Home / Thriller / Obsesi / Rumah impian (9)

Share

Rumah impian (9)

Author: DarkMoran1603
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Winter yang tidak pernah melepaskan pandangannya dan dengan sengaja jatuh dengan posisi terlentang, mendadak menatap rumah pohon dengan penuh kebencian. Dua orang lain yang ingin membantunya untuk bangun, mau tidak mau juga mengikuti arah pandangnya dan berpikir.

Apakah sesuatu sedang terjadi di rumah pohon?

Tapi mereka tidak merasakan fluktuasi energi atau anomali apapun, benarkah rekan mereka sedang kesulitan disana?

"Winter, ada apa?" Tanya Pendosa.

"Tidak ada."

"Kau yakin? Jika terlalu mengkhawatirkan Irish, kenapa kau tidak naik saja kesana?" Pendosa kembali memberi usul.

Winter memilih diam, tapi mulai menimbang-nimbang usul dari si Pendosa. Melihat aura kebencian yang digantikan oleh raut berpikir, dua orang lain merasa lebih tenang. Mereka terus melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun lagi selain rumah pohon, rumah keluarga Madison, dan rerumputan sejauh mata memandang.

Rasanya seolah terjebak di properti p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Obsesi   Rumah impian (10)

    Sementara Winter yang berdiri sendirian dibawah rumah pohon, menatap dua pria yang berjalan bersama Kaizen dengan mata dingin dan melihat ke samping rumah. Ada sesosok manusia super kurus dengan struktur tubuh seperti Slender man, bermata biru dan memakai gaun tidur berwarna putih. Rambut pirangnya tampak gemetar begitu ditatap oleh Winter, membuatnya menyusut kembali kedalam rumah melalui dinding.Mata Winter yang berkilat marah segera kembali normal dan dia tersenyum kecil, mengikuti Kaizen dan orang-orang untuk kembali masuk kedalam rumah. Sangat tidak logis jika dia memilih berdiam diluar dan membiarkan para pria mengelilingi Kaizen didalam rumah.Begitu dia masuk, dia ikut bergabung dengan kelompok orang yang sedang duduk diatas karpet mengelilingi sebuah buku harian. Kaizen yang mendengar gerakan dari luar, mengernyit begitu tau bahwa itu adalah Winter."Darimana?""Aku hendak menyusulmu ke atas, tapi kau sudah melompat ke Pendosa. Jadi aku butuh beberapa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (11)

    Tidak ada selimut ataupun bantal tambahan.Tidak ada lilin aromaterapi ataupun lonceng meja untuk memanggil orang.Dan yang lebih penting, tidak ada satupun jejak dari botol obat.Kamar ini adalah kamar paling berdebu diantara semua kamar yang pernah mereka jelajahi, seolah tidak pernah ditinggali oleh siapapun selama bertahun-tahun.Walaupun secara teknis memang seharusnya begitu.Namun Mata sudah menciptakan set game seolah para pemain hidup pada era yang sama dengan NPC, demi prioritas dalam pengalaman bermain para ternaknya. Jadi mustahil akan ada setting tempat yang berdebu di game, kecuali jika tempat itu memang pada era tersebut sudah lama tidak ditempati.Lalu kemana sang ayah tiri tidur jika tidak di kamar utama?Jawabannya sudah sangat jelas.Kaizen merenung sebelum berkata"Bantu aku mencarinya.""Petunjuk?" Tanya Winter."Bukan, maksudku iya. Tapi jika dugaanku benar, maka kelua

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (12)

    "Bisakah kau mendeskripsikannya padaku?" Tanya Kaizen yang duduk dibawah.Silver yang melihatnya duduk tenang dalam ruangan berdebu, dengan senang hati melambai pada dua orang lain agar ikut mendekat. Membuat Kaizen yang paling pintar menjadi pusat mereka, setelah semuanya duduk barulah dia memulai pembicaraan"Yang kulihat semalam adalah sosok bermata biru yang sangat besar, sepasang matanya saja hampir menutupi seluruh jendela. Menurutku tangannya pasti sangatlah panjang sampai bisa memutari seisi rumah dan menghancurkan kepala Sugar, atau mungkin dia memiliki tangan yang bisa memanjang. Aku tidak melihat jelas seperti apa pakaian yang dia kenakan, tapi-""Apakah sklera matanya agak keabu-abuan?" Potong Winter."Hah? Eh ... Kurasa iya. Aku tidak ingat jelas, tapi mungkin begitu" Silver tampak kebingungan."Kalau begitu dugaanku pasti benar" Winter melirik Kaizen, mengharapkan agar pihak lain memujinya.Namun Kaizen hanya menjawab le

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (13)

    "Menemuinya? Bagaimana? Sekalipun kau tidak tidur, satu-satunya yang akan menemuimu adalah gadis merah!" Silver berkata penuh penekanan."Dan kalau kau sampai melarikan diri keluar rumah atau menuju rumah pohon begitu matahari sudah terbenam, kau akan dibunuh oleh 'ibu'!" Imbuh Pendosa."Kalau begitu bunuh gadis merah untukku, dengan itu aku bisa menemui Xaver Madison sendirian" Kaizen memberi usul dengan santai, seolah membunuh gadis merah bukanlah perkara yang sulit."Aku juga bisa mencoba berkomunikasi dengan anak itu, setidaknya kita tidak akan memberi panggilan aneh pada Nyonya dan Nona Madison" lanjutnya."Kalau begitu aku akan ikut denganmu, Irish" Celetuk Winter."Tidak, Winter. Aku akan melakukannya sendirian, jadi lebih baik jika kau membantu mereka saja" tegas Kaizen.Ketiga pria disana terdiam, tidak mau memperdebatkan ini lebih jauh lagi mengingat matahari sudah terbenam. Waktu benar-benar berlalu sangat cepat dalam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (14)

    Silver memucat dan merasa perutnya diaduk serta diremas-remas, dia sontak memuntahkan seluruh isi perutnya di tempat. Sorot wajahnya penuh dengan teror begitu ingatannya akan hidangan mana saja yang dia makan, terganti oleh bagian tubuh mana saja yang sudah dia habiskan.Dia menangis sambil terus muntah akibat emosi yang campur aduk dan mentalnya yang terguncang hebat, terus berusaha mengeluarkan isi perutnya sekalipun kini hanya asam lambung saja yang keluar. Rasa jijik, ngeri, teror, benci, amarah dan sedih terus muncul silih berganti. Membuat wajahnya terdistorsi sebelum akhirnya pingsan, entah akibat kurang cairan atau justru akibat ketakutan.Pendosa yang terpaku di sisinya juga turut mengeluarkan isi perutnya, walaupun kondisinya tidak separah Silver. Tapi membayangkan bahwa roti empuk yang kemarin dia makan, berubah menjadi ulat putih gemuk yang menari liar diatas piring saji, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya muntah.Kaizen mengawasi dengan t

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (15)

    Kaizen tidak bisa menerima apa yang barusan didengarnya mentah-mentah.Terutama setelah yakin bahwa orang ini benar-benar sesosok pria, bukan sosok anak-anak yang seharusnya merupakan sosok asli dari Xaver Madison.Namun saat tiba saatnya untuk sebuah penyangkalan, Kaizen juga mengingat deskripsi dari sosok nyonya Madison yang muncul di hadapan Silver seperti seorang Slender man raksasa.Jika roh seseorang bisa tumbuh dalam ukuran massive seperti itu karena memakan energi amarah dan dendam, kenapa roh tidak bisa tumbuh normal seperti manusia pada umumnya untuk mengecoh sesama manusia?Pemikiran ini begitu masuk akal dan menenangkan Kaizen seketika, membuatnya mampu untuk menanyakan beberapa pertanyaan lain"Kenapa? Bukankah nona Madison merelakan dirinya demi dirimu?"Pria di belakangnya sekali lagi tertawa dan bermain-main dengan rambut Kaizen, memutar-mutarnya di sepanjang jari telunjuk yang dingin seperti sedang memainkan benang ja

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (16)

    Winter juga Pendosa sedang bahu membahu berusaha memotong tangan dan kaki Gadis merah, entah kenapa boneka ini tampak berjuang keras untuk masuk kedalam kamar Kaizen. Tangan dan kakinya yang penuh jahitan juga terus mengeluarkan bunyi tajam, dengan darah yang terciprat kesana-kemari setiap dia bergerak. Seisi ruangan memiliki bau busuk darah, berantakan dan juga mengerikan.Daging manusia yang ada diatas meja juga sudah menghilang beberapa waktu lalu, tapi Silver masih sesekali berusaha memuntahkan seluruh isi perutnya sekalipun hanya ada angin dan suara sendawa yang canggung. Dia masih shock dengan fakta bahwa dia sudah memakan tubuh manusia, bahkan kini dengan sangat putus asa berjuang seolah ingin memuntahkan organ dalamnya sendiri.Pikirannya semakin kacau akibat trauma.Pada awalnya dia masih bisa berpikir positif bahwa ini salahnya sendiri untuk tidak mendengarkan Kaizen, salahnya sendiri untuk memakan sesuatu di tempat terkutuk berisi iblis seperti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Obsesi   Rumah impian (17)

    Beberapa detik yang lalu dia masih seorang manusia, rekan mereka yang mengalami trauma akibat 'makanan'. Tapi sekarang dia sudah menjadi daging cincang, dicabik-cabik oleh cakar lain milik seorang gadis kecil bergaun merah.Tubuh Silver berserakan, tapi gadis merah tidak mengambil satu bagian pun dan langsung melesat menuju kamar tempat Kaizen berada bersama adiknya, Xaver Madison.Pendosa merasa marah, marah karena mayat rekannya diperlakukan seperti benda tak bernyawa sekalipun memang dia sudah tidak lagi memiliki sukma. Dia melompat dan menerjang gadis merah dengan tongkat besi miliknya.Sama seperti yang dilakukan Kaizen, dia menghancurkan kepala gadis merah. Tidak lagi merasa iba pada gadis yang baik pada masa hidup maupun matinya sudah menjadi boneka.Namun anehnya gadis merah tidak mati ataupun tersungkur, seolah yang dihancurkan oleh tangan Pendosa bukanlah kepalanya, melainkan sebatas pernak-pernik di tubuhnya. Pendosa juga terk

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Obsesi   Cinta pertama (5)

    Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab

  • Obsesi   Cinta pertama (4)

    Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata

  • Obsesi   Cinta pertama (3)

    Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di

  • Obsesi   Cinta pertama (2)

    Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang

  • Obsesi   Cinta pertama (1)

    Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen

  • Obsesi   Realita: Kau yang paling cantik

    "Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m

  • Obsesi   Realita: Mantan pacar Kaizen

    "Rania, bagaimana keadaanmu?" Riski bertanya dengan panik sambil menenteng minuman hangat.Gadis yang semula berambut panjang, tapi kini harus merelakan rambutnya dipotong oleh stylist karena kecelakaan kerja, menatap orang tambahan di belakang asistennya dan tertegun hingga berdiri tiba-tiba"Kaizen?""Rania, bagaimana keadaanmu?" Kaizen bertanya sambil meraba rambut pihak lain yang baru selesai dipotong.Mulut wanita itu terbuka dan tertutup seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar dari mulutnya hanya seulas senyum dan kalimat"Hanya terkejut, selebihnya tidak apa-apa."Jujur saja Kaizen terkejut mendapati bahwa hanya rambut Rania yang terbakar. Dia pikir setelah ditendang paksa oleh Nightmare Whisper, wanita ini akan mengalami luka yang sangat parah karena pertarungan sebelumnya dengan burung hantu. Bagaimanapun juga, luka-luka yang didapat dalam pertarungan game akan dibawa ke dunia nyata.Benar, nama asli Aria adalah Rania Prameswari.Yang dikabarkan oleh sistem perma

  • Obsesi   Realita: Kamu

    [Selamat karena berhasil bertahan hidup dalam misi utama instansi ketiga: Laut yang tenang!]Pengumuman ini berbunyi bersamaan dengan ruang yang mulai terdistorsi dalam waktu yang cukup lama, membuat kepalanya terasa seolah sudah diputar-putar. [Tingkat kesulitan permainan: Normal][Kontributor terbesar: Golden Irish, Raven]Kehangatan di tubuhnya juga masih terasa, mengingat jiwa kedua Bos instansi baru saja selesai diserap. Membuat kesan seolah dia sudah melakukan kontak fisik dengan mahluk tak kasat mata.[Pukulan terakhir: Nancy Lionheart]Mendengar nama ini, dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kunci penyelesaian misi utama adalah bocah itu, bukan Aria ataupun Raven. Kegelapan dalam hati manusia memang sungguh tak tertebak.[Mendeteksi bug dalam permainan ... Memuat kompensasi untuk para pemain ...][Hadiah 2.000.000 poin pengalaman bertahan hidup, 10.000 keping senjata telah diberikan kepada para pemain][Survivor: Golden Irish, Winter, Raven, Aria, Nancy Lionheart][P

  • Obsesi   Laut yang tenang (akhir)

    "Tunggu-"Perkataannya langsung dipotong oleh ciuman Eldoris sekali lagi, pelukan Merman itu di pinggangnya juga semakin erat, demikian pula tentakel yang sedang melilit kaki dan mulai naik ke pahanya. Butuh beberapa waktu bagi Kaizen untuk menstabilkan emosi dan turut membalas ciuman Eldoris.Merman yang mendapatkan balasan positif, tentu menjadi lebih agresif dan mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Kaizen. Sebelum melepas pagutan mereka dan mulai menciumi leher dan tengkuk si gadis dengan rakus, membuat tanda di pundak dan leher.Ariel sendiri tidak tinggal diam.Begitu melihat bahwa kakaknya sudah selesai dengan bagian mulut, Ariel menggantikannya untuk mencium Kaizen. Tentakelnya juga semakin gencar melakukan tugas penyembuh sekaligus memancing panas dalam diri Kaizen. Gadis itu mengerang lembut, satu tangannya menekan tengkuk Ariel sementara tangannya yang lain memeluk kepala Eldoris.Dia tersentak begitu salah satu tentakel Ariel naik ke bagian tertentu di tubuhnya, seme

DMCA.com Protection Status