Share

Tiga

Author: DarkMoran1603
last update Last Updated: 2022-08-22 00:14:27

"Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.

Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas

"Baiklah."

Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai

"Ayo."

Mata "......"

Hantu wanita di belakang "....."

Suara dingin mata kembali terdengar

"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."

Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab

"Bukan masalah. Tinggal mati saja."

Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya

"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."

Mata "......"

Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak menyenangkan dan tidak akan terasa enak. Tapi Kaizen tetap tidak mau melepaskan, masih bergumam

"Baru kali ini aku mendengar hantu yang bisa memakan orang, ini pengetahuan yang menarik."

Hantu wanita akhirnya berhasil melepaskan diri dan mencoba berlari menjauh, tapi Kaizen berhasil memegang salah satu cakarnya dan mencegahnya pergi

"Jangan lari, aku manusia dan kau adalah roh jahat yang tidak mempan dengan ayat suci. Aku tidak akan bisa melakukan sesuatu padamu, jadi cepatlah."

Penampilan hantu wanita itu sesuai dengan dugaan Kaizen pada awalnya. Rambut panjang yang melayang-layang, sepasang tangan yang hanya tersisa tulang dan cakar panjang, lidah menjulur keluar dari mulutnya yang robek dari satu sisi ke sisi wajah lain, juga sepasang kaki domba.

Hantu yang mengerikan memang. Tapi Kaizen tidak takut pada hantu, dia takut pada manusia.

Mata "......"

Hantu wanita itu meronta-ronta kembali, tapi karena Kaizen sudah menggenggam sebelah cakarnya, semuanya sia-sia. Dia tampak seperti ikan menggelepar, meronta diatas talenan sebelum dimasak. Hanya bisa melompat-lompat di tempat, tidak bisa melarikan diri.

Mata yang melihat semua itu tampak berkedut sekejap, lalu berujar

"Kalau kau bisa mengumpulkan semua poin, kau tidak hanya bisa terus hidup, tapi juga bisa menukarnya dengan apapun yang kau mau di kenyataan. Entah itu kekayaan, kedudukan, pasangan, semuanya."

Suara mata tidak lagi terdengar arogan dan mengancam. Kali ini suara itu berujar lembut, sangat lembut seperti iblis yang ingin merayu manusia agar jatuh kedalam godaan. Tapi Kaizen sama sekali tidak bergeming.

Dia sudah memiliki uang, terkenal berkat sepak terjangnya di dunia literatur, dan pernah berkencan baik itu dengan laki-laki maupun perempuan.

Tawaran mata benar-benar tidak menarik.

Mata tampaknya menyadari bahwa pihak lain tidak tergoda, bahkan masih menggenggam cakar si hantu wanita yang terus menggelepar. Dia kembali berujar dengan suara lembut dan manis, bahkan terkesan sungkan

"Kau bisa hidup selama yang kau mau di dalam permainan, dan itu tidak akan mengganggu aktivitasmu di kenyataan. Kau juga bisa menukar poin untuk umur panjang, bahkan keabadian."

Manusia selalu menginginkan umur panjang, jadi ini adalah tawaran yang sangat menggoda.

Kaizen akhirnya melepaskan si hantu wanita yang langsung berlari kencang dan gemetar di sudut. Gadis itu kembali menatap mata dan berujar

"Premisnya adalah jika aku berhasil menghindari dibunuh dan dimakan oleh setiap bos instansi."

Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, berujar datar

"Siapa yang barusan bilang jika aku gagal memenuhi poin atau mati di instansi, maka aku juga akan mati di kenyataan?"

Mata terdiam.

Kaizen berkata

"Aku tidak mau berjuang mati-matian dan aku tidak mau membuang-buang waktumu. Daripada pusing, ya sudah. Tinggal mati saja."

Mata tampak marah saat Kaizen kembali mendekati hantu wanita yang gemetar panik di sudut. Dia mendekati Kaizen dengan marah, tapi tidak melakukan tindakan anarkis dan hanya berkata

"Begitu kau memasuki game nightmare whisper, kau tidak bisa keluar dari sini dengan mudah. Sekalipun kau akan kembali ke kenyataan setelah menyelesaikan satu instansi, kau akan tetap diculik kembali untuk bermain disini."

"Daripada kau bermain atau mati sia-sia, tidakkah lebih baik untuk memikirkan apa yang kau mau dengan sungguh-sungguh? Aku bisa mengabulkan permintaan apapun" lanjut mata.

Kaizen berhenti mendekati hantu wanita dan menatap mata lekat-lekat, bertanya

"Apapun?"

"Apapun."

Kaizen tampak berpikir

"Termasuk .... Mengubah hukum dan stereotip?"

"Ya."

Kaizen tersenyum manis

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Kupikir kau akan terus mengancamku, menggodaku, dan mengulangi siklus itu sampai aku menangis ketakutan dan setuju."

Gadis itu terkikik kecil

"Hanya anak-anak yang memainkan trik semacam ini dan jatuh kedalamnya. Katakan padaku, apakah kau berusia tiga tahun?"

Mata "..... Cih!"

Aku tidak suka manusia yang satu ini!

Sejak awal aku tidak menyukainya!

Mata raksasa itu dipenuhi oleh tatapan yang tidak menyenangkan, tapi Kaizen tidak memedulikannya sama sekali. Bagaimanapun juga, entitas yang bersamanya saat ini adalah roh jahat dan sepertinya .... Iblis?

Dua mahluk yang menjadi representasi dari kejahatan, dan suka berbohong.

Dia sama sekali tidak percaya pada mata. Tidak sedikitpun.

Selain itu, dia ingin sebuah kesempatan untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan.

Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga seluruh wanita di dunia ini.

Jika dia bisa mengubah tatanan hukum dan stereotip dunia ini pada wanita, akankah mereka bisa hidup dengan lebih santai dan bebas?

Jujur saja tawaran mata sebelumnya benar-benar menggoda, tapi terlalu banyak resiko.

Harta, memiliki resiko yang sangat berdarah.

Tahta, memiliki resiko tanggungjawab yang besar.

Pasangan, terlalu membebani.

Hidup panjang, terlalu menyakitkan.

Entitas satu ini benar-benar iblis.

"Bisakah aku bertanya mengenai deskripsiku sebagai pemain?" Tanya Kaizen.

Mata tampak kesal, tapi dia tetap mengirimkan gelombang informasi secara langsung ke otak pihak lain.

Nama: Kaizen Bramasta

Username: Golden Irish

Senjata: keping senjata 10x

Kartu: 0

Benda terkutuk: 0

Poin bertahan hidup: 100

Skill: Pengunci jiwa

Kemampuan: D. Terlemah dari yang terlemah

Komentar: Gadis sampah yang murahan. Bisa bertemu dan bernegosiasi dengan sang Mata adalah hal terbaik yang pernah kau lakukan dalam hidupmu, jadi berlutut dan nyanyikan pujian untukku, sialan!

Kaizen menatap mata yang melayang didepannya tanpa menunjukkan fluktuasi apa-apa, dia hanya bertanya

"Dimana aku bisa melihat jiwa bos yang kukunci?"

Mata sudah tidak terlihat sekesal tadi, dia menjawab dengan nada normal

"Ada tahi lalat merah di tulang selangkamu 'kan? Ketuk itu dua kali."

Mata Kaizen berbinar kagum

"Sejak kapan tubuhku mempunyai fungsi ini? Canggih sekali."

Mata tampak sombong

"Sejak kau bertemu denganku."

Namun Kaizen tidak menggubrisnya

"Aku harus berterimakasih pada Tuhan setelah keluar dari sini."

"Hei! Aku yang memberimu kekuatan itu! Kau harusnya berterimakasih padaku! Bukan pada Tuhan!" Mata berteriak keras.

Tapi Kaizen menjawab dengan tenang

"Kau dan aku sama-sama diciptakan oleh Tuhan, sama-sama mahluk Tuhan. Jadi kekuatanmu dan kekuatanku sekarang juga semuanya berkat Tuhan."

Mata "...."

Sial kau!

Tapi gadis ini mengatakan hal yang benar.

Kaizen mengacuhkan mata yang sedang mengalami krisis identitas, lalu mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya. Benar saja, terdapat informasi berupa foto dan deskripsi seperti lembaran buku.

[Id: 001]

[Nama: Lucia Gray]

[Asal: Instansi pemula]

[Level: Mudah]

[Keterangan: Lucia adalah seorang anak kaya yang menjadi korban penculikan bersama Kaizen. Tapi begitu keduanya berhasil lolos, salah satu penculik itu menyiram air keras ke wajah Lucia.

Karena Lucia adalah pewaris dan kepala klan tidak menerima anak cacat, dia dibuang dan hanya hidup bersama uang. Satu-satunya penghiburan dalam rasa sakitnya adalah ingatan saat diculik bersamamu, saat kau menghibur dan menenangkannya.

Dia hanya bisa hidup dibawah bayang-bayang, berbeda denganmu yang hidup dibawah cahaya. Karena takut kau meninggalkannya, dia membunuh semua orang yang melihat dan mengingatmu. Dia sangat mencintaimu, dan ingin memakan sedikit daging dan meminum darahmu untuk ritual pengikat jiwa.]

Begitu informasi ini tersampaikan, Kaizen melihat foto Lucia yang semula diam, menjadi tersenyum sangat manis. Bibirnya di foto juga bergerak tanpa suara, mengatakan

"Aku mencintaimu."

Related chapters

  • Obsesi   Rumah impian (1)

    Kaizen membuka mata hanya untuk mendapati dirinya yang sedang duduk di halte depan rumah sakit, dia melihat jam yang masih menunjukkan waktu pada pukul dua siang. Padahal dia berada di tempat aneh tadi semalaman, dia yakin sekali akan intuisinya tentang waktu.Atau jangan-jangan itu cuma mimpi?[Mau kuputarkan video sewaktu kau berciuman dengan Lucia?] Suara mata lagi-lagi secara misterius terdengar dari dalam kepalanya.Kaizen balas bertanya, nadanya datar"Kenapa kau masih bicara melalui kepalaku? Mesum."Suara mata terdengar kesal[Tentu saja aku masih disini, kau pikir beres hanya dengan menyelesaikan satu permainan? Aku belum memberitahumu aturan dan cara komunikasi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang tidak takut mati sendirian?]"Ah, kalau begitu silahkan" Kaizen berujar ramah dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya, menenteng ransel berisi laptop dan memeluk map bening, dengan sebelah tangan menenteng kopi.Mata tidak ambil pusing dengan penampilan normal oran

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (2)

    Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa. Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk k

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (3)

    Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da

    Last Updated : 2022-08-23
  • Obsesi   Rumah impian (4)

    Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den

    Last Updated : 2022-08-30
  • Obsesi   Rumah impian (5)

    Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"

    Last Updated : 2022-09-01
  • Obsesi   Rumah impian (6)

    Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p

    Last Updated : 2022-09-04
  • Obsesi   Rumah impian (7)

    "Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend

    Last Updated : 2022-09-07
  • Obsesi   Rumah impian (8)

    Anak perempuan keluarga Madison memiliki rambut pirang keriting yang cantik, mata biru yang bulat dan berair. Gadis merah memiliki ciri-ciri serupa, hanya saja mata itu sudah digantikan oleh kancing dan tubuhnya sudah penuh jahitan seperti boneka.Menjadi secantik boneka saat hidup, dan menjadi boneka sungguhan saat mati. Kasihan.Kaizen juga ingat bahwa saat Sugar mengunci gadis merah kedalam kamar mereka, reaksi gadis merah saat itu sangat tidak wajar. Dia sudah menjadi mahluk semacam roh yang sangat kuat, atas dasar apa dia ketakutan hanya karena dikunci dari luar?Atau ... Apakah itu karena kenangan menyakitkan semasa hidup? Semacam pengalaman traumatis?Tapi siapa juga yang tega mengunci gadis kecil yang cantik didalam kamar pada masa itu?Xaver? Mustahil bagi seorang anak baik untuk mengunci kakaknya.Nyonya Madison? Tapi begitu gadis merah terkunci, 'ibu' adalah objek dimana gadis merah meminta tolong dengan sangat putus asa.Maka jawaban satu-satunya adalah sang ayah tiri.Kai

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • Obsesi   Cinta pertama (5)

    Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab

  • Obsesi   Cinta pertama (4)

    Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata

  • Obsesi   Cinta pertama (3)

    Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di

  • Obsesi   Cinta pertama (2)

    Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang

  • Obsesi   Cinta pertama (1)

    Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen

  • Obsesi   Realita: Kau yang paling cantik

    "Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m

  • Obsesi   Realita: Mantan pacar Kaizen

    "Rania, bagaimana keadaanmu?" Riski bertanya dengan panik sambil menenteng minuman hangat.Gadis yang semula berambut panjang, tapi kini harus merelakan rambutnya dipotong oleh stylist karena kecelakaan kerja, menatap orang tambahan di belakang asistennya dan tertegun hingga berdiri tiba-tiba"Kaizen?""Rania, bagaimana keadaanmu?" Kaizen bertanya sambil meraba rambut pihak lain yang baru selesai dipotong.Mulut wanita itu terbuka dan tertutup seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar dari mulutnya hanya seulas senyum dan kalimat"Hanya terkejut, selebihnya tidak apa-apa."Jujur saja Kaizen terkejut mendapati bahwa hanya rambut Rania yang terbakar. Dia pikir setelah ditendang paksa oleh Nightmare Whisper, wanita ini akan mengalami luka yang sangat parah karena pertarungan sebelumnya dengan burung hantu. Bagaimanapun juga, luka-luka yang didapat dalam pertarungan game akan dibawa ke dunia nyata.Benar, nama asli Aria adalah Rania Prameswari.Yang dikabarkan oleh sistem perma

  • Obsesi   Realita: Kamu

    [Selamat karena berhasil bertahan hidup dalam misi utama instansi ketiga: Laut yang tenang!]Pengumuman ini berbunyi bersamaan dengan ruang yang mulai terdistorsi dalam waktu yang cukup lama, membuat kepalanya terasa seolah sudah diputar-putar. [Tingkat kesulitan permainan: Normal][Kontributor terbesar: Golden Irish, Raven]Kehangatan di tubuhnya juga masih terasa, mengingat jiwa kedua Bos instansi baru saja selesai diserap. Membuat kesan seolah dia sudah melakukan kontak fisik dengan mahluk tak kasat mata.[Pukulan terakhir: Nancy Lionheart]Mendengar nama ini, dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kunci penyelesaian misi utama adalah bocah itu, bukan Aria ataupun Raven. Kegelapan dalam hati manusia memang sungguh tak tertebak.[Mendeteksi bug dalam permainan ... Memuat kompensasi untuk para pemain ...][Hadiah 2.000.000 poin pengalaman bertahan hidup, 10.000 keping senjata telah diberikan kepada para pemain][Survivor: Golden Irish, Winter, Raven, Aria, Nancy Lionheart][P

  • Obsesi   Laut yang tenang (akhir)

    "Tunggu-"Perkataannya langsung dipotong oleh ciuman Eldoris sekali lagi, pelukan Merman itu di pinggangnya juga semakin erat, demikian pula tentakel yang sedang melilit kaki dan mulai naik ke pahanya. Butuh beberapa waktu bagi Kaizen untuk menstabilkan emosi dan turut membalas ciuman Eldoris.Merman yang mendapatkan balasan positif, tentu menjadi lebih agresif dan mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Kaizen. Sebelum melepas pagutan mereka dan mulai menciumi leher dan tengkuk si gadis dengan rakus, membuat tanda di pundak dan leher.Ariel sendiri tidak tinggal diam.Begitu melihat bahwa kakaknya sudah selesai dengan bagian mulut, Ariel menggantikannya untuk mencium Kaizen. Tentakelnya juga semakin gencar melakukan tugas penyembuh sekaligus memancing panas dalam diri Kaizen. Gadis itu mengerang lembut, satu tangannya menekan tengkuk Ariel sementara tangannya yang lain memeluk kepala Eldoris.Dia tersentak begitu salah satu tentakel Ariel naik ke bagian tertentu di tubuhnya, seme

DMCA.com Protection Status