Kelana

Kelana

By:  Ratna Padma  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
8Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lana atau Kelana Pranandani adalah seorang perempuan urban berusia 20-an awal yang berprofesi sebagai penulis. Ia memiliki phobia terhadap komitmen atas sebab yang ia tak pernah benar-benar ketahui selain karena trauma perceraian kedua orangtuanya di masa kecil. Berkuliah hingga lulus dan bekerja

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ratna Padma
Thank you for visiting :)
2021-08-08 07:21:51
0
8 Chapters

Just Another Morning

Lana memicingkan matanya yang diterpa sinar matahari pagi. Garis-garis cahaya menerobos lewat tirai jendela, menyapu sebagian kamarnya, juga wajahnya yang lengket dan bahunya yang terbuka. Ia melirik jam dinding, pukul 7 lewat 30 menit. Lana menghela napas lega. Bersyukur bahwa kelelahan semalam tidak membuatnya terlambat menghadiri janji meeting pukul 10 di kantor penerbit yang akan menyewa jasanya selama beberapa bulan ke depan. Jika penerbit tersebut ternyata cocok dengan kinerja Lana, bukan tidak mungkin mereka akan mempekerjakan Lana secara tetap sebagai editor. Ini adalah kesempatan bagi Lana untuk melebarkan sayapnya di dunia kepenulisan. Setelah lulus S1 Sastra Indonesia sekitar 6 bulan yang lalu, akhirnya ia mendapatkan peluang menarik ini. Maka itu, ia benar-benar mempersiapkan diri agar tidak terlambat menghadiri meeting project di mana ia direkrut sebagai penulis bayangan untuk seorang aktris yang ingin menulis biografi dirinya.
Read more

First Meeting

Lana bergegas melintasi halaman parkir kantor penerbitan usai Arga menurunkannya dan berlalu dengan Vespa maticnya menuju coffee shop tempat ia bekerja sebagai barista. Beberapa kali ia menyisir rambut panjangnya yang masih setengah basah dengan tangan karena khawatir rambutnya tampak kusut sebab tadi ia terburu-buru berangkat dalam kondisi rambut yang belum kering benar. Sesampai di lobby kantor, Lana langsung menghampiri meja resepsionis dan mengutarakan maksud kedatangannya. Petugas resepsionis yang ramah itu kemudian mengarahkan Lana untuk menuju ke lantai dua, ke ruangan meeting yang sudah dipersiapkan untuk meeting project bersama sang aktris dan tim kerja lainnya pagi ini. Lana bergegas menaiki tangga menuju lantai 2. Di ujung tangga, sebelum berbelok menuju ruang meeting, ia menghentikan langkah sejenak di depan sebuah cermin besar dan merapikan dandanannya. Hari ini Lana tampak manis dan cerdas dengan setelan to
Read more

The X-Matter

Lana melepas helmnya dan menyerahkannya pada driver ojol. Setelah memastikan layanan telah terbayar melalui aplikasi dan mengucapkan terima kasih pada sang driver, Lana berlalu memasuki pintu coffee shop tempat Arga bekerja, sekaligus tempat ia akan meet up dengan Bian, sahabatnya. Suasana di dalam coffee shop belum terlalu ramai di siang hari begini. Dari kejauhan terlihat Arga di balik meja bar tengah beraksi menyiapkan pesanan pelanggan. Lana berjalan mendekati arah bar menghampiri Arga, karena Bian belum datang. "Mas, saya pesan caramel frappe iced-nya satu ya, manisnya cukupan aja. Soalnya lebih manis senyum masnya," goda Lana pada Arga yang agak terkejut atas kedatangan Lana yang tiba-tiba. "Baik Mbak, senyum saya ditambahkan terpisah atau tidak?" canda Arga menimpali godaan Lana sebelumnya. "Jangan dipisah, Mas. Dipisah itu sakit," tawa Lana tak tahan dengan gombalannya se
Read more

Is It the Time?

"Ugghh..." Arga menarik tubuhnya bersandar ke dinding, sementara Lana tetap membiarkan tubuhnya telungkup di atas tubuh Arga. Rambut panjang itu terurai dan sebagian berantakan di atas dada telanjang Arga. Sinar kuning lampu tidur di kamar kos Arga menerangi tubuh mereka berdua, menghadirkan kilau dramatis pada kilap kulit mereka yang berkeringat. Tangan kanan Arga menggapai-gapai meja kecil di samping tempat tidur, mencari sesuatu. Setelah menemukan apa yang dicarinya, ia pun menyalakannya. Arga mengangkat wajahnya agak ke samping agar percikan api tak mengenai rambut Lana. Sebatang rokok telah dinyalakan. Arga mengisap dan mengembuskannya tenang, sementara tangan kirinya membelai-belai rambut hitam Lana. Nyaman. Itu yang Lana rasakan. Setelah pergumulan mesra dan pelepasan yang hangat, berdiam di atas tubuh Arga dengan pikiran yang kosong dan tubuh yang terasa ringan adalah sesuatu yang Lana suka. Kadang lebih ia sukai dari kegiatan bercin
Read more

You Had Me at Hello

Lana melambaikan tangan usai Arga mengantarnya sampai di depan kos. Hari ini Lana berencana untuk menikmati hari dengan tidur sepuasnya, setelah babak-babak percintaannya di kos Arga sejak semalam hingga tadi saat mandi pagi, ditambah episode deraian air mata yang membuat matanya terasa perih dan bengkak membuatnya tak berminat lagi melakulan aktivitas berat hari ini. Lana membuka pintu kamar kosnya dan segera menghambur ke atas tempat tidurnya. Untunglah hari ini ia belum harus melakukan apapun berkaitan dengan project biografi Magdalena Soedibyo. Maka itu, setelah melepas sepatu dan baju yang ia pakai sejak kemarin untuk menghadiri meeting, Lana langsung menggantinya dengan kaos usang kedodoran kesayangannya, dan merebahkan diri. Ketika mata Lana mulai hendak terpejam, ponsel di dalam tasnya berbunyi memberi tanda ada pesan yang masuk. Dengan malas, Lana merogoh ke dalam tasnya, mengambil ponselnya, membuka pesan sambil berbaring.&
Read more

Gelombang

Sore yang panas. Lana tengah duduk di depan meja tulis di dalam kamarnya, bersama laptop, sebuah buku catatan penuh coretan, pena dan sewadah camilan di sebelahnya. Sebotol air dingin tampak mengembun menyegarkan pandangan mata dan suasana panas di pukul tiga sore itu. Lana sedang fokus memeriksa kerangka tulisan dan observasi serta wawancara yang akan dilakukannya untuk project biografi Magdalena Soedibyo. Lana melakukan perbaikan tentang beberapa metode dan kerangka yang sudah ia susun sebelumnya, untuk disesuaikan dengan rencana Rei mengajak Lana di setiap sesi foto yang Rei lakukan untuk Magdalena. Karena perubahan rencana tersebut, tentu saja Lana harus mengubah time table dan metode yang sebelumnya sudah ia susun mengacu pada tenggat yang sudah ditentukan. Nantinya, Lana akan melakukan wawancara seputar kisah hidup Magdalena, tentang kisah cintanya, keluarga, karir, hingga hal-hal yang menjadi favorit Magdalena. Selain itu, Magdalena j
Read more

Cinta?

Cinta? Pukul 6 pagi,  Lana mengerjap-ngerjapkan matanya sembari tetap meringkuk nyaman dalam rengkuhan Arga yang memeluknya dari belakang semalaman. Tidak ada percintaan panas membara semalam, hanya pelukan dan pembicaraan santai tentang hari-hari yang dilalui serta rencana bepergian di hari libur. Sempat Lana bergerak memberikan kode agar mereka bercinta. Tapi Arga justru menarik selimut ke arah tubuh mereka berdua dan memeluk Lana dengan nyaman hingga mereka tertidur pulas. Lana sempat merasa aneh, sebab malam-malam mereka hampir selalu dilalui dengan gelora percintaan yang panas membara sepanjang waktu. Tapi semalam sungguh berbeda, dan perbedaan itu seperti mendentingkan dawai yang berbeda pula dalam hati Lana. Ada sesuatu yang sebelumnya tak pernah tersentuh, dan semalam Arga pun menyentuhnya dengan teramat sangat lembut. Itulah sebabnya Lana bergetar dan menangis saat Arga memasangkan gelang berhiaskan kompas mungil berwarna perak
Read more

Test Pack

Test Pack  Lana memegang test pack yang baru saja ia celupkan ke dalam urin paginya. Lana tengah menanti garis itu muncul. Dalam hatinya, ia sudah pasrah apapun hasil yang akan muncul. Jika memang ia hamil, maka ia akan menjalani kehamilannya dan menerima kehadiran anak itu, buah cintanya dengan Arga. Entah bagaimana pun reaksi Arga nantinya Tiga puluh detik waktu untuk menanti hasil test pack itu, entah kenapa terasa sangat lama. Terduduk di atas closet, Lana menarik napas panjang, membuka matanya dan membalik test pack yang ia pegang dalam posisi indikator menghadap ke bawah. Satu garis. Negatif. Lana tidak hamil. Lana menghembuskan napasnya. Di satu sisi ia lega, namun anehnya, di sisi lain ada rasa kecewa yang ia tak pahami sebab kehadirannya. Lana menyeka titik air yang terbit di kedua matanya. Ia bangkit da
Read more
DMCA.com Protection Status