Share

Bab 23

Aku menatap Maxim yang wajahnya terlihat ramah dengan heran. Maxim merentangkan kedua tangannya sambil mendekatiku.

"Yovita, adikku, akhirnya kita bertemu lagi."

Aku buru-buru berbalik untuk menghindar.

"Maxim, sudah kubilang. Aku nggak bakal panggil kamu kakak lagi. Aku juga bukan adikmu lagi."

Kegembiraan pada tatapan Maxim berangsur menghilang. Kedua tangannya juga terkulai lemas. Dia bertanya dengan lirih, "Kalau aku mati, apa kamu bakal senang?"

Aku bisa mendengar harapan pada nada bicaranya.

"Nggak bakal. Kalau bisa, aku harap kamu ...."

Maxim mendengar dengan tenang. Tampak senyuman tulus di wajahnya.

"Aku harap kamu panjang umur dan hidup sebatang kara sampai akhir hayatmu."

Senyuman Maxim membeku. "Yovita, apa yang kamu katakan?"

"Aku bilang aku nggak mau kamu mati. Karena aku nggak ingin melihatmu. Maxim, aku nggak ingin melihatmu untuk selamanya!"

Hari ketika aku meninggalkan dunia fana, aku pergi mengunjungi Kenny dan Lydia. Mereka berdua berdiri di depan makamku, mengenang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status