Lila langsung ke pokok permasalahan. "Sarah, aku sedang butuh pekerjaan. Apakah ada lowongan di kantormu?" Suara Sarah berubah ragu. "Oh, aku turut prihatin, Lil. Tapi ... di kantorku sekarang lagi ada restrukturisasi besar-besaran, dan mereka justru sedang mengurangi staf. Jadi, mungkin saat ini belum bisa bantu." Lila berusaha tersenyum, meskipun dia tahu Sarah hanya mencari alasan. "Aku mengerti, terima kasih ya, Sar." Setelah menutup te

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   28. Pertemuan

    Lila duduk di depan meja riasnya yang sederhana, menatap deretan botol-botol produk perawatan kecantikan yang tersisa. Hanya ada beberapa yang masih setengah, sementara sisanya hampir kosong. Tangannya terulur, meraih salah satu botol serum yang dulu selalu dia gunakan dengan rutin. Dengan senyum masam, dia menyentuh pipinya yang masih mulus, mengingat betapa dia dulu sangat memperhatikan penampilan. Dulu, perawatan kulit dan produk-produk mewah ini bukanlah masalah baginya. Setiap bulan, dia bisa mengunjungi klinik kecantikan dan membeli semua yang dibutuhkan untuk menjaga kulitnya tetap cerah dan bersinar. Namun, kini, keadaan berbeda. Lila tahu bahwa dia tidak bisa lagi menghamburkan uang untuk hal-hal semacam itu. Perawatan mahal itu kini hanya tinggal kenangan. "Selamat tinggal, kulit mulus," gumamnya pelan sambal tersenyum tipis menertawakan dirinya sendiri. Lila mencoba menyisipkan humor di tengah kesulitan yang dia rasakan. Lila sadar, tak lama lagi, wajah yang selalu dia b

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   29. Malaikat di Depan Mata

    Ryan berusaha tetap tenang, tetapi ada sedikit ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan. Dia melangkah mendekat ke meja kasir, menatap Lila dengan senyum canggung. “Jadi, kamu belanja di sini juga sekarang?” tanyanya, berusaha mengakrabkan diri seolah-olah mereka adalah teman lama yang bertemu kembali di tempat biasa. Lila tersenyum tipis, merasa sedikit tak nyaman. “Ya, begitulah,” jawabnya singkat, berusaha menghindari kontak mata. Lila meletakkan barang-barang belanjaannya di meja kasir. “Pak Ryan mau belanja apa?” tanya balik Lila yang terlihat bingung dengan keberadaan Ryan di hadapannya. Dalam kekalutan momen itu, tanpa berpikir panjang, tangannya menyentuh sebuah benda yang terletak di rak, sebungkus alat pengaman untuk pria. Lila yang menyaksikan gerakan spontan Ryan itu langsung tertegun. Mata mereka bertemu sesaat, dan suasana hening menyergap mereka berdua. Ryan yang menyadari kesalahan fatalnya, langsung menarik tangannya, wajahnya mulai memerah. “Oh, eh ... bukan itu

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   30. Bangkitnya Mantan Nyonya Wismoyojati

    Lila menatap Ryan dengan alis terangkat, terkejut mendengar tawaran pekerjaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Sebuah pekerjaan dan posisi yang dahulu sangat dia idamkan saat masih kuliah."Analis investasi?" ulang Lila, masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.Lila terdiam sesaat, meresapi kata-kata Ryan. Tawaran pekerjaan itu terdengar seperti sebuah mimpi, posisi yang menggiurkan dengan bayaran yang bisa menyelamatkannya dari krisis finansial yang selama ini menghantui.‘Saya tahu kamu sangat kompeten di bidang ini.”"Dari mana kamu tahu?"Ryan tersenyum tipis, seolah sudah mempersiapkan jawabannya. “Saya tahu banyak tentangmu daripada yang kamu kira. Kamu lulusan terbaik di kampusmu, saya juga sempat membaca skripsi tentang investasi dan kelas menengah di negeri ini. Sangat menarik.Lila hanya diam tertegun, seolah tidak percaya dengan penjelasan yang baru saja diberikan oleh Ryan. Ada perasaan seperti telah dibuntuti selama ini.“Bu Sekar sering memamerkan kehebatan

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   31. Hari Pertama yang Menyesakkan

    Pagi itu, Lila bangun lebih awal dari biasanya. Ada rasa gugup yang tidak bisa ia sembunyikan, tetapi di balik itu juga ada semangat baru yang membara. Dia mengenakan setelan rapi, sederhana namun elegan, pesona Nyonya Wismoyojati tampaknya tidak luntur meskipun sudah bergelar mantan. Ini adalah hari pertama Lila kembali bekerja. Setelah memeriksa tas kerjanya sekali lagi dan memastikan semuanya lengkap, Lila berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sejenak. Wajahnya tampak lebih segar, matanya menyiratkan tekad yang baru. Dia tersenyum tipis pada dirinya sendiri. “Saya bisa melakukannya,” bisik Lila pelan memberi semangat kepada dirinya sendiri. Begitu keluar dari apartemennya, Lila terkejut melihat Ryan sudah berdiri di luar, bersandar santai pada mobil mewahnya. Dengan setelan jas rapi, Ryan terlihat seperti seseorang yang telah siap menghadapi dunia. Lila tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun masih ada sedikit rasa canggung di antara mereka. “Pagi,” s

    Last Updated : 2024-09-26

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status