Share

Dua

Author: DarkMoran1603
last update Last Updated: 2022-08-22 00:13:48

Dibawah tatapan kaget Lucia, Kaizen menempelkan bibir mereka. Berawal dari kecupan-kecupan kecil seolah si gadis sedang mematuk mulutnya, dilanjutkan dengan sepasang lengan kurus yang memeluk pundaknya.

Lucia membeku akibat tindakan tiba-tiba ini, tapi refleksnya yang terlatih dengan cepat membuatnya balas merengkuh pihak lain yang kecil dan lemah. Dia merasakan bahwa si gadis berhenti gemetar, hanya saja kedua lengan yang memeluknya terasa dingin dan kaku.

Sekali lihat juga tau bahwa ini adalah ciuman pertama Kaizen.

Namun ini juga pertama kalinya bagi Lucia.

Kaizen merasakan tindakan kaku pihak lain yang balas mengecupi bibirnya, tidak melakukan apa-apa. Tapi suara misterius di kepalanya barusan dengan tegas mengatakan mulut dan bukannya bibir, jadi sekalipun mereka terus mengecup satu sama lain sampai pagi, dia tidak akan bisa pergi dari sini.

Lengan kurus Kaizen beralih meremas rambut di kepala Lucia, mengunci gerakan yang tidak perlu sekaligus semakin menekan tubuhnya. Dia melakukan hal ini karena tidak mau mengadu kekuatan fisik mereka, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya tindakan yang cukup logis untuk menuruti ketentuan suara di kepalanya.

Lucia merasakan kontras atmosfer yang sangat banyak di antara mereka, melingkarkan kedua lengannya pada pinggang pihak lain. Kaizen merasakan respon positif dan tanpa basa-basi, memulai ciuman yang sebenarnya. Hanya mengandalkan imajinasi sebagai penulis dan buku-buku yang dulu pernah dibacanya.

Keduanya kali ini saling menjerat satu sama lain, saling memeluk dan mencium seolah sangat mencintai. Kaizen mensugesti dirinya agar tetap tenang, terus melakukan ini sampai ada pemberitahuan baru dari suara dalam kepalanya.

Namun Lucia mendadak bangkit dan duduk. Mengingat posisi mereka sebelumnya, pria itu kini memangkunya. Keduanya melanjutkan untuk beberapa waktu sebelum Lucia melepaskan diri dan menjauh, kali ini Kaizen bisa dengan jelas menatap wajah orang ini sepenuhnya.

Lucia adalah pria berwajah lembut dengan garis rahang yang halus dan cantik, seperti wanita. Tapi memiliki sorot mata yang menguarkan maskulinitas, dan obsesif. Dia adalah pria muda yang bisa menjadi imajinasi cinta pertama semua orang, jika seseorang itu bisa melupakan bekas luka mengerikan yang membuat mata kirinya hanya berwarna putih saja.

Itu tampak seperti bekas tersiram air keras.

Kaizen tanpa sadar menyibak rambut panjang pihak lain yang menghalangi, lantas menggosok bekas luka itu dengan sangat lembut.

Lucia yang tidak bisa menebak isi pikiran Kaizen akibat ketenangan pihak lain, tersenyum sangat manis dan bertanya lembut

"Kaizen, apakah kau juga mencintaiku?"

Si gadis hanya tersenyum dan kembali mencium serta memeluk pria ini, Lucia juga tidak ingin merusak suasana. Pria itu ikut membalas ciuman lembut dari gadis yang dia suka, tangannya yang dingin mulai menyibak sweater baby blue Kaizen dan mengusap permukaan kulit punggungnya.

Kaizen membeku, panik.

Lucia mengecup sudut bibir pihak lain beberapa kali, dan berbisik

"Karena kita saling mencintai, mari lakukan sesuatu yang harus dilakukan oleh pasangan."

Sebelum Kaizen sempat memukuli orang ini agar menjauh, suara di kepalanya kembali berbunyi

[Selamat telah menyelesaikan instansi tahap pertama, pemain dengan identitas Kaizen Bramasta.]

[Hadiah: 10 keping senjata, 100 poin pengalaman bertahan hidup. Selamat telah naik ke level 2.]

Kaizen melihat bahwa pria yang masih tersenyum di hadapannya, berubah menjadi cahaya putih yang amat menyilaukan. Cahaya berbentuk manusia yang dalam sesaat kemudian kehilangan cahayanya dan melebur menjadi pasir kaca, lantas lenyap begitu saja. Demikian pula dengan ruangan yang mengurung beserta rantai di kakinya, meluruh seperti tinta lukisan yang tersiram air.

Si gadis berdiri linglung hanya untuk menyadari bahwa perasaan lemah dan rasa sakit tadi ikut lenyap. Sweater baby blue dan rok Daisy putihnya yang semula kotor karena dibanting dan terguling beberapa kali, juga bersih serta masih memiliki aroma obat dari apotek.

[Selamat datang di permainan nightmare whisper, apakah anda ingin mengganti nama?]

'Nama?'

[Pemain lainnya juga tidak ada yang menggunakan nama asli, demi keamanan privasi. Jadi kusarankan agar kau memilih nama untuk melanjutkan, seperti buah atau binatang favorit, bisa juga-]

'Golden Irish.'

[Bagus]

Begitu suara tersebut menerima nama barunya, Kaizen merasakan bahwa tulang belulangnya dihancurkan dan ditarik paksa oleh sesuatu. Rasa sakit itu terasa sangat berat hingga membuatnya pingsan di tempat, saat kesadarannya sudah samar, suara tersebut kembali berbunyi.

[Nightmare whisper: mode normal dengan gembira menyambutmu, pemain Golden Irish]

Dia belum sepenuhnya pingsan saat tiba-tiba tubuhnya seolah kembali diutak-atik, tapi kali ini seolah sedang disuntik oleh tenaga yang membuatnya terjaga seketika. Tidak ada rasa pusing akibat anemia dan hipoglikemia, tidak ada rasa mual akibat kekurangan gizi, dan tidak ada nyeri kaki.

Seolah sudah terlahir kembali.

Tapi kenapa dia yang terpilih sebagai pemain oleh nightmare whisper?

Kaizen berbicara dalam benaknya

"Kau, jelaskan."

Suara itu berdengung

[Alasanmu muncul disini secara tiba-tiba adalah untuk berpartisipasi dalam game survival nightmare whisper. Walaupun terasa seperti mimpi, ini adalah kenyataan. Jadi kalau kau sampai mati atau terluka di instansi, kau akan mengalaminya juga setelah keluar dari permainan. Kau baru saja disembuhkan semata-mata karena ini adalah level satu, anggap saja pemanasan sebelum masuk ke instansi berikutnya.]

[Karena ini adalah permainan horor, maka para pemain akan mengalami metode kematian yang paling mengerikan dan paling menyakitkan. Pemain juga tidak akan tau instansi apa yang menunggu mereka nanti, perlu diingat bahwa manusia hanya memiliki satu nyawa.]

Kaizen mengangguk mengerti, suara itu kembali melanjutkan

[Setiap pemain akan mendapatkan poin begitu menyelesaikan permainan. Kalian perlu mengumpulkan satu juta poin agar bisa keluar dari permainan, sebelum itu kalian harus menyelesaikan berbagai instansi lebih dulu. Hanya ada dua akhiran dalam game nightmare whisper, hidup atau mati.]

Kaizen merenung dan berkata

"Dari cara bicaramu kurasa ini bukan permainan yang membiarkan para pemain memiliki pilihan, benar-benar rutinitas lama dalam memaksa seseorang untuk menjadi anggota peternakan."

[........]

"Kenapa juga kau harus bersuara dari dalam kepalaku? Apakah kau memiliki wujud sendiri atau hanya entitas yang memerlukan inang untuk hidup?"

Begitu Kaizen mengatakan itu, sebuah tangan terasa mencengkeram bagian belakang kepalanya. Dia merinding, tapi memutuskan untuk diam saat sebuah tangan lain juga mencengkeram kepalanya. Tekanan yang tidak kuat tapi juga tidak lemah, disusul rasa melayang seolah darah kotor di otaknya disedot paksa. Seluruh proses hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh detik, saat sebuah suara serupa terdengar kembali.

Namun kali ini berasal dari belakang tubuhnya.

"Berbaliklah."

Kaizen menurut, hanya untuk kembali gemetar.

Sebuah mata raksasa berwarna emas, sedang melotot marah padanya. Tidak ada kepala, tidak ada tubuh, tidak ada tangan atau kaki seperti yang dia bayangkan dan rasakan sebelumnya.

Hanya mata. Mata yang berbicara.

"Jika kau menganggap ini adalah peternakan, maka anggap saja demikian. Tapi kau tidak punya pilihan selain menerima nasibmu sebagai ternak, pemain Golden Irish."

Begitu suara itu terdengar, Kaizen merasakan jilatan di tengkuknya. Dia melirik melalui sudut mata dan melihat rambut panjang seorang wanita, melayang seolah mereka berada didalam air. Disusul dengan cengkeraman tangan yang terasa seperti cakar dan tulang, di kedua lengannya yang mengunci mobilitas seutuhnya.

Dia tersenyum kecil dan kembali bertatapan dengan mata

"Kau mengancamku?"

Related chapters

  • Obsesi   Tiga

    "Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas"Baiklah."Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai"Ayo."Mata "......"Hantu wanita di belakang "....."Suara dingin mata kembali terdengar"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab"Bukan masalah. Tinggal mati saja."Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."Mata "......"Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (1)

    Kaizen membuka mata hanya untuk mendapati dirinya yang sedang duduk di halte depan rumah sakit, dia melihat jam yang masih menunjukkan waktu pada pukul dua siang. Padahal dia berada di tempat aneh tadi semalaman, dia yakin sekali akan intuisinya tentang waktu.Atau jangan-jangan itu cuma mimpi?[Mau kuputarkan video sewaktu kau berciuman dengan Lucia?] Suara mata lagi-lagi secara misterius terdengar dari dalam kepalanya.Kaizen balas bertanya, nadanya datar"Kenapa kau masih bicara melalui kepalaku? Mesum."Suara mata terdengar kesal[Tentu saja aku masih disini, kau pikir beres hanya dengan menyelesaikan satu permainan? Aku belum memberitahumu aturan dan cara komunikasi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang tidak takut mati sendirian?]"Ah, kalau begitu silahkan" Kaizen berujar ramah dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya, menenteng ransel berisi laptop dan memeluk map bening, dengan sebelah tangan menenteng kopi.Mata tidak ambil pusing dengan penampilan normal oran

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (2)

    Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa. Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk k

    Last Updated : 2022-08-22
  • Obsesi   Rumah impian (3)

    Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da

    Last Updated : 2022-08-23
  • Obsesi   Rumah impian (4)

    Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den

    Last Updated : 2022-08-30
  • Obsesi   Rumah impian (5)

    Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"

    Last Updated : 2022-09-01
  • Obsesi   Rumah impian (6)

    Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p

    Last Updated : 2022-09-04
  • Obsesi   Rumah impian (7)

    "Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend

    Last Updated : 2022-09-07

Latest chapter

  • Obsesi   Cinta pertama (5)

    Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab

  • Obsesi   Cinta pertama (4)

    Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata

  • Obsesi   Cinta pertama (3)

    Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di

  • Obsesi   Cinta pertama (2)

    Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang

  • Obsesi   Cinta pertama (1)

    Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen

  • Obsesi   Realita: Kau yang paling cantik

    "Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m

  • Obsesi   Realita: Mantan pacar Kaizen

    "Rania, bagaimana keadaanmu?" Riski bertanya dengan panik sambil menenteng minuman hangat.Gadis yang semula berambut panjang, tapi kini harus merelakan rambutnya dipotong oleh stylist karena kecelakaan kerja, menatap orang tambahan di belakang asistennya dan tertegun hingga berdiri tiba-tiba"Kaizen?""Rania, bagaimana keadaanmu?" Kaizen bertanya sambil meraba rambut pihak lain yang baru selesai dipotong.Mulut wanita itu terbuka dan tertutup seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar dari mulutnya hanya seulas senyum dan kalimat"Hanya terkejut, selebihnya tidak apa-apa."Jujur saja Kaizen terkejut mendapati bahwa hanya rambut Rania yang terbakar. Dia pikir setelah ditendang paksa oleh Nightmare Whisper, wanita ini akan mengalami luka yang sangat parah karena pertarungan sebelumnya dengan burung hantu. Bagaimanapun juga, luka-luka yang didapat dalam pertarungan game akan dibawa ke dunia nyata.Benar, nama asli Aria adalah Rania Prameswari.Yang dikabarkan oleh sistem perma

  • Obsesi   Realita: Kamu

    [Selamat karena berhasil bertahan hidup dalam misi utama instansi ketiga: Laut yang tenang!]Pengumuman ini berbunyi bersamaan dengan ruang yang mulai terdistorsi dalam waktu yang cukup lama, membuat kepalanya terasa seolah sudah diputar-putar. [Tingkat kesulitan permainan: Normal][Kontributor terbesar: Golden Irish, Raven]Kehangatan di tubuhnya juga masih terasa, mengingat jiwa kedua Bos instansi baru saja selesai diserap. Membuat kesan seolah dia sudah melakukan kontak fisik dengan mahluk tak kasat mata.[Pukulan terakhir: Nancy Lionheart]Mendengar nama ini, dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kunci penyelesaian misi utama adalah bocah itu, bukan Aria ataupun Raven. Kegelapan dalam hati manusia memang sungguh tak tertebak.[Mendeteksi bug dalam permainan ... Memuat kompensasi untuk para pemain ...][Hadiah 2.000.000 poin pengalaman bertahan hidup, 10.000 keping senjata telah diberikan kepada para pemain][Survivor: Golden Irish, Winter, Raven, Aria, Nancy Lionheart][P

  • Obsesi   Laut yang tenang (akhir)

    "Tunggu-"Perkataannya langsung dipotong oleh ciuman Eldoris sekali lagi, pelukan Merman itu di pinggangnya juga semakin erat, demikian pula tentakel yang sedang melilit kaki dan mulai naik ke pahanya. Butuh beberapa waktu bagi Kaizen untuk menstabilkan emosi dan turut membalas ciuman Eldoris.Merman yang mendapatkan balasan positif, tentu menjadi lebih agresif dan mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Kaizen. Sebelum melepas pagutan mereka dan mulai menciumi leher dan tengkuk si gadis dengan rakus, membuat tanda di pundak dan leher.Ariel sendiri tidak tinggal diam.Begitu melihat bahwa kakaknya sudah selesai dengan bagian mulut, Ariel menggantikannya untuk mencium Kaizen. Tentakelnya juga semakin gencar melakukan tugas penyembuh sekaligus memancing panas dalam diri Kaizen. Gadis itu mengerang lembut, satu tangannya menekan tengkuk Ariel sementara tangannya yang lain memeluk kepala Eldoris.Dia tersentak begitu salah satu tentakel Ariel naik ke bagian tertentu di tubuhnya, seme

DMCA.com Protection Status