Kania merasa takdir seolah sedang mempermainkannya saat ini. Tiba-tiba saja Jeffrey, sang pemilik J.Inc tempatnya bekerja, mengajaknya untuk menikah secara rahasia demi memperoleh keturunan darinya. Kania merasa tersinggung dengan ajakan Jeffrey dan menolak keras permintaan Bos nya itu. Kania tidak ingin dicap sebagai pelakor karena mau menikah dengan suami orang. Apalagi, istri Bos nya saat itu sedang mengidap penyakit kanker ganas.
View MoreSeorang pria tampan bertubuh atletis itu berjalan dengan gagahnya, matanya memandang lurus ke depan dengan angkuhnya.Dibalut dengan tuxedo mewahnya, pria tampan itu berjalan dengan langkah besar. Di setiap langkahnya sering terdengar sapaan dari para karyawan juga para staffnya.“Selamata pagi, Pak Jeffrey.” sapa sang sekretaris ketika melihat bos nya itu sudah berada di hadapannya.“Pagi, Kania. Ada jadwal apa hari ini?” tanya Jeffrey to the point.“Hari ini, Bapak ada meeting bersama klien dari Singapura pukul 2 siang, Pak.” jawab Kania dengan suara lembutnya.“Okay... Segera kamu urus persiapannya nanti, ya.” titahnya kemudian.“Dan, kamu ikut saya ke dalam. Ada berkas yang harus kamu kerjakan.” lanjut pria tampan itu dengan perintahnya pada sang sekretaris.Wanita cantik itu
Sedangkan Pagi hari ini tepatnya di Penthouse Pratama, kedua sepasang suami-istri itu tengah berdiri di balkon kamarnya, dengan sang istri yang duduk di kursi roda, dan sang suami yang senantiasa menemaninya di belakang.“Kau tidak ke kantor, Jeff?” tanya Luna pada Jeffrey, merasa heran karena Jeffrey tidak berpakaian rapi layaknya hari kerja. Padahal 'kan sekarang bukan hari weekend pikirnya.“Aku akan izin tiga hari untuk menemanimu.” jawab Jeffrey dengan senyum tampannya.Luna menghela nafasnya pelan, “Jeff, aku tifak apa-apa. Kemarin hanya deman biasa saja, kau tidak usah pikirkan aku.”Jeffrey bertumpu dengan lututnya di hadapan Luna.“Bagaimana aku tidak memikirkan mu, Luna. Kau masihlah istriku, dan akan seperti itu.” ucap Jeffrey sambil menggenggam tangan pucat istrinya.Hati Luna menghangat seketika, Je
“Selamat Pagi ...”Sapaan itu keluar dari wanita bersurai pendek, dengan kemeja lengan panjang juga rok span yang membalut tubuh kecilnya nampak sangat menggemaskan.“Ada apa denganmu? Apa kau sedang kerasukan?” sindir Jessie merasa khawatir kepada sahabatnya ini.Vitaㅡ wanita yang menyapanya di Pagi hari yang cerah ini mengerucutkan bibirnya sebal, “Kau ini ... tidak bisa melihatku bahagia, ya?” selanya seraya mengambil nasi goreng yang sudah siap dihidangkan oleh sahabatnya.Jessie hanya bisa menggelengkan kepalanya bosan melihat tingkah dari Vita.“Tunggu ... ini, kenapa ada tiga piring? Apa kau makan dengan dua porsi? Bukankah kau bilang ingin diet, Jess?” tanya Vita merasa aneh dengan sarapan Pagi kali ini, terdapat tiga piring?“Tidak, itu buat Kania.” jawaban dari Jessie berhasil m
Di dalam kamarnya, Kania merebahkan tubuh lelahnya ke kasur yang tidak sebesar dari apartemennya yang baru. Namun cukuplah untuk merilekskan tubuhnya yang lelah.Entah mengapa akhir-akhir ini sangatlah lelah baginya. Pekerjaan yang memang begitu menumpuk, rivisi berkas-berkas yang akan datang, persiapan meeting lusa, dan juga masalah hati. Ah, ngomong-ngomong masalah hati. Kania tidak tau apa yang ia rasakan saat ini.Kadang Kania merasa kesal saat Jeffrey berlaku seenaknya, kadang dirinya tidak suka jika Jeffrey berbohong kepadanya, kadang juga Kania merasa iri dengan istri pertamanya, Luna. Jeffrey begitu sangat perhatian kepada Luna, sedangkan dirinya? Bukankah Kania hanya sebatas seorang istri rahasia saja? Tapi apakah dirinya tidak berhak mendapatkan kebahagiaan? Walaupun sesaat?Saat di tanam tadi sore bersama Johnny, Kania ingat handphone miliknya berbunyi karena panggilan dari lelaki Pratama di sana.Dengan perlahan, Kania merogoh benda pipi
Membeli ice cream rupanya membuat perasaan Kania sedikit lebih tentram. Memang, ketika kita sedang merasa marah pada seseorang, makanan manis memanglah membuatnya meredam kemarahan tersebut.Kania dan Johnny baru saja keluar dari kedai ice cream itu dengan membeli lagi ice cream cone rasa coklat untuk keduanya, dan berjalan menuju apartemen yang ditinggali Kania bersama teman-temannya. Keduanya tidak mengobrol lebih saat ini, keduanya masih senantiasa menikmati makanan manis milik mereka.“Mau duduk di taman dulu.” tanya Johnny ketika melewati taman dekat apartemen.“Boleh, aku juga ingin menikmati angin sore hari ini.” jawab Kania, dan keduanya melangkahkan kakinya untuk mendekat ke taman itu, serta duduk di bangku taman dengan cone ice cream yang masing-masing mereka genggam.Sebenarnya terbesit rasa bersalah yang Kania rasakan saat ini, walau bagaimanapun statusnya masihlah
Seorang wanita cantik terus menerus sedang menatap keluar jendela bus yang ia tumpangi, dirinya berkali-kali menghela nafasnya dalam. Entah apa yang ia fikirkan saat ini.Johnny, lelaki tampan yang mengantarkan dirinya juga ikut menatap ke luar jendela bus yang mereka tumpangi. Namun bukannya menatap kearah jalan, melainkan menatap wanita cantik pujaan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja itu. Beberap kali lelaki keturunan Amerika itu mendengar helaan nafas yang keluar dari ranum merah muda Kania. Meskipun Johnny meminta dirinya untuk curhat kepadanya, namun dengan tegas wanita cantik itu menolaknya dengan halus, dan Johnny menghargai keputusannya. Dan ia memutuskan sendiri untuk mengantarkan Kania pulang, meskipun awalnya ditolak. Namun karena Johnny khawatir, Kania mengiyakan ajakannya, Johnny hanya takut saja kalau terjadi sesuatu kepada wanita cantik itu. Johnny hanya ingin memastikan bahwa Kania pulang dengan selamat.“Umm... apa kau mau jalan-jalan?&rdq
Jeffrey mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi saat ini, dirinya benar-benar sangat khawatir dengan keadaan istrinya itu. Jika Luna sedang demam tinggi, maka bukanlah pertanda yang baik untuknya, karena bisa saja istrinya sedang kritis.Namun sayangnya, jalanan Ibukota Jakarta tengah macet saat sore hari seperti ini, hingga membuat Jeffrey mengendarai mobilnya dengan sangat perlahan.“Aarrghh...! Sial! Jalanan sangat macet. Aku harus segera sampai Penthouse saat ini.” geram Jeffrey, pria tampan itu tengah menahan kekesalannya saat ini.Tin! Tin!“Ayolah... Aku harus melihat keadaan istriku!” Jeffrey berkali-kali memukul stir mobilnya dengan kesal, dirinya sangat takut jika terlambat sampai rumah nanti.Emosinya memuncak ketika jalanan masih dalam keadaan macet, diambilnya benda pipih itu dari dalam saku jas mahalnya, untuk kemudian mendial nomo
Setelah kejadian tadi pagi, Jeffrey lebih lembut dalam memperlakukan Kania, wanita cantik itu sudah sering menangis dihadapannya. Namun entah mengapa tangisannya tadi pagi jauh memilukan, sampai rasanya hati Jeffrey ikut tersayat ketika mendengarnya.Belum lagi ketika istri kecilnya itu mengatakan bahwa ia takut dengan perlakuan Jeffrey, dengan tangisan yang terisak Kania mengutarakan ketakutannya. Secara perlahan, emosi yang sudah memenuhi rongga dada Jeffrey pun semakin meredam.Namun tetap saja, Kania masihlah mendiamkannya. Sampai ketika makan siang pun Kania bersikeras mengatakan bahwa ia akan makan siang bersama kedua sahabatnya.Kali ini Jeffrey harus lebih sabar memang, jika ia gegabah sedikit sajaㅡ bisa jadi istri cantiknya itu akan pergi meninggalkan dirinya dari hidupnya, dan mengacaukan semua rencana yang nyaris akan berhasil itu.Di sebuah meja cafetariaㅡ lebih tepatnya kantor J.inc. Kan
“Selamat pagi Kania, aku membawakanmu kopi, agar kau tidak mengantuk.” ucap seorang pria tampan berkulit tan, saat ini mereka bertemu di pintu masuk gedung kantor J.Inc. Tangannya mengulur satu cup kopi hangat untuk Kania.“Terimakasih, Johnny.” Kania menerima kopi pemberian dari Johnny dengan tersenyum cerah kerah pria di sebelahnya ini, orang yang selalu gemar mendekati dirinya di kantor.“Ku lihat tadi kau turun dari bus yang bukan biasanya, Kania. Apa apartemenmu sudah pindah?” pertanyaan Johnny langsung membuat Kania terdiam sejenak, ia bingung harus menjawab apa.“Emm ... aku menginap di rumah pamanku.” Kania menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Dirinya jelas berbohong karena Ashila tidak mempunyai paman maupun bibi dari pihak ayah ataupun dari pihak ibunya.“Ah, begitu. Aku kira apartemenmu sudah pindah.” mereka berdua pu masu
Saat ini Kania sudah sampai di Bandung setelah mendapatkan kabar lewat telepon bahwa kios sayur-sayuran kedua orangtuanya ludes dilahap api. Saat ini waktu sudah menunjukkan tengah malam, dengan Kania sudah tiba di ruko sayur-sayuran milik kedua orangtuanya berada, api yang melahap habis beberapa kios pedagang-pedagang di pasar sudah padam. Sepertinya petugas pemadam kebakaran sudah menjalankan tugasnya. Sedangkan suasana masih ramai, banyak sekali orang-orang yang berdatangan melihat kios yang sudah tidak berbentuk itu.Kania langsung menangis dengan kencang, bagaimana nasib kedua orangtuanya saat ini? Sedangkan mata pencaharian mereka hanya sebagai pedagang di pasar.“Putri ...” Kania memanggil adiknya, gadis cantik berusia 18 tahun itu menoleh dan segera berlari ke arah sang kakak. Mereka berdua saling menangis dalam pelukan.“Kakak ... bagaimana setelah ini nasib keluarga kita?” Kania seingatn
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments