KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN

KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN

last updateLast Updated : 2023-01-13
By:  Rizka Fhaqot  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
149Chapters
143.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Naomi, perempuan cantik dengan karir cemerlang di usia muda itu harus kecewa, mana kala sang suami kembali ketahuan mendua. Naomi memilih menunggu waktu yang tepat untuk pergi, mengingat mama mertua yang begitu ia sayangi menderita sakit jantung. Hingga akhirnya Naomi memilih pergi setelah mama mertuanya memberinya kebebasan untuk memilih. Dalam kesendirian, ia dihadapkan dengan kenyataan jika Faiq—dokter tampan yang merupakan abang sepupu sekaligus laki-laki yang selalu ada sebagai pengobat luka di hatinya ternyata sudah bertahun-tahun memendam rasa padanya. Naomi pun jatuh cinta pada Faiq seiring perlakuan lembut dan penuh perhatian laki-laki itu. Sayangnya, cinta keduanya terhalang restu dengan alasan silsilah keturunan yang terlalu dekat. Mampukah cinta keduanya bersatu? Baca selengkapnya dalam novel 'Ketika Istri Lelah Bertahan'.

View More

Latest chapter

Free Preview

Part 1. Luka yang Sama

"Apa ini yang disebut meeting penting?" Naomi, perempuan cantik berusia 25 tahun itu bergumam lirih. Masih melekat di ingatannya, kala ia memilih pergi dua bulan lalu. Penyebabnya sama, laki-laki itu ketahuan selingkuh."Abang mohon jangan pergi, Sayang. Abang khilaf. Maafkan kesalahan Abang untuk kali ini. Abang janji tak akan mengulangi kesalahan serupa." Rayhan merucap dengan suara serak. "Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Tapi, jika begini kenyataannya, aku rela menyandang status yang perempuan manapun tak pernah menginginkannya." Naomi berucap tegas dengan suara bergetar."Kita bisa memperbaiki semuanya, Na. Kita bisa memulainya dari awal." Raihan berucap lirih. "Perselingkuhan adalah kesalahan fatal bagiku!" balas Naomi tegas. Suara perempuan itu terdengar bergetar. "Abang khilaf, Na. Abang berjanji ini akan menjadi yang pertama dan yang terakhir." Raihan berusaha meyakinkan. "Aku yakin sebelumnya Abang sudah tahu jika ini adalah sebuah kesalahan." Naomi berucap

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rahayu Rahayu
Suka dengan ceritanya, seperti membaca ceritaku sendiri, walau ngeblur antara apakah Naomi berhijab atau tidak ?
2023-04-30 12:39:35
0
user avatar
Mils Mumtaz El-Misya
bagus ceritanya, sayang harus pakai koin untuk baca bab selanjutnya ...
2023-01-11 20:24:24
0
user avatar
Dzikri Muhammas
bagus cerita nya,hanya saja buat buka bab baru harus beli koin
2022-12-21 16:59:16
0
user avatar
indras
baguuus..karakter ceweknya gk menye2
2022-10-31 23:12:49
1
149 Chapters

Part 1. Luka yang Sama

"Apa ini yang disebut meeting penting?" Naomi, perempuan cantik berusia 25 tahun itu bergumam lirih. Masih melekat di ingatannya, kala ia memilih pergi dua bulan lalu. Penyebabnya sama, laki-laki itu ketahuan selingkuh."Abang mohon jangan pergi, Sayang. Abang khilaf. Maafkan kesalahan Abang untuk kali ini. Abang janji tak akan mengulangi kesalahan serupa." Rayhan merucap dengan suara serak. "Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Tapi, jika begini kenyataannya, aku rela menyandang status yang perempuan manapun tak pernah menginginkannya." Naomi berucap tegas dengan suara bergetar."Kita bisa memperbaiki semuanya, Na. Kita bisa memulainya dari awal." Raihan berucap lirih. "Perselingkuhan adalah kesalahan fatal bagiku!" balas Naomi tegas. Suara perempuan itu terdengar bergetar. "Abang khilaf, Na. Abang berjanji ini akan menjadi yang pertama dan yang terakhir." Raihan berusaha meyakinkan. "Aku yakin sebelumnya Abang sudah tahu jika ini adalah sebuah kesalahan." Naomi berucap
Read more

Part 2. Aku Tak Lemah

Naomi segera melajukan kendaraan roda empat milikku kembali ke rumah. Keinginan awalnya untuk merayakan hari jadi pernikahan mereka pupus sudah. Tak ada lagi harapan keluarga utuh di hatinya yang tersisa setelah melihat ulah Raihan di belakangnya. Tangan kirinya meremas kuat kemeja bagian dada, berusaha menghalau luka lama yang kini kembali bernanah. Sedangkan bibir tipis berlipstik nude itu beberapa kali merapal istighfar, berharap hatinya bisa sedikit lebih tenang. Dua bulan lalu ia masih bisa memaafkan kesalahan fatal Raihan, namun kali ini rasanya terlalu bod*h jika ia kembali memaafkan laki-laki itu. Naomi berpikir keras bagaimana caranya agar Mama Maya baik-baik saja dan merelakan kepergiannya. Sayangnya sekeras apa ia berpikir tentang hal itu ia tetap tak menemukan jawabannya. Beberapa kali perempuan itu terlihat menarik napas dalam sembari masih berusaha konsentrasi menyetir. Ia berharap gemuruh di dadanya perlahan berkurang. Cinta di hatinya pada laki-laki itu sangat kuat
Read more

Part 3. Jangan Menyentuhku

Wajah Raihan sedikit lega mendengar kalimat Naomi barusan. Setidaknya usahanya membujuk istrinya itu menemukan titik terang, meski ia sendiri belum tahu apa syarat yang Naomi ajukan. "Katakan saja, Na. Aku akan berusaha memenuhi syarat itu." Helaan napas panjang kembali membuat dada Naomi bergerak naik-turun. sesak dadanya kini semakin bertambah seiring ungkapan Raihan tentang Sena. "Aku akan tetap di sini asalkan kau membawa perempuan itu untuk meminta restu kedua orang tuamu."Rayhan terperanjat demi mendengar kalimat Naomi barusan. "Kau gil*! Bisa-bisa Mama akan mati kejang karena hal itu." Raihan terlihat kesal. Syarat yang Naomi ajukan rasanya begitu berat. "Lantas, kau ingin aku yang mati berdiri karena penghianatanmu?" Kali ini Naomi menatap berani wajah suaminya itu. Entah ke mana hilangnga rasa hormat yang selama ini selalu ia tampakkan. Raihan terdiam sejenak. Bagaimanapun Naomi benar. Ia tak mungkin menggantung perempuan itu dengan tanpa kejelasan. "Aku mohon, Na, to
Read more

Part 4. Cara Menghargai

"Kenapa kau tak bisa bersikap sebiasa mungkin saat aku di rumah? Bukankah aku masih sah berstatus suamimu?" Mendengar jawaban Raihan spontan emosi Naomi terpancing. Tajam kedua matanya menatap Raihan. Seolah tak ada rasa sungkan sedikitpun. "Sudah kukatakan, jangan memaksaku merubah keputusan secepatnya! Apa kau mau aku mengatakannya pada Mama sekarang, kemudian penyakit jantung Mama akan kumat dan masuk rumah sakit?" Naomi berucap dengan rahang mengeras. Raihan bungkam. Tak ada lagi kata penyangga yang berhasil keluar dari bibirnya. "Maafkan Abang, Na." Hanya itu yang berhasil keluar dari bibir Raihan. Setelahnya ia hanya bisa melepas kepergian Naomi dengan tatapan serba salah. *** Bukan Naomi namanya jika tak bisa profesional bekerja. Di kantor ia terlihat seolah tak memiliki masalah apa pun. Di mata pegawai lainnya Naomi bekerja sebagaimana biasa. Namun, tidak dengan Nabila, sahabat dekat Naomi itu tahu jika Naomi sedang tidak baik-baik saja saat melihat perempuan itu diam
Read more

Part 5. Dia Sepupuku

"Naomi 'kan? Anak Paman Dayat?" ucap laki-laki itu memastikan. Laki-laki bertubuh tinggi dengan dagu belah itu tersenyum manis. Nabila bahkan tak berkedip dibuatnya. Merasa nama dirinya dan sang ayah disebut Naomi segera menyelesaikan minumnya lalu menoleh ke asal suara. "Eh, Bang Faiq. Kapan balik ke Indonesia?" tanya Naomi. Tangannya terulur ke arah Faiq, lalu mencium takzim punggung tangan saudara sepupunya itu. "Abang udah sebulan yang lalu balik, Na," jawab Faiq dengan nada santun. "Oh, iya, duduk, Bang. Kenalin ini Nabila, temen Naomi." Nabila sedikit tersentak lalu berusaha bersikap tenang dengan melempar senyum ke arah Faiq. Wajah rupawan Faiq mampu membuat Nabila tersihir. Laki-laki itu terlihat begitu sempurna dengan alis mata menyatu, hidung mancung, serta dagu belahnya. "Faiq!" ucap laki-laki itu dengan senyum manisnya. "Nabila," balas Nabila santun. Matanya terus menatap lekat wajah tampan di hadapannya itu. "Ini abang sepupu aku, Bil. Namanya Faiq Fikri. Kami bi
Read more

Part 6. Lelah

Raihan mematung di tempat. Saat ini tak ada yang bisa dirinya lakukan selain bersabar, bersabar atas perubahan sikap Naomi terhadapnya. Naomi melanjutkan langkahnya lalu meletakkan tas miliknya di rak khusus, lalu mendekat ke arah lemari, mengambil beberapa potong pakaian dari dalamnya kemudian berlalu ke kamar mandi tanpa mempedulikan Raihan yang masih menatapnya dengan tatapan sendu. Raihan duduk di sisi ranjang dengan kedua tangan menangkup di wajahnya. Kepalanya penuh sesak dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di hadapannya. Di dalam kamar mandi, Naomi sengaja menyalakan kran air meski di dalam bak mandi air sudah hampir penuh. Beberapa saat Naomi hanya mematung di depan cermin lebar dekat wastafel. Ditatapnya pantulan wajah cantik miliknya dengan perasaan luka bercampur kecewa. "Apa aku terlalu buruk untuk bisa mendapatkan cinta yang tulus dari laki-laki bergelar suami?" gumam Naomi pelan. Sesak di dadanya semakin menggumpal seiring mata yang mulai menghangat. K
Read more

Part 7. Aku Belum Siap

Sejujurnya Raihan tak merasa itu tuduhan karena ia sendiri telah melanggat aturan agamanya itu dengan penuh kesadaran. Naomi beranjak meninggalkan Raihan yang kini hanya membatu di tempat semula. Berada dalam satu kamar bersama laki-laki itu pun seolah menjadi luka baginya, hingga sedapat mungkin ia menghindarinya. ***Matahari Kian menguning, pertanda malam semakin dekat. Raihan melajukan kendaraannya menyusuri Jalan perkotaan menuju pinggiran kota. Di sampingnya Sena dengan dandanan berlebihannya tersenyum puas karena Raihan baru saja membelikannya tas mahal impiannya sejak lama. "Kita akan ke mana?" tanya Sena dengan nada manjanya. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Ada yang harus kita bahas secepatnya." Raihan mencium lembut jemari Sena yang sejak tadi ia genggam dengan tangan kirinya. Ah, terlihat begitu romantis. "Apa ada kejutan kedua yang tengah menungguku?" Rona bahagia memancar dari wajah berpipi chubby itu. "Begitulah," jawab Raihan dengan senyum termanisnya. Kein
Read more

Part 8. Jangan Memendamnya Sendiri

Naomi baru saja selesai melaksanakan 3 rakaat salat magrib di kamarnya. Perempuan itu kini memilih lanjutkannya dengan tadarus alquran. Naomi bukan hasil didikan pesantren. Namun ayahnya yang seorang guru ngaji berhasil mendidik anak semata wayangnya itu untuk mengenal Tuhan. Memahami fitrahnya sebagai hamba. Ayat demi ayat mengalun merdu memenuhi ruang kamar tempatnya berada. Bacaan alquran yang keluar dari bibir Naomi terdengar sangat baik, setiap kalimat dengan huruf hijaiyah itu ia lafadzkan dengan makhraj dan hukum tajwid yang sesuai dengan aturannya. Sepuluh menit berlalu Naomi akhirnya menyudahi bacaan alqurannya. Perlahan menutup kitab dengan 114 surat sebagai pedoman umat Islam itu dengan sempurna. Di dekapnya benda persegi panjang itu hingga mengalirkan damai sampai ke relung sana. "Jika cinta terhadap manusia hanya akan membuatku sakit, maka izinkan aku merasakan kepuasan hanya dengan mencintai-Mu," lirih kalimat itu terucap dari bibir Naomi ketika bayangan Raihan kemb
Read more

Part 9. Meminta Bantuan

Naomi kembali meraih ponsel miliknya. Mengetik pesan yang kali ini ia tujukan untuk Faiq. Raihan harus segera diberi pelajaran, dan Naomi membutuhkan bantuan Faiq untuk melakukannya. [Abang punya waktu malam ini?] Tak lama setelah terkirim, pesan Naomi langsung berbalas. [Katakan saja ingin bertemu di mana? Mumpung Abang dinas pagi.]Sudut bibir Naomi terangkat, menampilkan senyum manis. [Temui Naomi di Cafe Lentera habis isya. Naomi pengen cerita.] Naomi kembali menyimpan ponselnya setelah Faiq menyetujui permintaannya. Adzan isya berkumandang. Bergegas Naomi branjak dengan mukena yang masih menempel di tubuhnya, lalu melaksanakan salat isya sebelum akhirnya bersiap untuk bertemu Faiq. Faiq, laki-laki yang menjadi teman masa kecilnya, laki-laki yang selalu bisa memahami sikap keras kepalanya, serta laki-laki yang selalu membuatnya nyaman. Ya, rasa nyaman persis seorang adik terhadap kakaknya. Tak ada rasa lebih pada laki-laki itu selain rasa nyaman karena diperlakukan dengan
Read more

Part 10. Bertemu Faiq

Embusan nafas panjang keluar dari bibir Naomi. Sesaat setelahnya ia tersenyum getir. "Mungkin belum saatnya Naomi berbahagia dengan cinta seorang suami, meski pada kenyataannya Naomi sangat berharap itu akan terjadi."Faiq menggeleng pelan. "Kau masih muda, Na. Jika memang dia laki-laki yang tak baik bagimu, lepaskan. Kau tak pantas terus bertahan dalam pernikahan yang tak sehat. Tak perlu khawatir dengan status janda, banyak di luaran sana mereka yang pernah bercerai kini menemukan kebahagiaan dengan pasangan baru mereka." Faiq berusaha menyemangati. Bersamaan dengan itu, hatinya kembali berdesir, desir yang sama dengan yang ia rasakan 3 tahun lalu. "Naomi hanya ingin menunggu sebentar lagi, sampai keluarganya bisa menerima kepergian Naomi." Naomi berucap lirih dengan hati terus berharap jika waktu itu akan segera datang. "Kenapa kau masih memikirkan keluarganya, sedangkan bajing*n itu sama sekali tak memikirkan perasaanmu?" Faiq berdecak kesal. Tergambar jelas di ingatannya baga
Read more
DMCA.com Protection Status