Share

Bab 110

Setelah menjawab, Alya kembali menundukkan kepalanya. Di dalam hatinya, dia sedang menebak kenapa Rizki berubah.

Sebelumnya, Rizki jelas-jelas memiliki ekspresi masam. Namun, setelah mendengar orang-orang itu bergosip, ekspresinya tidak semasam itu lagi. Bahkan dia peduli apakah Alya mau makan atau tidak.

Apakah ini karena ... dia mengira Alya sudah aborsi, jadi dia berasa bersalah?

"Bukankah kamu belum sarapan?" tanya Rizki lagi.

Alya refleks mengangguk. "Tapi aku nggak lapar."

Terutama karena dia tidak nafsu makan.

"Sekarang kamu nggak lapar, tapi bagaimana dengan nanti? Setelah kita berangkat ke sanatorium, nggak akan ada waktu untuk beli sarapan di jalan."

Mendengar hal ini, Alya pun mengerti dan mengangguk. "Baiklah, jadi apa kita mau pergi sarapan dulu?"

"Aku saja yang beli, kamu tunggu aku di sini."

Setelah itu, Rizki berjalan keluar dari kantor catatan sipil.

Di luar, dia tidak segera membeli sarapan, melainkan bersandar di tembok dan menyalakan rokoknya. Angin dingin di luar s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status