Home / Thriller / Obsesi / Rumah impian (1)

Share

Rumah impian (1)

Author: DarkMoran1603
last update Last Updated: 2022-08-22 07:30:13

Kaizen membuka mata hanya untuk mendapati dirinya yang sedang duduk di halte depan rumah sakit, dia melihat jam yang masih menunjukkan waktu pada pukul dua siang. Padahal dia berada di tempat aneh tadi semalaman, dia yakin sekali akan intuisinya tentang waktu.

Atau jangan-jangan itu cuma mimpi?

[Mau kuputarkan video sewaktu kau berciuman dengan Lucia?] Suara mata lagi-lagi secara misterius terdengar dari dalam kepalanya.

Kaizen balas bertanya, nadanya datar

"Kenapa kau masih bicara melalui kepalaku? Mesum."

Suara mata terdengar kesal

[Tentu saja aku masih disini, kau pikir beres hanya dengan menyelesaikan satu permainan? Aku belum memberitahumu aturan dan cara komunikasi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang tidak takut mati sendirian?]

"Ah, kalau begitu silahkan" Kaizen berujar ramah dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya, menenteng ransel berisi laptop dan memeluk map bening, dengan sebelah tangan menenteng kopi.

Mata tidak ambil pusing dengan penampilan normal orang ini dan mulai menjelaskan

[Ada dua jenis permainan dalam nightmare whisper, mode realita dan mode maut. Mode realita membuatmu bisa dimasukkan ke permainan kapan saja. Bisa satu jam dari sekarang, satu hari, bahkan satu bulan dari sekarang. Hadiahnya tidak terlalu bagus, tapi mayoritas manusia memilih mode ini, karena ingin jeda waktu istirahat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan resiko yang lebih kecil.]

[Sementara mode maut bisa dikatakan sebagai mode sulit, tapi memiliki hadiah 30% lebih banyak. Begitu kau masuk dalam permainan lewat mode ini, kau tidak akan pernah berhenti bertarung. Begitu kau menyelesaikan satu instansi, kau akan langsung dikirim ke instansi lain. Begitu seterusnya hingga permainan berakhir, tanpa pernah melihat kenyataan sampai kau benar-benar menyelesaikan seluruh instansi nightmare whisper.]

[Dan sejauh ini tidak ada satu orangpun yang berhasil menyelesaikan game nightmare whisper, baik itu mode realita ataupun mode maut.]

Kaizen merinding mendengarnya

"Adakah yang memilih mode maut?"

Mata menjawab

[Tentu saja ada, mereka benar-benar manusia berambisi tinggi yang sangat serakah.]

[Ngomong-ngomong aku untuk sementara memasukkanmu kedalam mode realita, apakah kau ingin menggantinya menjadi mode maut?]

"Tidak, terimakasih" Kaizen menenggak kopinya hingga tandas dan membuang cangkir plastik itu ke tempat sampah terdekat.

Sesuatu terbesit di benak Kaizen, dia kembali bertanya

"Setelah menjadi pemain, apakah akan ada sesuatu yang terjadi di dunia nyata?"

[.... Tidak, selama kau tidak menunjukkan ataupun memberitahu siapapun tentang nightmare whisper, ngomong-ngomong aku sudah mengunduh aplikasinya di ponselmu agar memudahkan untuk berkomunikasi.]

"Lalu kenapa kau masih berdengung didalam kepalaku?"

Mata menggeram kesal

[Aplikasi itu untuk berkomunikasi dengan sesama pemain, aku tidak akan menemuimu lagi setelah menyampaikan semua ini, jadi berhati-hatilah. Jangan sampai kau menunjukkan akunmu pada pemain lain, mereka bisa merampas poinmu untuk transaksi aneh dalam game.]

[Perlu kau ingat, poin bertahan hidup tidak hanya berfungsi untuk mengisi bar progress game yang juga berarti jaminan hidup. Tapi juga untuk membeli makanan, peralatan, petunjuk, dan segala hal dalam permainan. Ini tidak hanya berfungsi sebagai mata uang, tapi juga penyelamat nyawa. Jika poinmu nol, kau akan langsung mati saat itu juga.]

[Di aplikasi ada semacam buku panduan dan forum diskusi antar pemain, intinya ini adalah aplikasi serbaguna. Kuingatkan sekali lagi, jangan sampai ada orang yang mengetahui aplikasi ini. Jika ada manusia umum yang membukanya, sebuah portal akan muncul dan menyeret mereka masuk kedalam permainan saat itu juga.]

Kaizen mengangguk mengerti dan menaiki lift menuju apartemennya

"Kalau begitu kapan instansi berikutnya akan terjadi?"

[Kau berada dalam mode kenyataan, jadi waktunya sangat tidak pasti. Beli saja jam pendeteksi di mal game agar kau tau waktu kapan instansi akan terjadi secara akurat, harganya 1000 poin bertahan hidup.]

".... Ternyata aku miskin dalam permainan, ini menarik."

[Kau memang sinting.]

Kaizen memilih untuk berpacu dengan waktu dan membuat akun secepat mungkin, merefresh halaman aplikasi beberapa kali dan membaca buku panduan untuk pemula game nightmare whisper. Ada bagian terpisah berisi fitur teman, strategi, mal, bahkan map kota. Seluruh aplikasi ditata dengan rapi dan penuh konten.

Dia mengetuk icon strategi dan mendapatkan rekomendasi postingan teratas, membutuhkan ribuan poin untuk membukanya. Kaizen melihat jumlah view dan menghitung pendapatan poin orang ini secara kasar, ada sekitar puluhan juta poin hanya untuk menjual strategi.

Kaizen bisa meniru jejak orang ini sebagai alternatif, memanfaatkan bakatnya sebagai penulis.

Dia melihat akun yang bernama Blueming Raven tersebut, mengamati sekelumit gaya tulisannya yang ditampilkan sedikit di posting dan mengangguk mengerti. Orang yang rapi dan berpendidikan, tapi mengingat mata yang mengatakan bahwa belum ada pemenang satupun, dia menjadi skeptis akan identitas orang ini.

Apakah dia benar-benar orang?

[Sesi cooldown berakhir, bersiap memasuki instansi dalam satu menit]

"Tunggu, sekarang?!"

Kaizen berlari menuju pintu apartemennya dan masuk, meletakkan barang-barang diatas meja terdekat dan cepat-cepat mengganti bajunya agar tidak mempengaruhi mobilitas. Begitu dia meraih ponsel, seketika pemandangannya berubah.

"Kau tidak apa-apa?"

Suara lembut seorang pria menjadi hal pertama yang dia dengar, dia merasakan deja vu dan menoleh. Mendapati pria berbaju Koko putih dan memakai celana hijau pupus, mungkin dia baru saja selesai beribadah. Kaizen merasa lega karena dia tidak bertemu bos instansi begitu membuka mata seperti sebelumnya.

Dia mengangguk sebagai jawaban, pria itu juga balas mengangguk dan kembali menjauh, tidak ingin terlalu dekat dengan lawan jenis. Kaizen mengedarkan matanya dan melihat ada empat orang lain selain dirinya, satu wanita dan tiga pria.

Ruangan ini tampak seperti ruang tamu abad pertengahan, mewah dan misterius. Ada perapian besar, jendela besar yang tinggi, lampu kristal, jam besar yang berdenting setiap beberapa jam, meja makan besar dengan lilin dan bunga Lily, juga karpet yang terbuat dari kulit beruang Grizzly asli.

Ini adalah rumah bangsawan.

Ada pria berbaju kasual yang duduk di sudut terjauh meja makan dan bahkan tidak melirik mereka, seolah dia tidak ada hubungannya dengan semua ini. Tahi lalat di bawah mata kirinya benar-benar khas, menambah bumbu melankolis dari matanya yang beku.

Ada juga pria berbaju Koko putih tadi yang masih memegang sesuatu seperti tasbih, menjadikannya gelang dan sepertinya terus menggumamkan doa. Entah kenapa orang sereligius itu bisa jatuh kedalam godaan iblis, benar-benar tidak sederhana. Tapi Kaizen tidak berhak menilai sebelum tau cerita keseluruhan, jadi dia diam.

Pria terakhir tampak melirik jam tangannya dan jam besar secara bergantian, tampak gugup dan terburu-buru. Dia terlihat seperti pria pekerja keras yang mencoba ini hanya untuk bersenang-senang, tapi lantas menyesalinya.

Sedangkan satu-satunya wanita kini tampak senang melihatnya, rambut pendeknya bergoyang seperti puding ketika dia berlari mendekat

"Ada perempuan! Akhirnya ada perempuan lain disini selain aku!"

Dia menggenggam tangan Kaizen dan memperkenalkan diri

"Aku 'Sugar Elk', pemain nightmare whisper sepertimu. Salam kenal!"

Kaizen menjawab ramah

"Aku 'Golden Irish', seorang pemula. Salam kenal."

Pria yang semula diam di sudut, tiba-tiba tersenyum manis dan mendekati mereka

"Pemula ya? Aku 'Winter', mari menjaga satu sama lain."

"Salam kenal, aku 'Pendosa'" timpal pria berbaju Koko putih tadi, dengan senyum sopan.

Pria dengan setelan hitam dan sepatu pantofel juga menjawab

"Aku 'Silver key'."

Ding! Ding!

Semua orang dikagetkan oleh dentangan jam besar di sebelah tangga ruangan itu, suara dingin muncul dari jam tersebut.

[Semua pemain sudah ada di posisi, permainan Nightmare whisper dimulai]

[Instansi level dua: Rumah impian]

[Keluarga Madison yang hangat menyembunyikan iblis di rumah mereka, temukan dan bunuh iblis untuk kedamaian seluruh anggota keluarga]

[Aturan pertama: Xaver adalah anak baik yang tidur sebelum jam sembilan malam.]

Madison? Xaver?

Mereka memasang telinga baik-baik dan menunggu aturan kedua dan ketiga, tapi tidak ada suara lagi setelah itu. Jam dinding berdetik dengan normal seperti biasa, menunjukkan pukul enam sore.

"Haruskah kita berkeliling mencari petunjuk? Lagipula kita akan disini selama beberapa hari, kita juga perlu tidur" Pendosa memberi usul.

"Tentu saja lebih baik untuk tidak tidur sendiri-sendiri, untuk alasan keamanan. Aku tau kita tidak akrrab, tapi kita bisa menjaga satu sama lain dengan ini" Silver, si pria pekerja menambahkan.

Sugar hanya mengangguk sembari merangkul lengan kiri Kaizen

"Aku akan tidur bersama Irish, perempuan sama perempuan. Aku tidak bisa seenaknya percaya pada orang asing, terutama pria."

Winter hanya diam dan tidak berkomentar apa-apa, tapi wajah dinginnya sudah tergantikan dengan ekspresi ramah beserta senyum di wajah. Dia terus menatap Kaizen, bahkan saat gadis itu memergokinya, dia justru melambaikan tangan dan tidak merasa malu karena terpergok.

Kaizen tidak memberi respon berarti, berpikir akan selalu ada satu pria seperti itu dalam kelompok. Si tukang cari perhatian.

Mereka berdiskusi untuk beberapa saat sebelum jam berdentang kembali, menunjukkan pukul tujuh malam. Saat inilah keanehan mulai terjadi.

Related chapters

  • Obsesi   Rumah impian (2)

    Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa. Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk k

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (3)

    Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da

    Last Updated : 2022-08-23
  • Obsesi   Rumah impian (4)

    Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den

    Last Updated : 2022-08-30
  • Obsesi   Rumah impian (5)

    Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"

    Last Updated : 2022-09-01
  • Obsesi   Rumah impian (6)

    Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p

    Last Updated : 2022-09-04
  • Obsesi   Rumah impian (7)

    "Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend

    Last Updated : 2022-09-07
  • Obsesi   Rumah impian (8)

    Anak perempuan keluarga Madison memiliki rambut pirang keriting yang cantik, mata biru yang bulat dan berair. Gadis merah memiliki ciri-ciri serupa, hanya saja mata itu sudah digantikan oleh kancing dan tubuhnya sudah penuh jahitan seperti boneka.Menjadi secantik boneka saat hidup, dan menjadi boneka sungguhan saat mati. Kasihan.Kaizen juga ingat bahwa saat Sugar mengunci gadis merah kedalam kamar mereka, reaksi gadis merah saat itu sangat tidak wajar. Dia sudah menjadi mahluk semacam roh yang sangat kuat, atas dasar apa dia ketakutan hanya karena dikunci dari luar?Atau ... Apakah itu karena kenangan menyakitkan semasa hidup? Semacam pengalaman traumatis?Tapi siapa juga yang tega mengunci gadis kecil yang cantik didalam kamar pada masa itu?Xaver? Mustahil bagi seorang anak baik untuk mengunci kakaknya.Nyonya Madison? Tapi begitu gadis merah terkunci, 'ibu' adalah objek dimana gadis merah meminta tolong dengan sangat putus asa.Maka jawaban satu-satunya adalah sang ayah tiri.Kai

    Last Updated : 2022-09-08
  • Obsesi   Rumah impian (9)

    Winter yang tidak pernah melepaskan pandangannya dan dengan sengaja jatuh dengan posisi terlentang, mendadak menatap rumah pohon dengan penuh kebencian. Dua orang lain yang ingin membantunya untuk bangun, mau tidak mau juga mengikuti arah pandangnya dan berpikir.Apakah sesuatu sedang terjadi di rumah pohon?Tapi mereka tidak merasakan fluktuasi energi atau anomali apapun, benarkah rekan mereka sedang kesulitan disana?"Winter, ada apa?" Tanya Pendosa."Tidak ada.""Kau yakin? Jika terlalu mengkhawatirkan Irish, kenapa kau tidak naik saja kesana?" Pendosa kembali memberi usul.Winter memilih diam, tapi mulai menimbang-nimbang usul dari si Pendosa. Melihat aura kebencian yang digantikan oleh raut berpikir, dua orang lain merasa lebih tenang. Mereka terus melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun lagi selain rumah pohon, rumah keluarga Madison, dan rerumputan sejauh mata memandang.Rasanya seolah terjebak di properti p

    Last Updated : 2022-09-09

Latest chapter

  • Obsesi   Cinta pertama (5)

    Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab

  • Obsesi   Cinta pertama (4)

    Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata

  • Obsesi   Cinta pertama (3)

    Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di

  • Obsesi   Cinta pertama (2)

    Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang

  • Obsesi   Cinta pertama (1)

    Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen

  • Obsesi   Realita: Kau yang paling cantik

    "Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m

  • Obsesi   Realita: Mantan pacar Kaizen

    "Rania, bagaimana keadaanmu?" Riski bertanya dengan panik sambil menenteng minuman hangat.Gadis yang semula berambut panjang, tapi kini harus merelakan rambutnya dipotong oleh stylist karena kecelakaan kerja, menatap orang tambahan di belakang asistennya dan tertegun hingga berdiri tiba-tiba"Kaizen?""Rania, bagaimana keadaanmu?" Kaizen bertanya sambil meraba rambut pihak lain yang baru selesai dipotong.Mulut wanita itu terbuka dan tertutup seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar dari mulutnya hanya seulas senyum dan kalimat"Hanya terkejut, selebihnya tidak apa-apa."Jujur saja Kaizen terkejut mendapati bahwa hanya rambut Rania yang terbakar. Dia pikir setelah ditendang paksa oleh Nightmare Whisper, wanita ini akan mengalami luka yang sangat parah karena pertarungan sebelumnya dengan burung hantu. Bagaimanapun juga, luka-luka yang didapat dalam pertarungan game akan dibawa ke dunia nyata.Benar, nama asli Aria adalah Rania Prameswari.Yang dikabarkan oleh sistem perma

  • Obsesi   Realita: Kamu

    [Selamat karena berhasil bertahan hidup dalam misi utama instansi ketiga: Laut yang tenang!]Pengumuman ini berbunyi bersamaan dengan ruang yang mulai terdistorsi dalam waktu yang cukup lama, membuat kepalanya terasa seolah sudah diputar-putar. [Tingkat kesulitan permainan: Normal][Kontributor terbesar: Golden Irish, Raven]Kehangatan di tubuhnya juga masih terasa, mengingat jiwa kedua Bos instansi baru saja selesai diserap. Membuat kesan seolah dia sudah melakukan kontak fisik dengan mahluk tak kasat mata.[Pukulan terakhir: Nancy Lionheart]Mendengar nama ini, dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kunci penyelesaian misi utama adalah bocah itu, bukan Aria ataupun Raven. Kegelapan dalam hati manusia memang sungguh tak tertebak.[Mendeteksi bug dalam permainan ... Memuat kompensasi untuk para pemain ...][Hadiah 2.000.000 poin pengalaman bertahan hidup, 10.000 keping senjata telah diberikan kepada para pemain][Survivor: Golden Irish, Winter, Raven, Aria, Nancy Lionheart][P

  • Obsesi   Laut yang tenang (akhir)

    "Tunggu-"Perkataannya langsung dipotong oleh ciuman Eldoris sekali lagi, pelukan Merman itu di pinggangnya juga semakin erat, demikian pula tentakel yang sedang melilit kaki dan mulai naik ke pahanya. Butuh beberapa waktu bagi Kaizen untuk menstabilkan emosi dan turut membalas ciuman Eldoris.Merman yang mendapatkan balasan positif, tentu menjadi lebih agresif dan mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Kaizen. Sebelum melepas pagutan mereka dan mulai menciumi leher dan tengkuk si gadis dengan rakus, membuat tanda di pundak dan leher.Ariel sendiri tidak tinggal diam.Begitu melihat bahwa kakaknya sudah selesai dengan bagian mulut, Ariel menggantikannya untuk mencium Kaizen. Tentakelnya juga semakin gencar melakukan tugas penyembuh sekaligus memancing panas dalam diri Kaizen. Gadis itu mengerang lembut, satu tangannya menekan tengkuk Ariel sementara tangannya yang lain memeluk kepala Eldoris.Dia tersentak begitu salah satu tentakel Ariel naik ke bagian tertentu di tubuhnya, seme

DMCA.com Protection Status