Obsesi

Obsesi

last updateLast Updated : 2023-05-26
By:  DarkMoran1603Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
79Chapters
2.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Mulut adalah cerminan hati dan pikiran, hati adalah jiwa. Berkat cheat inilah Kaizen selamat dari game survival horor, Nightmare whisper. Tapi sebagai gantinya, dia harus membayar harga karena sudah memancing ingatan lama dari 'sesuatu' yang sudah lama terpecah. Siapa, atau lebih tepatnya Apa dia?

View More

Chapter 1

Satu

Kaizen bangun begitu merasa kepalanya terbentur oleh sesuatu, dia mengerjapkan mata untuk mendapatkan visi yang lebih baik tapi nihil. Dia hanya melihat kegelapan dan terdapat beberapa tumpukan aneh yang tersebar di berbagai tempat. Seperti ...

"Sudah bangun?"

Itu adalah suara pria paling lembut dan sensual yang pernah didengarnya.

Kaizen hendak menjawab dengan balas bertanya: Siapa kau? Ini ada dimana? Kenapa aku bisa terbangun di sini?

Namun kemampuannya dalam berpikir cepat membuatnya hanya menjawab

"Iya, baru saja."

"Bagus, apakah ada yang sakit? Apa kau lapar?" Suara itu terdengar riang.

Kaizen menggeleng satu kali sekalipun tidak tau jelas apakah pria itu sedang mengawasinya atau tidak, dia menambahkan

"Aku merasa haus dan agak mengantuk."

"Maaf, aku lupa bahwa kau sudah mengalami perjalanan jauh. Apakah kau ingin air atau minuman tertentu? Selain mengantuk, apakah kau merasakan sesuatu yang lain?" Nadanya terdengar sangat khawatir.

Kaizen menggeliat di tempatnya meringkuk dan duduk bersandar tembok besi, nafasnya agak lemah

"Kurasa ... Aku hipoglikemia dan sedikit hipoksia."

Sontak matanya menangkap sebuah bayangan kecil yang menancap pada tumpukan misterius di pojok, menimbulkan bunyi kecipak yang aneh. Lalu tampak siluet tubuh pria ramping yang mendekatinya, sebelum duduk berlutut di hadapannya.

"Maaf, orangku melupakan kondisi fisikmu yang rapuh dan secara sembarangan memberimu obat tidur. Padahal aku sudah menyediakan bius ringan yang tidak akan menyakitimu."

Pria itu mengusap pipi pucat Kaizen dan kembali bertanya,

"Apakah dingin?"

"Iya, dingin"

Kaizen mencoba bersikap setenang mungkin, dugaannya benar.

Pria ini membius dan menculiknya. Menilik dari punggungnya yang terasa agak nyeri, dia menebak bahwa mereka kira-kira membawanya ke tempat dengan jarak sejauh sepuluh jam perjalanan dari rumah sakit tempatnya check up rutin.

Untuk alasannya, Kaizen bisa menebak sedikit.

"Maaf ... Apakah aku sudah menyakitimu, Kaizen?" Pria ini dengan lembut memeluknya, dia memiliki rambut sebahu yang sangat lembut.

Gadis itu menggeleng

"Kau tidak akan menyakitiku. Aku tau."

Pihak lain membeku sejenak, lalu tertawa kecil dan mengeratkan pelukannya

"Aku tau bahwa aku tidak mungkin mencintai gadis yang salah. Kaizen, kau lembut, pintar dan sangat pengertian."

Kaizen balas memeluk orang ini, membuatnya sekali lagi membeku untuk beberapa saat, suaranya yang lemah akibat dibius bertanya lirih

"Kau mencintaiku, tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?"

Pria itu gemetar dan menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher si gadis, menghirup wangi tubuhnya dalam-dalam seperti menghirup obat penenang

"Aku buruk rupa, tidak ingin dibenci olehmu. Makanya aku tidak pernah muncul dan menemuimu secara langsung, Kaizen."

Orang yang jujur, bahkan saat dia sudah menculik orang lain.

Kaizen mengusak lembut rambut hitam pihak lain

"Buruk rupa menurut orang-orang belum tentu aku juga menganggapmu demikian. Kau bilang tidak mungkin mencintai gadis yang salah, tapi kenapa kau berpikir aku tidak akan pernah mencintaimu saat dulu kau bahkan belum menemuiku?"

Pria itu mengeratkan pelukannya, Kaizen mengernyit sakit dan terbatuk sedikit. Pihak lain panik dan segera menjauhkan diri

"Maaf, Kaizen. Aku menyakitimu."

Di hadapannya adalah seorang pria yang menutupi seluruh wajahnya menggunakan topeng 'scream', Kaizen pelan-pelan mengatur nafas

"Tidak apa-apa, kau tidak sengaja. Tapi ...."

"Tapi?"

"Aku harus memanggilmu apa?" Tanyanya.

Pria itu menunduk dan mengusap lembut pergelangan kaki Kaizen yang dirantai, lalu menjawab

"... Lucia."

Kaizen "....."

"Apakah namaku terdengar aneh?" Pria itu mengubah nada bicaranya yang semula lembut menjadi bengis, dengan kejam mencengkeram kuat pergelangan kaki si gadis.

Kaizen mati-matian berusaha untuk tidak menjerit kesakitan, rasanya seolah aliran darah serta otot di kakinya diputus secara paksa. Jika dia sampai berteriak, entah apa yang akan dilakukan orang ini padanya.

"Sakit ..." Dia hanya mengeluh kecil.

Namun pria bernama Lucia tersebut tidak mengindahkan keluhan Kaizen, dia malah menarik kaki pihak lain dengan keras dan membuat tubuh Kaizen yang semula bersandar, terjerembab dengan suara berdebum.

"Kaizen, apa kau berani untuk tidak mencintaiku?" Ancamnya.

Gadis itu diam dan bangkit untuk duduk kembali, tapi sayangnya gagal. Tubuhnya gemetaran menahan sakit. Lucia masih mencengkeram kuat pergelangan kakinya dan kembali bertanya

"Apa kau berani untuk tidak mencintaiku, Kaizen?"

Gadis itu tidak tahan lagi dengan perasaan bahwa kakinya dibengkokkan dalam kondisi sadar, dia mulai menangis tanpa suara dan menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Dia dengan gemetar bertanya

"Apa kau akan membunuhku?"

Lucia seketika melembutkan ekspresinya dan melepaskan pergelangan kaki Kaizen, mengusapnya lembut seolah bukan dia yang barusan mematahkan kaki si gadis. Suaranya terdengar lembut dan manis sekali lagi

"Kenapa kau berpikir seperti itu, Kaizen? Aku mencintaimu dan membawamu dengan susah payah kemari, kenapa aku harus membunuhmu?"

Jemari panjang Lucia mengusap betis si gadis yang masih terbalut rok panjang, dengan lembut menunjuk ke satu arah menggunakan senter

"Lihatlah pria bodoh yang sudah menyakitimu, dia merasa sangat menyesal karena sudah salah memberi obat bius untuk kekasih bosnya. Jadi dia mengajukan diri padaku untuk menjadi pot mawar jingga kesukaanmu."

Kaizen menatap tumpukan aneh di pojok yang kini sudah diterangi cahaya senter, hanya untuk merasakan ketakutan yang lebih ekstrim.

Dia mendapati pemandangan bertumpuk-tumpuk daging berdarah tanpa kulit, disusun rapi seperti mainan balok, dengan lusinan bunga mawar jingga yang tertancap di sana. Bau anyir darah, karat pisau, juga wangi manis mawar jingga, merupakan perpaduan yang sangat mengerikan. Kolam darah segar masih mengalir dari sana, tulang belulang putih menjadi pemisah antara tumpukan atas dan bawah, ditambah pisau daging berkarat yang menancap tepat di tengah-tengah seperti finishing touch. Kaizen bahkan tidak bisa lagi menebak bagian tubuh mana saja itu.

Mengingat apa yang dilihatnya dalam kegelapan pada awalnya, tidak hanya ada satu tumpukan disini. Apakah itu artinya bertumpuk-tumpuk benda aneh yang dilihatnya tadi adalah daging manusia?

Dia tidak hanya diculik oleh pria yang terobsesi dengannya. Melainkan diculik oleh psikopat yang 'mencintainya'.

Air matanya mengalir lebih deras, dia mulai terisak. Lucia yang mendengarnya menangis seketika menjadi panik dan meraih kedua sisi wajah Kaizen dengan lembut, membuat pihak lain bangun

"Kaizen, ada apa? Mana yang sakit? Apakah kau takut karena pria itu sudah memberimu obat yang salah?"

Gadis itu tidak menjawab dan terus menangis dengan tubuh gemetar ketakutan. Lucia mulai merasa iba dan kembali memeluknya, membuat tubuh Kaizen gemetar lebih keras. Pria itu mengusap lembut punggung pihak lain untuk menenangkannya, berujar lembut

"Kau pasti sangat ketakutan. Maafkan aku, Kaizen. Aku tidak akan pernah lagi menggunakan pil tidur untuk membiusmu. Tenanglah, tidak apa-apa. Ada aku disini, aku sangat mencintaimu dan tidak akan menyakitimu."

Kaizen gemetaran dan tidak menjawab, bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan akibat terlalu shock. Lucia melepas topengnya dan menutupi mata Kaizen menggunakan telapak tangan, sebelum mencium puncak kepala si gadis

"Apakah kau lapar? Aku sudah membuat chiffon cake favoritmu, juga teh Darjeeling yang hangat. Kujamin kau pasti akan menyukainya."

"Kaizen? Sayang?"

Tubuh gadis itu gemetar hebat, tapi dia masih berusaha mengendalikan diri sebaik mungkin. Dia mencoba meregangkan pelukan Lucia agar bisa melihat seperti apa rupa pria ini, tapi pihak lain justru lebih keras memeluknya. Kaizen terbatuk beberapa kali, lalu bertanya dengan suara terisak

"Apakah aku akan mati?"

"Sayang, apa sih yang kau pikirkan? Aku mencintaimu, mana bisa aku membiarkanmu mati?" Lucia sedikit mencubit pinggang Kaizen dan kembali mengusap punggungnya.

"Kau tidak akan mati, aku juga tidak akan membunuhmu. Aku hanya menginginkan setetes darah dan memakan seiris dagingmu, agar kita tidak akan pernah berpisah."

Kaizen merinding setengah mati dan berhenti terisak saking takutnya, dia hanya terus gemetaran seperti selembar daun begitu mendengar jawaban yang lebih mengerikan.

Kenapa dia tiba-tiba dicintai oleh psikopat yang tak hanya membunuh orang, melainkan juga seorang kanibal?

Dia hanyalah seorang streamer, penulis buku dan mahasiswi semester akhir. Dia tidak memiliki seorangpun teman dekat, dan hanya berkencan satu kali seumur hidupnya. Kenapa dia harus mengalami hal semacam ini?!

Kepanikannya semakin menjadi begitu matanya kembali ditutupi oleh sebuah tangan dingin yang kasar, disusul dengan sebuah kecupan manis di pipi

"Sayang, aku sangat mencintaimu."

Kaizen dengan tenang menutup matanya, mencoba mensugesti bahwa kematian tidak akan terasa sesakit itu. Bahwa Lucia tidak akan menyiksanya seperti mayat-mayat tanpa kulit disini, mengingat betapa orang ini mencintainya.

[Apakah kau ingin hidup?]

Sebuah suara sistematis menyengat otaknya, Kaizen mengernyit sedikit dan mau tidak mau bertanya-tanya

'Apakah ini halusinasi?'

[Apakah kau ingin hidup dan keluar dari permainan ini?]

Keinginannya untuk bertahan hidup membuat Kaizen menjawab pertanyaan tersebut cepat-cepat

'Tentu saja aku ingin hidup.'

[Karena kau ingin hidup, maka rampas jiwanya. Masukkan jiwa Lucia kedalam jiwamu dan kunci dia hingga game terakhir.]

'Bagaimana cara mencuri jiwa seseorang? Apakah aku harus membunuhnya?'

[Aku menyuruhmu untuk mengambil jiwanya, bukan nyawanya. Itu adalah dua hal yang berbeda.]

Otak Kaizen berputar cepat dan menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adegan kekerasan, memeras pikirannya hanya untuk kembali berujar

'Beri aku petunjuk.'

[Mulut adalah cerminan hati dan pikiran. Hati sama dengan jiwa.]

Kaizen "........."

'Aku mengerti. Intinya adalah aku harus lebih mendominasi?'

[Benar.]

Lengan kurus Kaizen balas memeluk Lucia erat-erat untuk menenangkan diri, dia mengatur perasaannya dan mendorong tubuh Lucia ke bawah. Pria yang tidak menduga gerakan seperti ini mencengkeram kuat kedua lengan Kaizen, mencegahnya kabur.

Namun yang dilihatnya adalah Kaizen yang sedang menutup mata dan menyatukan bibir mereka.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zain losta masta
openingnya bikin gua tertarik.. cek juga novel saya ya kak, mohon pendapat dan sarannya dari kakak....
2022-12-25 08:55:32
0
79 Chapters
Satu
Kaizen bangun begitu merasa kepalanya terbentur oleh sesuatu, dia mengerjapkan mata untuk mendapatkan visi yang lebih baik tapi nihil. Dia hanya melihat kegelapan dan terdapat beberapa tumpukan aneh yang tersebar di berbagai tempat. Seperti ..."Sudah bangun?"Itu adalah suara pria paling lembut dan sensual yang pernah didengarnya. Kaizen hendak menjawab dengan balas bertanya: Siapa kau? Ini ada dimana? Kenapa aku bisa terbangun di sini?Namun kemampuannya dalam berpikir cepat membuatnya hanya menjawab"Iya, baru saja.""Bagus, apakah ada yang sakit? Apa kau lapar?" Suara itu terdengar riang.Kaizen menggeleng satu kali sekalipun tidak tau jelas apakah pria itu sedang mengawasinya atau tidak, dia menambahkan"Aku merasa haus dan agak mengantuk.""Maaf, aku lupa bahwa kau sudah mengalami perjalanan jauh. Apakah kau ingin air atau minuman tertentu? Selain mengantuk, apakah kau merasakan sesuatu yang lain?" Nadanya terdengar sangat khawatir.Kaizen menggeliat di tempatnya meringkuk dan
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more
Dua
Dibawah tatapan kaget Lucia, Kaizen menempelkan bibir mereka. Berawal dari kecupan-kecupan kecil seolah si gadis sedang mematuk mulutnya, dilanjutkan dengan sepasang lengan kurus yang memeluk pundaknya.Lucia membeku akibat tindakan tiba-tiba ini, tapi refleksnya yang terlatih dengan cepat membuatnya balas merengkuh pihak lain yang kecil dan lemah. Dia merasakan bahwa si gadis berhenti gemetar, hanya saja kedua lengan yang memeluknya terasa dingin dan kaku.Sekali lihat juga tau bahwa ini adalah ciuman pertama Kaizen.Namun ini juga pertama kalinya bagi Lucia.Kaizen merasakan tindakan kaku pihak lain yang balas mengecupi bibirnya, tidak melakukan apa-apa. Tapi suara misterius di kepalanya barusan dengan tegas mengatakan mulut dan bukannya bibir, jadi sekalipun mereka terus mengecup satu sama lain sampai pagi, dia tidak akan bisa pergi dari sini.Lengan kurus Kaizen beralih meremas rambut di kepala Lucia, mengunci gerakan yang tidak perlu sekaligus semakin menekan tubuhnya. Dia melaku
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more
Tiga
"Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas"Baiklah."Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai"Ayo."Mata "......"Hantu wanita di belakang "....."Suara dingin mata kembali terdengar"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab"Bukan masalah. Tinggal mati saja."Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."Mata "......"Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more
Rumah impian (1)
Kaizen membuka mata hanya untuk mendapati dirinya yang sedang duduk di halte depan rumah sakit, dia melihat jam yang masih menunjukkan waktu pada pukul dua siang. Padahal dia berada di tempat aneh tadi semalaman, dia yakin sekali akan intuisinya tentang waktu.Atau jangan-jangan itu cuma mimpi?[Mau kuputarkan video sewaktu kau berciuman dengan Lucia?] Suara mata lagi-lagi secara misterius terdengar dari dalam kepalanya.Kaizen balas bertanya, nadanya datar"Kenapa kau masih bicara melalui kepalaku? Mesum."Suara mata terdengar kesal[Tentu saja aku masih disini, kau pikir beres hanya dengan menyelesaikan satu permainan? Aku belum memberitahumu aturan dan cara komunikasi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang tidak takut mati sendirian?]"Ah, kalau begitu silahkan" Kaizen berujar ramah dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya, menenteng ransel berisi laptop dan memeluk map bening, dengan sebelah tangan menenteng kopi.Mata tidak ambil pusing dengan penampilan normal oran
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more
Rumah impian (2)
Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa. Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk k
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more
Rumah impian (3)
Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more
Rumah impian (4)
Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more
Rumah impian (5)
Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more
Rumah impian (6)
Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more
Rumah impian (7)
"Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status