Share

27. Moment yang Tepat

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 10:21:29

Lila duduk di sofa apartemen sederhananya, ponsel di tangan. Sudah beberapa email lamaran dikirim, namun semua berujung penolakan. Dengan napas berat, dia mencoba opsi terakhir yang dia miliki, menghubungi teman-temannya. Mungkin ada yang bisa membantunya mendapatkan pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sementara.

Lila menggulir kontak di ponselnya, berhenti di nama Sarah, teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Dia menekan tombol panggil.

“Lila! Apa kabar?” suara Sarah terdengar ceria di awal percakapan.

Setelah sedikit basa-basi, Lila langsung ke pokok permasalahan. "Sarah, aku sedang butuh pekerjaan. Apakah ada lowongan di kantormu?"

Suara Sarah berubah ragu. "Oh, aku turut prihatin, Lil. Tapi ... di kantorku sekarang lagi ada restrukturisasi besar-besaran, dan mereka justru sedang mengurangi staf. Jadi, mungkin saat ini belum bisa bantu."

Lila berusaha tersenyum, meskipun dia tahu Sarah hanya mencari alasan. "Aku mengerti, terima kasih ya, Sar."

Setelah menutup te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   28. Pertemuan

    Lila duduk di depan meja riasnya yang sederhana, menatap deretan botol-botol produk perawatan kecantikan yang tersisa. Hanya ada beberapa yang masih setengah, sementara sisanya hampir kosong. Tangannya terulur, meraih salah satu botol serum yang dulu selalu dia gunakan dengan rutin. Dengan senyum masam, dia menyentuh pipinya yang masih mulus, mengingat betapa dia dulu sangat memperhatikan penampilan. Dulu, perawatan kulit dan produk-produk mewah ini bukanlah masalah baginya. Setiap bulan, dia bisa mengunjungi klinik kecantikan dan membeli semua yang dibutuhkan untuk menjaga kulitnya tetap cerah dan bersinar. Namun, kini, keadaan berbeda. Lila tahu bahwa dia tidak bisa lagi menghamburkan uang untuk hal-hal semacam itu. Perawatan mahal itu kini hanya tinggal kenangan. "Selamat tinggal, kulit mulus," gumamnya pelan sambal tersenyum tipis menertawakan dirinya sendiri. Lila mencoba menyisipkan humor di tengah kesulitan yang dia rasakan. Lila sadar, tak lama lagi, wajah yang selalu dia b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   29. Malaikat di Depan Mata

    Ryan berusaha tetap tenang, tetapi ada sedikit ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan. Dia melangkah mendekat ke meja kasir, menatap Lila dengan senyum canggung. “Jadi, kamu belanja di sini juga sekarang?” tanyanya, berusaha mengakrabkan diri seolah-olah mereka adalah teman lama yang bertemu kembali di tempat biasa. Lila tersenyum tipis, merasa sedikit tak nyaman. “Ya, begitulah,” jawabnya singkat, berusaha menghindari kontak mata. Lila meletakkan barang-barang belanjaannya di meja kasir. “Pak Ryan mau belanja apa?” tanya balik Lila yang terlihat bingung dengan keberadaan Ryan di hadapannya. Dalam kekalutan momen itu, tanpa berpikir panjang, tangannya menyentuh sebuah benda yang terletak di rak, sebungkus alat pengaman untuk pria. Lila yang menyaksikan gerakan spontan Ryan itu langsung tertegun. Mata mereka bertemu sesaat, dan suasana hening menyergap mereka berdua. Ryan yang menyadari kesalahan fatalnya, langsung menarik tangannya, wajahnya mulai memerah. “Oh, eh ... bukan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   30. Bangkitnya Mantan Nyonya Wismoyojati

    Lila menatap Ryan dengan alis terangkat, terkejut mendengar tawaran pekerjaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Sebuah pekerjaan dan posisi yang dahulu sangat dia idamkan saat masih kuliah."Analis investasi?" ulang Lila, masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.Lila terdiam sesaat, meresapi kata-kata Ryan. Tawaran pekerjaan itu terdengar seperti sebuah mimpi, posisi yang menggiurkan dengan bayaran yang bisa menyelamatkannya dari krisis finansial yang selama ini menghantui.‘Saya tahu kamu sangat kompeten di bidang ini.”"Dari mana kamu tahu?"Ryan tersenyum tipis, seolah sudah mempersiapkan jawabannya. “Saya tahu banyak tentangmu daripada yang kamu kira. Kamu lulusan terbaik di kampusmu, saya juga sempat membaca skripsi tentang investasi dan kelas menengah di negeri ini. Sangat menarik.Lila hanya diam tertegun, seolah tidak percaya dengan penjelasan yang baru saja diberikan oleh Ryan. Ada perasaan seperti telah dibuntuti selama ini.“Bu Sekar sering memamerkan kehebatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   31. Hari Pertama yang Menyesakkan

    Pagi itu, Lila bangun lebih awal dari biasanya. Ada rasa gugup yang tidak bisa ia sembunyikan, tetapi di balik itu juga ada semangat baru yang membara. Dia mengenakan setelan rapi, sederhana namun elegan, pesona Nyonya Wismoyojati tampaknya tidak luntur meskipun sudah bergelar mantan. Ini adalah hari pertama Lila kembali bekerja. Setelah memeriksa tas kerjanya sekali lagi dan memastikan semuanya lengkap, Lila berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sejenak. Wajahnya tampak lebih segar, matanya menyiratkan tekad yang baru. Dia tersenyum tipis pada dirinya sendiri. “Saya bisa melakukannya,” bisik Lila pelan memberi semangat kepada dirinya sendiri. Begitu keluar dari apartemennya, Lila terkejut melihat Ryan sudah berdiri di luar, bersandar santai pada mobil mewahnya. Dengan setelan jas rapi, Ryan terlihat seperti seseorang yang telah siap menghadapi dunia. Lila tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun masih ada sedikit rasa canggung di antara mereka. “Pagi,” s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   32. Kenapa Harus Dia?

    Hari-hari berlalu, dan Lila mulai terbiasa dengan bisikan-bisikan di sekitar kantornya. Setiap kali dia melewati meja-meja rekan kerjanya, dia bisa merasakan tatapan tajam yang seolah menilai setiap langkah yang dia ambil. Gunjingan tentang masa lalunya, status jandanya, dan tuduhan bahwa posisinya diperoleh karena kecantikannya, bukan kemampuannya, menjadi suara latar yang hampir selalu menemani.Namun, Lila berusaha keras untuk tidak peduli. Dia sudah memutuskan sejak awal bahwa pekerjaannya di sini bukanlah tentang orang lain, tetapi tentang dirinya sendiri. Meskipun ada saat-saat di mana dia merasa tertekan, Lila terlihat lebih tangguh dari sebelumnya. Perlahan, dia terbiasa mengabaikan bisikan itu, seolah-olah angin berlalu. Di kantornya, Lila menatap layar komputer, fokus pada laporan investasi yang tengah ia kerjakan. Setiap perhitungan dan analisis dia lakukan dengan teliti. Pekerjaan ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar wajah cantik. Dia i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   33. Pengobatan Fertilitas

    Saat pikiran Sean masih bergulat dengan amarah, pintu ruangannya terbuka perlahan. Bella, sekretaris pribadinya, melangkah masuk. Hari ini, dandanan Bella terlihat lebih berani dari biasanya. Lipstik merah menyala menghiasi bibirnya, sementara gaun ketat yang dikenakannya menonjolkan lekuk tubuhnya. Senyum tipis mengembang di wajahnya saat dia mendekatkan secangkir kopi ke meja Sean."Seperti biasa, Pak Sean," ucap Bella sambil menaruh kopi di atas meja, suaranya terdengar lembut menggoda.Sean hanya meliriknya sekilas, masih tenggelam dalam kemarahannya. "Jadwal minggu ini?" tanya Sean dingin, mengabaikan penampilan Bella yang mencolok.Bella mendekati meja, membuka tablet dan mulai membacakan jadwal. "Pertemuan dengan klien utama besok pukul sembilan pagi, kemudian rapat dewan direksi jam sebelas. Kamis, ada makan siang dengan investor baru ..."Sean mendengarkan sambil menyeruput kopinya, pikirannya sesekali melayang kembali ke Lila dan Ryan. Cemburu, Sean selalu menyangkal akan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   34. Bayi Kecil

    Sean tertidur dengan gelisah tampaknya dia sedang bermimpi. Sean melihat sosok bayi kecil yang duduk di atas selimut putih lembut, tertawa pelan dengan mata yang bersinar. Bayi itu terlihat begitu damai, dengan senyum manis yang memancar dari wajahnya. Sean berhenti di kejauhan, memperhatikan anak itu. Rasa penasaran mulai merayapi hatinya. "Hai Baby, siapa kamu?" bisiknya perlahan, namun bayi itu hanya menatapnya sambil tertawa, suara tawanya begitu jernih, seakan memenuhi ruangan yang kosong. Hati Sean meleleh seketika. Ia melangkah mendekat, perlahan, takut mengganggu ketenangan yang mengelilingi bayi itu. "Kamu cowok apa cewek?" tanya Sean lagi dengan suara lembut terlihat begitu penasaran, tetapi bayi itu tidak menjawab. Hanya tawa kecil yang kembali terdengar, membuat Sean gemas dan semakin ingin mendekat. Langkah Sean semakin cepat. Dia ingin menggendong bayi itu, merasakan kehangatan di pelukannya. Setiap langkah yang dia ambil, jarak antara mereka tampak memendek, namu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   35. Diagnosa Awal

    Lila duduk di kursi kerjanya, membuka laci, dan mengambil botol multivitamin yang selalu ia simpan. Dengan cepat, dia mengambil sebutir dan menelannya bersama seteguk air. Lila berharap vitamin itu akan membantunya mengatasi rasa lelah yang semakin hari terasa semakin mengganggu aktifitasnya. Pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini memang menuntut banyak tenaga dan konsentrasi. Kondisi tubuh yang dirasa kurang bersahabat itu, dipupusnya hanya sebagai efek dari kelelahan biasa. “Aku harus bisa mengalahkan rasa lelah ini,” gumam Lila pelan, seolah menyemangati diri sendiri. Dia berusaha menepis semua ketakutan yang sedikit demi sedikit mengusik benaknya. Namun, hari ini sangat berbeda. Rasa lelah yang Lila rasakan terasa semakin tidak terkendali. Matanya terasa berat, kepalanya berdenyut nyeri, dan tubuhnya seakan tidak berdaya sama sekali. Sambil memijit pelipisnya, Lila memutuskan untuk ke kamar mandi sejenak. Entah apa tujuan Lila sebenarnya, mungkin dia sekedar ingin menenangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   247. Sean yang Tak Berdaya

    Ryan duduk diam di hadapan ayahnya, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja disampaikan. Dia yang mendampingi masa-masa awal kehamilan Lila masih ingat kapan seharusnya persalinan itu terjadi.“Bukankah ini belum waktunya?” tanya Ryan mencoba memastikan.“Ya, bayi itu lahir prematur. Dan sekarang harus mendapat perawat intensif di inkubator.” Andika tidak bisa menutupi kesedihannya, meskipun kelahiran bayi itu akan membuatnya kehilangan kekayaan tetapi dia tetap menyayangi cucunya.“Apa ini ada hubungannya dengan penculikan itu? Papa tahu siapa yang melakukannya?”Andika mengangguk pelan lalu menghela napas panjang sebelum mulai berbicara. “Sekretaris Sean,” jawab Andika singkat.“Sekar berhasil melacaknya dan menyelamatkan Lila. Tapi Lila harus melahirkan sebelum waktunya, karena sekretaris Sean memberikan obat yang memacu kontraksi.”Ryan mengangguk, merasakan ketegangan menggumpal di dadanya. “Bagaimana keadaan bayinya?” tanyanya pelan.“Bayinya di NICU,” Andika menjawab, w

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   246. Suami Sampah

    Sean berdiri mematung di depan pintu ruang perawatan Lila. Dari tempatnya, dia bisa melihat penjagaan ketat yang diatur oleh Sekar. Meski tidak mencolok, keberadaan beberapa pria bertubuh kekar di sekitar area itu sudah cukup memberi peringatan bahwa Sekar tak main-main. Perempuan itu bersikeras melindungi Lila dan tidak akan membiarkan Sean mendekat begitu saja.Perasaan bersalah dan amarah bercampur dalam dada Sean. Dia tahu situasinya rumit, tapi hati kecilnya tetap berbisik bahwa sebagai suami dan ayah, dirinya punya hak.Dengan berat Sean bergerak menjauh dari pintu itu. Dia mengayunkan langkahnya menuju arah yang lain, ruang NICU. Di sana, dua anak buah Theo berjaga dengan postur kaku dan wajah tanpa ekspresi. Mereka mencoba menghalangi Sean untuk memasuki ruang tersebut.“Aku hanya ingin melihat keadaan anakku,” ucap Sean terdengar memohon.“Kami hanya menjalankan perintah, hanya Bu Sekar yang boleh melihat cucunya.” Salah satu dari anak buah Theo memberanikan diri untuk mengha

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   245. Penghakiman yang Menyakitkan

    Sean berdiri membeku di depan Sekar. Wajahnya tertunduk, tangan menggenggam erat di sisinya. Tamparan di pipinya masih terasa panas, namun itu tak seberapa dibandingkan kata-kata tajam yang baru saja dilontarkan ibunya, Sekar. Kata-kata itu berputar di kepalanya seperti belati yang terus-menerus menorehkan luka baru di hatinya.“Ini semua salahmu, Sean!” Suara Sekar meledak, penuh amarah yang sudah lama dipendam. Sekar menatap putranya dengan api kemarahan di matanya. Suaranya naik turun, penuh emosi.“Apa kau tahu betapa menderitanya Lila? Apa kau tahu betapa dekatnya dia dengan bahaya? Tidak, tentu saja kau tidak tahu! Kau terlalu sibuk melindungi Andika dan Ryan, orang-orang yang bahkan tidak layak untuk kau bela!”Sean hanya bisa menunduk mendengar segala ucapan Sekar. Dia tahu apa yang dikatakan sang mama benar, meskipun terdengar begitu menyakitkan. Ia tidak bisa membela diri, tidak bisa menyangkal. Sekar melangkah mendekat, menatap putranya dengan pandangan penuh amarah yang me

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   244. Sebuah Tamparan

    Mobil berhenti mendadak tepat di depan pintu unit gawat darurat. Theo keluar dengan langkah cepat, menghampiri petugas medis yang berjaga di depan pintu. Wajahnya tegang, napasnya memburu."Saya butuh bantuan segera! Pasien dalam kondisi kritis!" suara Theo terdengar keras dan tegas, hampir seperti perintah.Petugas medis yang berjaga tidak membuang waktu. Dalam hitungan detik, mereka memanggil tim perawat dengan brankar. Theo membuka pintu belakang mobil, menunjuk ke arah Lila yang terbaring pucat, matanya terpejam, tubuhnya terlihat tak berdaya.“Hati-hati,” ucap Sekar dengan nada rendah namun mendesak saat para perawat memindahkan tubuh Lila ke atas brankar.Sekar turun dari mobil, mengikuti di belakang dengan langkah cepat. Wajah perempuan paruh baya itu dipenuhi kecemasan, namun dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Tatapan matanya tidak lepas dari tubuh Lila.Brankar meluncur dengan cepat melewati pintu unit gawat darurat menuju ruang pemeriksaan. Di ujung lorong, Dokt

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   243. Keselamatan Dua Nyawa

    Bella menggertakkan giginya, berusaha menarik tubuh Lila yang lunglai untuk kembali ke kamarnya. Tubuh perempuan hamil itu berat, terlalu berat untuk dipindahkan oleh Bella seorang diri. Matanya berkilat jijik saat melihat cairan yang membasahi pakaian Lila.“Benar-benar manusia tidak berguna, bisanya hanya nyusahin saja,” ucap Bella yang terlihap putus asa karena tubuh Lila yang berat.Bella hampir menyerah ketika suara ketukan pintu menggetarkan udara. Dia berhenti sejenak, menarik napas panjang. Harapan melintas di wajahnya. Pasti Vicky, pikirnya, satu-satunya orang yang tahu bahwa dia ada di sini. Tanpa berpikir panjang, Bella berjalan tergesa ke pintu.Namun, saat pintu terbuka, harapannya langsung berubah menjadi mimpi buruk. Bukan Vicky yang berdiri di sana, melainkan Sekar, Theo, dan beberapa pria berbadan besar yang menatapnya seperti singa lapar. Tatapan dingin Sekar menembus seperti pisau, memaku Bella di tempat. Bibirnya melengkung tipis, seperti menyimpan amarah yang siap

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   242. Putus Asa

    Sean menatap Selo Ardi dengan tatapan tajam, seperti bara api yang tak kunjung padam. Tetapi tak ada perlawanan dari Sean. Amarah Sean mulai surut, meski dadanya masih naik turun, menunjukkan jika dia berusaha untuk mengendalikan dirinya."Dia tahu di mana Lila," gumam Sean dengan suara serak. “Tapi dia mencoba mempermainkan aku," sambung Sean, suaranya lebih lirih namun tetap penuh bara dan luka.Selo Ardi, yang berdiri dengan punggung tegap, melirik sekilas ke arah Vicky. Sebuah pemandangan yang sangat mengenaskan."Kalian urus perempuan ini," perintah Selo Ardi kepada dua anak buahnya yang berdiri di sudut ruangan. "Pastikan dia mendapat perawatan yang layak. Dan jangan ada yang melaporkan hal ini ke polisi. Kita tidak butuh masalah tambahan."Vicky hanya bisa menangis pelan di lantai, tubuhnya menggigil. Hatinya penuh penyesalan, tetapi juga ketakutan. Wajah garang Sean masih terbayang di benaknya, seperti bayangan buruk yang sulit dihapus. Dahulu Vicky pernah mendengar cerita d

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   241. Amarah yang Tak Tertahan

    Vicky merasakan impiannya menjadi nyata, dia bisa begitu dekat dengan Sean. Bahkan, saat ini dia bisa dengan liar melabuhkan bibirnya di dada bidang Sean yang selama ini hanya bisa dia bayangkan.Suara desahan penuh frustasi dari Sean dianggap lampu hijau bagi Vicky. Hingga instruktur senam bertubuh aduhai itu, menggerakkan tangan mencoba membuka gesper sabuk yang melingkar di pinggang Sean.“Oh ... Sean!” teriak Vicky dengan keras.Belum sempat terbuka, Vicky dikejutkan oleh Sean yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan sekuat tenaga. Bukan hanya rambutnya yang terasa hampir tercerabut, tetapi Vicky merasakan sakit di kulit kepala hingga lehernya.“Katakan di mana Lila berada?” Sean berteriak dengan keras sambil menarik rambut Vicky.Tidak peduli dengan Vicky yang mengaduh kesakitan, Sean menarik rambut semakin keras saat jawaban tidak juga dia dapatkan.“Katakan di mana Lila berada?” tanya Sean sekali lagi, dengan gigi yang beradu dan rahang yang mengeras.“Aku akan mengatakan padamu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   240. Sean dan Vicky

    Sean berdiri tegak, menatap Vicky dengan tatapan penuh kewaspadaan. Tubuhnya menegang, instingnya mengatakan bahwa ini bukan pertemuan biasa.“Di mana Lila?” tanya Sean sekali lagi, nadanya lebih tajam kali ini.Vicky tersenyum, berjalan perlahan mendekati Sean. Setiap langkahnya terasa seperti ancaman, meskipun ia tetap menjaga senyumnya yang memikat.“Saya tahu di mana dia,” ucap Vicky lembut, tetapi penuh kepastian. “Tapi, ada syaratnya.”Sean mengerutkan kening. “Syarat apa?”Vicky berhenti tepat di depannya, matanya menatap langsung ke dalam mata Sean. “Setelah kau menemukan Lila, kau harus menikahiku. Lila tak perlu tahu, Sean. Dia hanya masalah kecil. Kau dan aku ... kita bisa menjadi sesuatu yang lebih.”Sean menggelengkan kepala, ekspresinya berubah menjadi jijik. “Kau gila, Vicky. Permintaanmu tidak masuk akal.”Namun, Vicky tidak mundur. Senyumnya menghilang, digantikan oleh tatapan yang lebih serius. “Pikirkan baik-baik, Sean. Kau mencintainya, bukan? Jika kau ingin anak d

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   239. Ancaman Terselubung

    Lila memegangi perutnya yang mulai terasa nyeri. Ia tahu ini bukan pertanda baik. Air mata terus mengalir, rasa takut merayapi tubuhnya. Bella, di sisi lain, tidak menunjukkan belas kasih sedikit pun.“Anak itu tidak seharusnya ada,” ucap Bella tanpa belas kasih. “Dan kau, Lila, tidak seharusnya hadir dalam hidup Sean.”Lila ingin membalas, ingin berkata sesuatu, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya bisa menggigit bibir, menahan erangan yang nyaris lolos.Keringat dingin membasahi pelipis Lila, dan ia merasa cairan hangat mengalir dari jalan lahirnya, membasahi kain lusuh yang menutupi kakinya. Matanya membelalak, kepanikan menjalari tubuhnya. Tangannya mencoba meraih Bella, memohon dengan suara yang serak, hampir tak terdengar.“Bella...” suara Lila terdengar serak, hampir tak terdengar. Ia mencoba meraih perhatian wanita itu, memohon dengan lirih.Rasa sakit semakin kuat di perut Lila. Ia menunduk, tubuhnya gemetar. Dalam hati, ia berdoa, memohon kekuatan untuk melindungi bayi ya

DMCA.com Protection Status