Home / Romansa / Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal / 26. Kalau Masih Cinta, Rujuk Saja!

Share

26. Kalau Masih Cinta, Rujuk Saja!

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-09-24 15:03:32

Rangga, orang kepercayaan Sean selama bertahun-tahun, berdiri dengan tangan terlipat di depan meja kerja bosnya. Matanya mengamati Sean yang masih asyik dengan layar laptop, tak terganggu sedikit pun oleh rentetan panggilan telepon yang baru saja dia terima.

Sebagai orang yang dekat dengan Sean, Rangga sudah sering melihat sikap dingin dan manipulatif majikannya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.

"Kau yakin apa yang kau lakukan ini benar, Mas?" Rangga akhirnya angkat bicara, suaranya tenang, tapi gurta wajahnya terlihat sangat serius.

Sean mendongak, sedikit terkejut Rangga berani mempertanyakan keputusannya. "Apa maksudmu?" tanya Sean datar merasa tidak nyaman dengan sikap Rangga yang dia anggap terlalu ikut campur.

Rangga mendekat, duduk di kursi yang berada tepat di hadapan meja Sean. "Lila. Kau mempersulit hidupnya setelah perceraian ini. Memblokir peluang kerjanya, menyebar pengaruhmu ke berbagai perusahaan. Itu bukan sesuatu yang biasanya kau lakukan hanya untuk ...
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Nah loh dengerin tuh kata Rangga asistenmu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   27. Moment yang Tepat

    Lila duduk di sofa apartemen sederhananya, ponsel di tangan. Sudah beberapa email lamaran dikirim, namun semua berujung penolakan. Dengan napas berat, dia mencoba opsi terakhir yang dia miliki, menghubungi teman-temannya. Mungkin ada yang bisa membantunya mendapatkan pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sementara. Lila menggulir kontak di ponselnya, berhenti di nama Sarah, teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Dia menekan tombol panggil. “Lila! Apa kabar?” suara Sarah terdengar ceria di awal percakapan. Setelah sedikit basa-basi, Lila langsung ke pokok permasalahan. "Sarah, aku sedang butuh pekerjaan. Apakah ada lowongan di kantormu?" Suara Sarah berubah ragu. "Oh, aku turut prihatin, Lil. Tapi ... di kantorku sekarang lagi ada restrukturisasi besar-besaran, dan mereka justru sedang mengurangi staf. Jadi, mungkin saat ini belum bisa bantu." Lila berusaha tersenyum, meskipun dia tahu Sarah hanya mencari alasan. "Aku mengerti, terima kasih ya, Sar." Setelah menutup te

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   28. Pertemuan

    Lila duduk di depan meja riasnya yang sederhana, menatap deretan botol-botol produk perawatan kecantikan yang tersisa. Hanya ada beberapa yang masih setengah, sementara sisanya hampir kosong. Tangannya terulur, meraih salah satu botol serum yang dulu selalu dia gunakan dengan rutin. Dengan senyum masam, dia menyentuh pipinya yang masih mulus, mengingat betapa dia dulu sangat memperhatikan penampilan. Dulu, perawatan kulit dan produk-produk mewah ini bukanlah masalah baginya. Setiap bulan, dia bisa mengunjungi klinik kecantikan dan membeli semua yang dibutuhkan untuk menjaga kulitnya tetap cerah dan bersinar. Namun, kini, keadaan berbeda. Lila tahu bahwa dia tidak bisa lagi menghamburkan uang untuk hal-hal semacam itu. Perawatan mahal itu kini hanya tinggal kenangan. "Selamat tinggal, kulit mulus," gumamnya pelan sambal tersenyum tipis menertawakan dirinya sendiri. Lila mencoba menyisipkan humor di tengah kesulitan yang dia rasakan. Lila sadar, tak lama lagi, wajah yang selalu dia b

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   29. Malaikat di Depan Mata

    Ryan berusaha tetap tenang, tetapi ada sedikit ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan. Dia melangkah mendekat ke meja kasir, menatap Lila dengan senyum canggung. “Jadi, kamu belanja di sini juga sekarang?” tanyanya, berusaha mengakrabkan diri seolah-olah mereka adalah teman lama yang bertemu kembali di tempat biasa. Lila tersenyum tipis, merasa sedikit tak nyaman. “Ya, begitulah,” jawabnya singkat, berusaha menghindari kontak mata. Lila meletakkan barang-barang belanjaannya di meja kasir. “Pak Ryan mau belanja apa?” tanya balik Lila yang terlihat bingung dengan keberadaan Ryan di hadapannya. Dalam kekalutan momen itu, tanpa berpikir panjang, tangannya menyentuh sebuah benda yang terletak di rak, sebungkus alat pengaman untuk pria. Lila yang menyaksikan gerakan spontan Ryan itu langsung tertegun. Mata mereka bertemu sesaat, dan suasana hening menyergap mereka berdua. Ryan yang menyadari kesalahan fatalnya, langsung menarik tangannya, wajahnya mulai memerah. “Oh, eh ... bukan itu

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   30. Bangkitnya Mantan Nyonya Wismoyojati

    Lila menatap Ryan dengan alis terangkat, terkejut mendengar tawaran pekerjaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Sebuah pekerjaan dan posisi yang dahulu sangat dia idamkan saat masih kuliah."Analis investasi?" ulang Lila, masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.Lila terdiam sesaat, meresapi kata-kata Ryan. Tawaran pekerjaan itu terdengar seperti sebuah mimpi, posisi yang menggiurkan dengan bayaran yang bisa menyelamatkannya dari krisis finansial yang selama ini menghantui.‘Saya tahu kamu sangat kompeten di bidang ini.”"Dari mana kamu tahu?"Ryan tersenyum tipis, seolah sudah mempersiapkan jawabannya. “Saya tahu banyak tentangmu daripada yang kamu kira. Kamu lulusan terbaik di kampusmu, saya juga sempat membaca skripsi tentang investasi dan kelas menengah di negeri ini. Sangat menarik.Lila hanya diam tertegun, seolah tidak percaya dengan penjelasan yang baru saja diberikan oleh Ryan. Ada perasaan seperti telah dibuntuti selama ini.“Bu Sekar sering memamerkan kehebatan

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   31. Hari Pertama yang Menyesakkan

    Pagi itu, Lila bangun lebih awal dari biasanya. Ada rasa gugup yang tidak bisa ia sembunyikan, tetapi di balik itu juga ada semangat baru yang membara. Dia mengenakan setelan rapi, sederhana namun elegan, pesona Nyonya Wismoyojati tampaknya tidak luntur meskipun sudah bergelar mantan. Ini adalah hari pertama Lila kembali bekerja. Setelah memeriksa tas kerjanya sekali lagi dan memastikan semuanya lengkap, Lila berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sejenak. Wajahnya tampak lebih segar, matanya menyiratkan tekad yang baru. Dia tersenyum tipis pada dirinya sendiri. “Saya bisa melakukannya,” bisik Lila pelan memberi semangat kepada dirinya sendiri. Begitu keluar dari apartemennya, Lila terkejut melihat Ryan sudah berdiri di luar, bersandar santai pada mobil mewahnya. Dengan setelan jas rapi, Ryan terlihat seperti seseorang yang telah siap menghadapi dunia. Lila tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun masih ada sedikit rasa canggung di antara mereka. “Pagi,” s

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   32. Kenapa Harus Dia?

    Hari-hari berlalu, dan Lila mulai terbiasa dengan bisikan-bisikan di sekitar kantornya. Setiap kali dia melewati meja-meja rekan kerjanya, dia bisa merasakan tatapan tajam yang seolah menilai setiap langkah yang dia ambil. Gunjingan tentang masa lalunya, status jandanya, dan tuduhan bahwa posisinya diperoleh karena kecantikannya, bukan kemampuannya, menjadi suara latar yang hampir selalu menemani.Namun, Lila berusaha keras untuk tidak peduli. Dia sudah memutuskan sejak awal bahwa pekerjaannya di sini bukanlah tentang orang lain, tetapi tentang dirinya sendiri. Meskipun ada saat-saat di mana dia merasa tertekan, Lila terlihat lebih tangguh dari sebelumnya. Perlahan, dia terbiasa mengabaikan bisikan itu, seolah-olah angin berlalu. Di kantornya, Lila menatap layar komputer, fokus pada laporan investasi yang tengah ia kerjakan. Setiap perhitungan dan analisis dia lakukan dengan teliti. Pekerjaan ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar wajah cantik. Dia i

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   33. Pengobatan Fertilitas

    Saat pikiran Sean masih bergulat dengan amarah, pintu ruangannya terbuka perlahan. Bella, sekretaris pribadinya, melangkah masuk. Hari ini, dandanan Bella terlihat lebih berani dari biasanya. Lipstik merah menyala menghiasi bibirnya, sementara gaun ketat yang dikenakannya menonjolkan lekuk tubuhnya. Senyum tipis mengembang di wajahnya saat dia mendekatkan secangkir kopi ke meja Sean."Seperti biasa, Pak Sean," ucap Bella sambil menaruh kopi di atas meja, suaranya terdengar lembut menggoda.Sean hanya meliriknya sekilas, masih tenggelam dalam kemarahannya. "Jadwal minggu ini?" tanya Sean dingin, mengabaikan penampilan Bella yang mencolok.Bella mendekati meja, membuka tablet dan mulai membacakan jadwal. "Pertemuan dengan klien utama besok pukul sembilan pagi, kemudian rapat dewan direksi jam sebelas. Kamis, ada makan siang dengan investor baru ..."Sean mendengarkan sambil menyeruput kopinya, pikirannya sesekali melayang kembali ke Lila dan Ryan. Cemburu, Sean selalu menyangkal akan ha

    Last Updated : 2024-09-30
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   34. Bayi Kecil

    Sean tertidur dengan gelisah tampaknya dia sedang bermimpi. Sean melihat sosok bayi kecil yang duduk di atas selimut putih lembut, tertawa pelan dengan mata yang bersinar. Bayi itu terlihat begitu damai, dengan senyum manis yang memancar dari wajahnya. Sean berhenti di kejauhan, memperhatikan anak itu. Rasa penasaran mulai merayapi hatinya. "Hai Baby, siapa kamu?" bisiknya perlahan, namun bayi itu hanya menatapnya sambil tertawa, suara tawanya begitu jernih, seakan memenuhi ruangan yang kosong. Hati Sean meleleh seketika. Ia melangkah mendekat, perlahan, takut mengganggu ketenangan yang mengelilingi bayi itu. "Kamu cowok apa cewek?" tanya Sean lagi dengan suara lembut terlihat begitu penasaran, tetapi bayi itu tidak menjawab. Hanya tawa kecil yang kembali terdengar, membuat Sean gemas dan semakin ingin mendekat. Langkah Sean semakin cepat. Dia ingin menggendong bayi itu, merasakan kehangatan di pelukannya. Setiap langkah yang dia ambil, jarak antara mereka tampak memendek, namu

    Last Updated : 2024-10-01

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   405. Melampiaskan Kesedihan

    Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyingkirkan rasa sedihnya. Ryan lebih memilih diam menyendiri mengasingkan diri dari orang lain. Sepulang kerja, dia akan menyendiri di ruang kerja atau di kamar Risda.Seperti saat ini, Ryan duduk sendiri di ruang kerjanya ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dibiarkan begitu saja. Hatinya masih terasa berat. Kepergian Andika meninggalkan lubang besar dalam dirinya, begitu pula kepergian Risda yang masih menyisakan luka.Sungguh jauh berbeda dengan Sean yang memilih untuk sibuk, Ryan justru semakin tenggelam dalam kesedihan. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya.Di sisi lain, Sean sibuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Setiap harinya ia pulang lebih larut, mencari cara agar pikirannya tidak terlalu banyak melayang pada kehilangan yang ia rasakan.Menjalani biduk rumah tangga hampir delapan tahun, membuat Lila bisa memahami suasana kebatinan suaminya. Termasuk bagaimana dia harus mempersiapkan diri di hadapan Sean dan menuruti

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   404. Celoteh Anak Kecil

    Malika duduk di sudut ruangan, memeluk boneka kelinci kesayangannya sambil memperhatikan Brilian dan Renasya. Matanya menyipit sedikit, menunjukkan perasaan yang tidak bisa ia sembunyikan, cemburu.Brilian tampak begitu bersemangat memperkenalkan Renasya kepada Malika. “Ini Renasya! Dia adikku!” ucap Brlian dengan bangga, tangannya menggandeng Renasya seolah ingin melindungi adik sepupunya tersebut.Malika menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang berubah. Selama ini, Brilian selalu dekat dengannya, selalu melindungi dan menjaganya seperti kakak sendiri. Tapi sekarang, perhatian Brilian sepenuhnya tertuju pada Renasya.“Kamu kenapa diam saja, Malika?”Malika menggeleng pelan, tapi matanya masih terpaku pada Brilian dan Renasya. Lalu dengan berat hati akhirnya menerima uluran tangan Renasya.Renasya tersenyum saat Malika menggenggam tangannya. “Namaku Rena, aku adiknya Kak Brili. Kita bisa main bersama.”Suasana hati Malika tampaknya sedang tidak baik. Dia tidak seantusias biasanya s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   403. Duka Mendalam

    Suasana duka menyelimuti rumah Andika. Cahaya lampu yang temaram dan lantunan doa-doa menciptakan keheningan yang mencekam. Sekar berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Sean dan Ryan, tampak keduanya sama-sama dirundung kesedihan.Dalam hati Sekar bertanya, kebaikan apa yang membuat Andika begitu dicintai oleh kedua anaknya. Meski sebagai seorang ayah, Andika telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang meninggalkan luka mendalam, baik itu kepada Sean maupun Ryan.Sean, meskipun wajahnya tidak berhiaskan senyum, tetapi dia tetap terlihat tegar. Ia menyapa tamu yang datang, memberi arahan kepada para pelayan agar memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun, sesekali, tatapannya melayang ke arah jenazah sang papa, seolah masih berusaha menerima kenyataan pahit ini.Sementara itu, Ryan duduk diam di samping jenazah Andika, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Tidak ada air mata yang jatuh, tetapi kesedihan terpancar jelas di matanya. Ryan seperti sedang menunggu sang papa tertidur, be

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   402. Asa yang Telah Padam

    Sekar menguatkan hatinya melangkah mendekati ranjang perawatan Andika dengan perasaan yang tak menentu. Napas pria itu tersengal, dengan mata yang setengah terbuka, seolah ingin menangkap sosok Sekar untuk terakhir kalinya. Di sekeliling mereka, suara alat medis terus berbunyi, menjadi latar yang tak bisa diabaikan.Sekar menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan Andika yang terasa semakin dingin. Perasaan bersalah dan kepedihan bersarang dalam hati perempuan paruh baya itu. Bagaimana mungkin cinta mereka yang pernah menggebu-gebu kini berakhir di sini?Sekar mendekatkan mulutnya tepat di telinga Andika. Dengan suara pelan dan bergetar, perempuan paruh baya itu membisikkan sebuah doa, seperti yang pernah ia ucapkan kala melepas kepergian sang papa beberapa tahun yang lalu.Bayangan kebersamaan mereka yang dulu kembali menghampiri pikirannya, berputar-putar tanpa henti.Andika dengan tatap mata kosong yang menerawang, mencoba

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   401. Setelah Maaf Terucap

    Sekar melangkah keluar dari ruang perawatan Andika dengan gurat wajah penuh kekesalan. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu, karena hanya akan mengingatkan kembali pada luka lama yang sampai saat ini belum bisa sembuh sepenuhnya.Seandainya bukan untuk memberi kejelasan tentang hubungan mereka, bagi Sekar pertemuan ini hanya membuang waktunya. Andika sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak perlu diungkit lagi.Namun, baru beberapa langkah dari pintu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa membuatnya berhenti. Sekar menoleh dan melihat seorang dokter bersama beberapa perawat bergegas masuk ke ruang perawatan Andika. Wajah mereka tegang, gerakan mereka cepat dan menunjukkan suasana darurat.Hatinya mendadak berdebar kencang. Sekar bisa saja mengabaikan, dan terus berjalan seperti yang ia rencanakan sejak awal. Namun, tanpa sadar, kaki perempuan paruh baya itu justru melangkah kembali ke arah pintu.Sekar berdiri di ambang pintu, menyaksikan dokter dan perawat mengelilingi Andika

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   400. Harapan Andika

    Brilian dengan antusias menceritakan pertemuannya dengan Renasya kepada Sekar. Bocah itu duduk di sofa sambil mengayunkan kakinya, wajahnya bersinar penuh semangat.“Oma, ternyata aku sudah punya adik.”Sekar menatap cucunya. Biasanya yang dia sebut adik adalah Malika dan Mikaila anak dari Rangga dan Nadya.“Namanya Renasya, Oma. Dia cantik sekali! Rambutnya panjang wangi, dia juga lucu, suka tertawa. Tidak cengeng seperti Malika,” cerita Brilian dengan penuh semangat.Sekar, yang sedang membaca majalah di sebelahnya, hanya menanggapi dengan anggukan kecil. “Oh ya?”Brilian mengangguk cepat. “Iya! Aku suka main sama dia. Kalau nanti dia main ke sini, aku mau ngajarin dia main basket.”Sekar tersenyum kecil, tapi tak ada antusiasme di matanya. Ia mendengar cerita cucunya, tapi hatinya tetap dingin. Meski dia sadar jika Renasya tidak berdosa, tetapi Sekar belum bisa menerima Renasya ataupun Ryan sepenuhnya.Bagi Sekar, meski Risda sudah tiada, jejak kesalahan wanita itu masih terasa dal

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   399. Terminal Lucidity

    Suasana di ruang perawatan Andika dipenuhi kebahagiaan. Sean dan Ryan datang bersama keluarga mereka, membawa serta anak dan istri masing-masing. Andika tersenyum melihat dua putranya berdiri berdampingan, membawa keluarga kecil mereka ke hadapannya."Papa, ini Renasya," ujar Ryan sambil menggendong putrinya yang masih malu-malu.Andika menatap gadis kecil itu dengan penuh kasih. "Renasya, ke mari, Nak."Renasya menoleh ke Ryan, memastikan bahwa dia boleh mendekat, lalu dengan ragu melangkah ke tempat tidur Andika. Saat Andika mengulurkan tangannya, Renasya tersenyum dan menggenggam jemari rentanya."Opaaaa!" serunya girang.Andika melihat Brilian yang masih berada di samping Sean. Mereka sudah beberapa kali bertemu, pertemuan yang dirahasiakan dari Sekar tentunya.“Brili tidak kangen opa?” tanya Andika sambil mengulurkan tangannya. “Sini dekat dengan adikmu.”“Dia kakakku?” tanya Renasya dengan polosnya.Bocah yang baru berusia tiga tahun kembali melihat ke arah kedua orang tuanya se

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   398. Sekali Saja

    Sean setengah berlari menuju ruang perawatan Andika. Napasnya memburu, tapi hatinya penuh harapan. Begitu membuka pintu, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya terdiam sesaat.Andika terbaring di atas brankar dengan mata terbuka, menatap ke arahnya dengan senyum tipis. Di sampingnya, Ryan duduk dengan ekspresi penuh kebahagiaan.“Papa sudah sadar!” seru Ryan, suaranya terdengar lega.Sean nyaris tidak percaya. Ia segera mendekat, meraih tangan sang papa dengan erat. “Papa…” suaranya bergetar. “Akhirnya…”Andika menatap kedua putranya dengan mata berkaca-kaca. “Kalian di sini…” suaranya lemah, tapi penuh kehangatan.Untuk pertama kalinya Andika menyaksikan kedua putranya berada dalam satu tempat dalam keadaan kompak dan rukun.“Papa sudah lama tertidur,” ujar Ryan, mencoba menahan emosinya. “Kami menunggu Papa sadar.”Sean mengangguk cepat. “Kami pikir… Papa tidak akan bangun lagi.”Andika tersenyum samar, menatap mereka satu per satu. “Tuhan masih memberiku waktu… untu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   397. Apa yang Terjadi dengan Papa?

    Setelah makan malam selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga. Brilian sangat bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarganya secara utuh. Bocah itu tidak ingin jauh dari papanya, tampak ingin bermanja sejenak sebelum dia tidur.Sean menyandarkan punggungnya di sofa, menatap mamanya dengan ekspresi penuh selidik. Lila duduk di sampingnya, perutnya yang sudah mulai terlihat membesar tampak menyulitkan pergerakannya. Mungkin karena hamil kembar, perut Lila terlihat lebih besar dari usia kehamilannya saat ini.Sean menautkan jemarinya tampak ragu untuk mulai berbicara. "Mama, aku ingin tahu sesuatu."Sekar menyesap tehnya dengan tenang. "Apa Sean?""Bagaimana caranya Mama meyakinkan Ryan?" Sean menatapnya tajam. "Beberapa kali aku bertemu dengannya, dia jelas menolak. Tapi tiba-tiba, dia setuju. Apa yang Mama lakukan?"Memang selama ini Ryan sering menyebut nama Sekar sebagai alasan penolakannya. Tetapi ternyata setelah Sekar sendiri yang menemuinya, Ryan justru langsung menyetujui ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status