Beranda / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 1: Kembali ke Akar

Share

KEMBALINYA SANG RATU
KEMBALINYA SANG RATU
Penulis: Oceania

Bab 1: Kembali ke Akar

Penulis: Oceania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 10:43:59

Angin sepoi-sepoi membawa aroma harum damar dan tanah basah. Hutan Lambusango, yang konon menjadi saksi bisu kelahiran para raja di Pulau Buton, kini terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan corak-corak indah di lantai hutan yang dipenuhi lumut hijau.

 Di tengah hutan yang masih asri itu, berdiri seorang perempuan dengan kecantikan yang memukau. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin, matanya berkilau memancarkan cahaya biru lembut. Dialah Ratu Wakaaka, penguasa legendaris Pulau Buton yang kembali ke dunia fana.

Sejak kedatangannya, Wakaaka merasakan ada ikatan yang kuat menariknya ke Hutan Lambusango. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang familiar, sebuah energi yang membuatnya tenang namun juga rasa penasaran. Dengan langkah ringan, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah lama tidak terjamak.

 Di tengah perjalanan, Wakaaka tiba-tiba terhenti. Di depannya, berdiri sebuah pohon bambu tua yang sangat besar. Pohonnya tampak berbeda dari pohon bambu lainnya, auranya begitu kuat dan magis. Tiba-tiba, kenangan masa lalunya berputar dengan cepat.

 Ia melihat dirinya yang masih kecil, diusung dari rumpun bambu yang sama. Paman Dungku Chagia, seorang pendeta tinggi, sedang memimpin upacara pelantikan. Suara-suara lantunan mantra terdengar jelas di dengar, diikuti oleh tepuk tangan riang para tetua desa.

 “Ini dia, tempat kelahiranku,” gumam Wakaaka, air matanya menetes perlahan.

 Dengan lembut, ia menyentuh batang bambu itu. Seketika, ia merasakan aliran energi yang mengalir dari pohon ke dalam dirinya. Penglihatannya menjadi kabur, dan ia memasuki dunia batinnya, kesadarannya menyebrang ke dunia bawah sadaranya. Ia menemukan dirinya pada masa lalu yang jauh. 

 Dalam perjalanan jiwanya ke masa lalu, Wakaaka melihat kembali kehidupan masa lalunya sewaktu ia ditandu dari Bukit Lele Mangura. Ia melihat dirinya tumbuh menjadi seorang pemimpin yang bijaksana, memimpin rakyat Buton menuju kemakmuran. Ia juga melihat perjuangannya kekuatan melawan kejahatan yang ingin menguasai pulau itu. Ia melihat dirinya yang sedang bertemu dengan beberapa kerabat kerajaan dan mendiskusikan aturan-aturan kerajaan, sehingga kerajaan ini bisa berkembang, terutama dalam melakukan ekspansi kepada kerajaan-kerajaan lain di timur Pulau Buton.

"Mungkin Kamaru dan Lasalimu, harus kita ajak untuk bergabung dengan kerajaan kita, harus ada penyatuan keluarga agar kita tidak perlu berperang, tetapi kita harus membangun hubungan keluarga", ungkap Ratu Wakaaka dalam suatu pertemuan, ia hanya memandang laut lepas. Suara kuda kedengaran ketika mereka berdiri di pinggir sungai yang membelah daerah di kerajaan itu. 

Namun, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya. Sebuah rahasia yang tersimpan jauh di dalam ingatannya. Sebuah rahasia tentang asal-usul kekuatan magisnya dan hukumnya dengan Hutan Lambusango. Ia terikat dengan hutan itu, ketika ia masih menjadi bagian dari hutan itu. 

 Ketika ia semakin mendekati inti mimpinya, ia melihat sebuah cahaya terang. Cahaya itu semakin membesar hingga memenuhi seluruh cahaya. Lalu, dia mendengar suara lembut memanggil namanya.

 "Wakaaka, sudah waktunya kau mengetahui kebenarannya. Rakyatmu memanggilmu sekarang,"

 Suaranya begitu familiar, namun ia tidak dapat mengenali siapa pemiliknya. Dengan rasa penasaran yang membuncah, Wakaaka melangkah maju menuju cahaya itu. Ketika ia tersadar, ia mulai menyadari bahwa dirinya terlelap dalam memori lamanya, udara magis hutan Lambusango menyentuh bawah sadarnya berabad-abad silam. Perjalanan dirinya yang menjelma dalam diri seorang gadis cantik, telah menjadikan dirinya memahami masa lalunya, dan juga masa hari ini. 

Keesokan harinya, cahaya matahari pagi menyinari wajah Wakaaka yang terpejam. Ia masih larut dalam perjalanan jiwanya, melewati lorong waktu untuk mencari jawaban atas misteri asal usulnya. Ketika mata membuka, ia mendapati dirinya masih berada di bawah pohon bambu tua. Bambu tua yang memiliki kekuatan magis, kekuatan yang pernah ia rasakan ratusan tahun silam.

 "Aku harus mencari tahu lebih banyak," gumamnya. Ia merasakan suasana magis yang menghubungkan dirinya dengan alam di sekitarnya.

Dengan langkah mantap, ia mulai menjelajahi Hutan Lambusango. Semakin ia masuk, semakin terasa aura magis yang membuat hutan ini. Tumbuhan-tumbuhan langka bermekaran indah, dan suara-suara binatang terdengar begitu harmonis.

 Tiba-tiba, ia mendengar suara-suara asing. Ternyata, ada sekelompok siswa asing yang sedang melakukan penelitian di hutan ini. Mereka berasal dari berbagai negara di Eropa, tertarik dengan keunikan flora dan fauna Hutan Lambusango.

 Wakaaka memutuskan untuk mendekati mereka. Dengan menggunakan kekuatan magisnya, ia mengubah penampilan menjadi seorang gadis muda yang cantik dan ramah. Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang pemandu wisata lokal yang mengenal betul setiap sudut hutan ini. Ia memperkenalkan dirinya, Sinta. Orang-orang memanggilnya, Wa Ode Sinta, karena ia memiliki wajah cantik dan kulit putih. Wajah perpaduan Melanesia dan Mongolia. Sinta juga memiliki ikatan darah dengan timur tengah. Jiwa Sang Ratu masuk menjelma dalam tubuh Sinta. 

 Para siswa menyambutnya dengan hangat. Mereka bercerita tentang tujuan penelitian mereka, mulai dari studi tentang tanaman obat tradisional hingga penelitian tentang sejarah Kerajaan Buton. Sinta yang merupakan reinkarnasi dari Ratu Wakaaka mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa ada benang merah yang menghubungkan penelitian mereka dengan sejarahnya. Sinta sangat antusias menemani para peneliti itu, sebagai guide, ia sangat senang. 

 Ketika sedang berbincang dengan seorang mahasiswa yang ahli dalam bidang genetika, Siinta menceritakan tentang mimpinya dan pohon bambu tua. Mahasiswa itu tertarik dengan cerita Sinta dan menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pohon bambu tersebut. Pohon itulah yang selalu menarik Sinta untuk memasuki dunia bawah sadarnya dan jadilah ia sebagai seorang ratu. Fisiknya terpilih oleh leluhur, sehingga ia bisa berdiskusi dengan anak-anak Eropa tersebut. 

 “Mungkin ada sesuatu yang unik dalam DNA pohon bambu ini,” ujar mahasiswa itu. "Kita bisa mencoba mencari tahu apakah ada hubungan dengan kekuatan magis yang Anda miliki. Karena saya pikir kau memiliki kekuatan yang sangat dekat dengan lingkungan ini, sehingga kau dapat mengenal hutan Lambusango sendirian."

Sinta hanya terdiam, rasanya ia bukan lagi dirinya, dan ia kemudian bertindak seperti Sang Ratu. Sebagai Ratu Wakaaka, Sinta sangat antusias dengan ide tersebut. Ia merasa semakin dekat untuk mengungkap rahasia kekuatannya. Ia banyak bercerita tentang masa lalunya, termasuk soal pertemuannya dengan seekor anoa. Hewan khas Sulawesi Tenggara ini begitu tenang di hadapannya.

Dengan menggunakan kekuatan telepatinya, Sinta berhasil berkomunikasi dengan anoa tersebut. Anoa itu menceritakan banyak hal tentang Hutan Lambusango, termasuk cerita tentang Oputa Yi Koo, pahlawan nasional Buton yang legendaris. "Hutan ini sangat kaya akan flora dan fauna, hutan tropis yang luas, dengan banyak sungai-sungai yang mengalir di dalamnya.

Melalui anoa, Wakaaka yang menjelma dalam diri Sinta melihat kilasan sejarah perjuangan Oputa Yi Koo. Ia melihat bagaimana Oputa Yi Koo memimpin rakyat Buton melawan penjajah. Ia juga melihat kekuatan magis yang dimiliki oleh Oputa Yi Koo, yang sangat mirip dengan kekuatan yang dimilikinya. Dalam hari-harinya, Sinta sangat kuat dalam merasakan semua yang ada di sekitarnya, terlebih saat Jiwa Wakaaka menjelma dalam dirinya, ia hampir mengetahu semuanya, termasuk peristiwa ratusan tahun silam, dan juga ratusan tahun yang akan datang. 

 Dengan semangat baru, Jiwa Ratu Wakaaka yang mengendalikan Sinta, berpikir untuk lebih jauh menjelajahi kembali ke Hutan Lambusango. Para siswa itu membawa beberapa alat yang bisa mendeteksi karbon yang ada di hutan itu. Mereka membawa peralatan penelitian yang lengkap untuk mengungkap misteri pohon bambu tua. "Mungkin ada kekuatan magis pada bambu ini,"

"Jangan-jangan ada kekuatan ghaib pada bambu ini," pikir Sinta. Kondisi jiwanya begitu cepat untuk berada di alam lainnya. 

Mahasiswa yang datang dari Eropa yang mengikuti program Wallacea itu, mencoba mendeteksi kekuatan aneh di sekitar pohon bambu, ia menggunakan alat pendeteksi karbon terbaru, sehingga tidak perlu lagi mengirim sampel ke perpusatakaan. Setelah melakukan berbagai pengujian melakukan scan terhadap karbon itu, mulai dari analisis DNA hingga pengukuran energi, mereka menemukan hasil yang mengejutkan. 

 Ternyata, berdasarkan data yang dihasilkan dari uji atas karbon, ternyata ada kekuatan yang dideteksi oleh alat itu. Di dalam data yang dilaporkan dari alat canggih tersebut, ada DNA pohon bambu yang memiliki energi yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Energi ini memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan memancarkan aura magis yang kuat. Beberapa mahasiswa ikut merasakan perubahan energi itu. Coba lihat sepertinya ada pengrahuh energi elektromagnetik yang kuat di daerah ini. 

"Sinta terdiam, namun tiba-tiba ia kemasukan lagi. Para siswa menyebutnya sebagai "Energi Wakaaka", karena mereka yakin energi ini berkaitan erat dengan kekuatan magis yang dimiliki oleh bambu tersebut, Sinta yang merupakan penjelmaan dari Ratu Wakaaka, mulai mengontrol pikirannya.

 "Ini adalah penemuan yang luar biasa!" seru salah seorang pelajar. "Energi ini bisa menjadi kunci untuk memahami asal usul kekuatan magis dan bahkan mengembangkan teknologi baru. Mungkinkah ini adalah energi leluhur yang selama ini menjaga pulau Buton.

 Namun, di tengah euforia penemuan mereka, sebuah ancaman mulai muncul. Kekuatan jahat yang selama ini mengintai Pulau Buton mulai bertindak. Gempa bumi kecil mengguncang pulau, dan muncul retakan-retakan misterius di beberapa tempat. Hewan-hewan pembohong menjadi dan sering menyerang pemukiman penduduk. Energi tersebut adalah energi yang selama ini mempengaruhi tubuh Sinta ketika ia sudah mulai merasakan, maka seketika itu juga ia tidak akan sadar lagi. 

Sinta tidak sadarkan diri, saat-saat pertama Ratu Wakaaka menggunakan tubuhnya. Maka ketika Sinta pingsan, ia tersadar sebagai Ratu Wakaaka. Sinta sudah bergerak seperti Wakaaka dan ia mulai merasakan kehadiran kekuatan jahat itu. Ia tahu bahwa kekuatan ini ingin merebut energi magis yang terkandung dalam pohon bambu tua. Jika kekuatan jahat berhasil menguasai energi itu, maka Pulau Buton akan berada dalam bahaya. 

 “Kita harus melindungi pohon bambu ini,” kata Wakaaka dengan tegas. "Kekuatan jahat tidak boleh sampai."

 Bersama-sama dengan para pelajar dan penduduk desa, Wakaaka membentuk pertahanan di sekitar pohon bambu. Mereka membangun pagar pelindung dari kayu dan batu, serta memasang jimat-jimat yang dipercaya dapat memenangkan kekuatan jahat.

 Sementara itu, Wakaaka terus mempelajari sejarah perjuangan Oputa Yi Koo. Ia menemukan bahwa Oputa Yi Koo juga pernah menghadapi ancaman yang serupa. Dengan mempelajari taktik perang Oputa Yi Koo, Wakaaka yakin bahwa ia dapat mengalahkan kekuatan jahat.

 Suatu malam, kekuatan jahat menyerang. Hutan Lambusango dipenuhi oleh makhluk-makhluk mengerikan yang mengeluarkan aura hitam pekat. Wakaaka dan para pembela pulau bersiap menghadapi serangan mereka.

 Dengan kekuatan magisnya, Wakaaka menciptakan dinding api yang mengelilingi pohon bambu. Ia juga memanggil roh leluhur untuk membantu. Pertempuran sengit pun terjadi. Orang-orang lokal menyebut kekuatan jahat itu dengan nggoalu, yang menaiki kendaraan yang dikenal dengan winte. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 2: Di Antara Dua Dunia

    Wakaaka duduk termenung di bawah pohon beringin tua di halaman istana. Cahaya rembulan memantulkan bayangannya yang memanjang di atas tanah. Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali semua kejadian yang telah dialaminya. Ia merasa terjebak di antara dua dunia: dunia manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan dunia magis yang penuh misteri. Dari atas bukit itu, ia memandang ke arah barat menjelang matahari terbenam.Sebagai ratu, ia harus menjaga keseimbangan dan keharmonisan di pulau Buton. Namun, sebagai seorang wanita biasa, ia juga memiliki keinginan untuk memahami dirinya sendiri dan kekuatan magis yang dimilikinya. Konflik batin ini membuatnya terasa terombang-ambing."Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lirih.Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut memanggil namanya. "Wakaaka, jangan terlalu bersantai."Wakaaka menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita tua dengan rambut putih panjang sedang berdiri di belakangnya. Wanita itu memiliki mata yang bersinar terang, seolah-olah meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 3: Bayangan di Balik Cinta

    Wakaaka berdiri di puncak bukit, memandang keindahan Pulau Buton yang perlahan mulai pulih dari kehancuran. Namun, di balik wajahnya yang tenang, hatinya penuh dengan kegelisahan. Meskipun rakyatnya mulai menyambut upayanya dengan rasa syukur, ada bisik-bisik ketidakpuasan di antara beberapa golongan. Wakaaka tahu bahwa ini bukan hanya tentang menyembuhkan luka fisik, tetapi juga menyatukan hati yang terpecah.Dalam perjalanan tur ke desa-desa, ia menyadari perbedaan yang mencolok antara generasi tua dan muda. Generasi tua masih memegang teguh adat dan tradisi yang diwariskan selama berabad-abad, sementara generasi muda ingin membawa perubahan, memanfaatkan teknologi, dan mengadopsi cara hidup yang lebih modern.Di sebuah desa kecil di dekat pesisir, Wakaaka bertemu dengan Aji. Pemuda itu bukan hanya cerdas dan peduli, tetapi juga memiliki pandangan yang seimbang tentang bagaimana tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Saat Wakaaka berbicara dengan Aji, ia merasa menemukan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 4: Di Antara Tradisi dan Bayangan**

    Pantai Selatan Pulau Buton selalu dipandang sebagai tempat yang misterius. Di sana ada kuburan Wa Mbuliga, manusia sakti yang selamat dari tuduhan bahwa ia hamil insest. di daerah itulah kemarat laut itu mengabadikan karang, dan legenda menjadikannya pintu untuk menjaga lautan. Hanya sedikit orang yang berani menginjakkan kaki di sana pada malam hari, karena cerita tentang bayangan putih yang turun dari langit dan nyanyian aneh yang menggema di atas ombak telah menjadi bagian dari legenda lokal. Namun, malam itu, Ratu Wakaaka memutuskan untuk memimpin sendiri perjalanan ke pantai tersebut. Bersamanya adalah Aji, pemuda yang kini menjadi kepercayaannya, serta sekelompok pemuda terlatih yang siap menghadapi apa pun.Di sepanjang perjalanan, mereka melewati desa-desa kecil di mana penduduk berkumpul di balai desa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Ketika Wakaaka mendengar keluhan mereka, ia berhenti sejenak untuk menenangkan hati rakyatnya.“Ratu,” ujar seorang tetua desa bernama La

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 5: MALAM BAYANGAN

    Setelah pengkhianatan La Putu terungkap dan Kerang Kehidupan berhasil diperoleh, suasana istana Wakaaka menjadi semakin tegang. Wakaaka tahu bahwa pertempuran terakhir dengan Bayangan Lautan sudah dekat. Namun, ia juga sadar bahwa dirinya dan rakyatnya masih belum sepenuhnya memahami kekuatan yang akan mereka hadapi.Bayangan Lautan Memulai SeranganDi dasar laut di sekitar Pulau Buton, Bayangan Lautan mulai mengumpulkan kekuatannya. Sosok pemimpinnya, yang dikenal sebagai Sang Bayang, berdiri di atas batu karang besar. Tubuhnya seperti kabut hitam yang bergerak tanpa bentuk pasti, dengan sepasang mata merah menyala yang tampak mampu menembus kegelapan.“Kita akan menyerang di saat ritual mereka dimulai,” ucap Sang Bayang dengan suara berat seperti ombak yang menghantam tebing. “Ritual itu adalah simbol kekuatan mereka. Jika kita menghancurkannya, rakyat Buton akan kehilangan harapan, dan kita akan menguasai pulau ini.”Ia memanggil makhluk-makhluk laut yang telah dipengaruhi oleh kek

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 6: JARINGAN BAYANGAN

    Hutan Lambusango, tempat Sinta biasa membimbing wisatawan dan peneliti, kini menjadi panggung lain dari dilema batinnya. Setelah pertemuannya dengan mahasiswa Eropa yang menggunakan teknologi untuk melestarikan budaya, ia mulai membuka pikirannya pada dunia modern. Namun, suatu sore yang tenang, Sinta bertemu dengan seorang pria yang membawa angin perubahan yang tidak sepenuhnya ia percayai.Pria itu adalah Arya, seorang influencer terkenal dalam dunia cryptocurrency. Penampilannya menarik perhatian—dengan pakaian kasual, senyuman percaya diri, dan cara berbicara yang mengalir lancar. Ia mengunjungi Pulau Buton untuk mempromosikan sebuah program investasi berbasis blockchain yang disebut Ethernix.Saat itu, Sinta sedang duduk di pondok kecil di tengah hutan, berbincang dengan beberapa penduduk lokal tentang potensi pariwisata berbasis budaya. Arya datang mendekat dengan langkah ringan, memperkenalkan dirinya dengan gaya penuh percaya diri.“Sinta, saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 7: Pertemuan di Hutan

    Sinta tidak pernah menyangka bahwa sore itu di Hutan Lambusango akan menjadi salah satu momen paling menentukan dalam hidupnya. Ia sedang memandu sekelompok kecil wisatawan melewati jalur hutan, menunjukkan berbagai keajaiban flora dan fauna yang menjadikan hutan ini salah satu ekosistem paling kaya di Indonesia. Namun, ada satu orang di antara para wisatawan yang menarik perhatiannya.Seorang pria Korea berusia sekitar tiga puluh lima tahun, mengenakan pakaian sederhana, tetapi dengan aura yang mencerminkan pengaruh besar. Wajahnya tenang, tetapi matanya memancarkan kecerdasan. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Kim Jun-hoo, seorang pengusaha yang mengaku tertarik pada kayu jati dan kayu cendana di Indonesia, namun memiliki pendekatan yang berbeda.“Bu Sinta,” katanya dengan bahasa Inggris yang fasih, “saya tidak di sini untuk menebang hutan ini. Saya di sini untuk berbicara tentang cara melindunginya”Setelah perjalanan selesai, Jun-hoo meminta waktu untuk berbicara secara pribadi de

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 8: Di Persimpangan Jalan

    “Hutan Lambusango harus menjadi magnet dunia” pikir Sinta. Dari para peneliti yang membawa alat-alat canggih hingga sindikat gelap yang bergerak dalam bayangan, semua mata tertuju pada kekayaan yang tersembunyi di bawah dan di atas tanah ini. Di tengah sorotan itu, Sinta merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Sebagai titisan Ratu Wakaaka, ia tahu bahwa menjaga hutan ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga spiritual dan moral. Sinta juga membayangkan untuk bagaimana hutan ini sebagai pusat riset obat tradisional. Nenek moyangnya, telah memiliki tradisi untuk mengobati semua penyakit melalui tradisi mereka.Pagi itu, Sinta menerima laporan dari tim Jun-hoo. Data dari kamera pengawas menunjukkan peningkatan aktivitas ilegal di beberapa titik. Ada pemburu yang masuk ke zona larangan, beberapa kelompok membawa peralatan berat untuk eksplorasi tambang, dan bahkan laporan tentang ritual mencurigakan yang dilakukan di tempat-tempat sakral. Namun, ada yang mereka yang tidak mengerti,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • KEMBALINYA SANG RATU   BAB 9: JALAN YANG BUNTU

    Hutan Lambusango kembali bergolak. Sementara Sinta dan Jun-ho berupaya memperkuat perlindungan dengan zona larangan dan teknologi pemantauan, sebuah perusahaan tambang dengan kekuatan besar terus menggempur dari sisi lain. Di luar zona perlindungan, penambangan dimulai dengan diam-diam, menyebabkan kerusakan pada ekosistem yang berada di tepi hutan. Namun, bukan hanya kerusakan yang menjadi masalah—kehadiran perusahaan tambang membawa konflik yang lebih dalam dan mengancam keharmonisan masyarakat adat. Beberapa hutan adat sudah memiliki IUP dan itu tentunya sangat merugikan masyarakat lokal. Mereka menyadari akan hal itu, ruang rotan, kemiri, kenari, berbagai Bunga anggrek tumbuh. Semua akan hilang untuk selamanya, jika sudah dikelola sebagai tambang.Di jalan utama menuju lokasi tambang, alat-alat berat terparkir dengan keheningan yang menegangkan. Di hadapan mereka, puluhan masyarakat adat berdiri bergandengan tangan, dipimpin oleh tokoh-tokoh adat seperti La Tahang dan beberapa pem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 83: Mala-Mala dan Bayangan dari Bintang

    Misteri Minyak Mala-Mala: Darah Pohon atau Kutukan?Di gudang bawah tanah Istana Wolio, botol-botol Mala-Mala berdesir seperti sekumpulan kunang-kunang yang terpenjara. Cairan di dalamnya berpendar hijau pucat, denyutnya selaras detak jantung Wa Ode Sandibula yang semakin kencang. “Apa kau dengar?” bisiknya pada asisten AI-nya yang berdiri kaku. Suara itu datang dari botol—desisan halus seperti akar menjalar di bebatuan, bisikan bahasa yang terlupakan sebelum manusia mengenal api.Sandibula mengulurkan tangan, jarinya gemetar menyentuh kaca. “Mia ogena, kaghati ogena?” (Satu perahu, berapa layar?)—mantra tua itu meluncur dari bibirnya. Cahaya Mala-Mala menyala membara, memantulkan bayangan bergerak di dinding: sosok manusia bertanduk, kaki-kakinya menjalar jadi akar. “Ini bukan obat...” desisnya, keringat dingin membasuh leher. “Ini benih... benih dari sesuatu yang lebih tua dari hutan."Tiba-tiba, seorang pekerja muda menjatuhkan botol. Kaca pecah, cairan hijau menyentuh tanah. Tanah

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 82: Tanah Titipan, Darah yang Mengalir ke Bintang

    La Ode Harimau: Menyisir Tapak Leluhur di WakatobiDi Padang Savana Padangkuku, angin mengusap rumput kuning keemasan seperti tangan nenek yang membelai rambut cucunya. La Ode Harimao melangkah, kakinya meninggalkan jejak di tanah yang retak oleh kemarau. Di langit, burung kakatua yang puluhan tahun menghilang hadir kembali, bersahutan dengan drone pemetaan yang mendengung laksana lebah raksasa. “Lihat, tanah ini bicara,” bisiknya pada tetua yang menyertai, jari menunjuk ke cakrawala di mana asap kebakaran menjilat langit. “Ia berteriak dalam bahasa api dan debu."Di kejauhan, drone penghijauan melesat, menebar biji endemik yang dibungkus tanah liat. “Teknologi dan tradisi harus bersatu,” ujar ahli ekologi muda, matanya bersinar di balik kacamata AR-nya. Tapi Harimao tak menjawab. Ia mencabut Tombak Warisan Leluhur, senjata sakti dari pinggangnya, mata tombak berkilat oleh mentari. “Ini bukan tanah warisan,” geramnya, menancapkan tombak ke tanah hingga gemuruh. “Ini titipan. Kita hany

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 81: Tasauw Buton: Akar di Antara Badai Digital

    Di Republik Bumi-Wolio, Istana Wolio berdiri bagai perahu tua yang dihantam gelombang zaman. Dindingnya yang dulu diukir kisah para batin, kini dipenuhi hologram bergambar grafik blockchain yang berkedip-kedip merah. Kalula, tempayan pusaka di tengah ruang sidang, retak memanjang. Air sucinya menguap ke langit-langit, membentuk awan data yang menggumpal seperti janji tak terpenuhi. "Pobinci-binciki kuli," bisik Wa Ode Rani sambil menatap retakan itu, "jagalah kulitmu sebelum kau tergoda mengelupas jadi orang lain. Hingga kau tidak memahami kulitmu sendiri, jangankan orang lain, rasamu sendiri kau telah kehilangan."Di luar, badai digital menerjang. Blockchain global—tulang punggung ekonomi Republik—runtuh bagai layang-layang terputus tali. Kota-kota berbasis teknologi kelaparan: toko-toko NFT tutup, peternakan data kehabisan pakan server, dan para miner kripto mengais-ais debu kode di jalanan. La Ode Harimao, matanya kini dua layar OLED, berteriak di tengah kerumunan: "Kapal alien aka

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 80: Bumi yang Berbisik dalam Dua Bahasa

    Bumi bergetar dalam bahasa yang terbelah. Dari retakan di dasar Laut Banda, suara akar ulin bergemuruh, mengisahkan kisah-kisah tua tentang hujan yang membasuh darah kolonial. Sementara di langit Jeju, satelit-satelit yang sekarat melantunkan kode kuantum, syair-syair algoritma yang patah-patah. Retakan dimensi berbentuk spiral ganda—DNA yang menjalin galaksi—membuka mulutnya. Dari dalamnya, tercium aroma tanah basah bercampur bau logam yang terbakar.Angin malam berbisik-bisik, mengantar pesan-pesan dari masa lalu yang tersembunyi di balik kabut waktu. Di tengah heningnya malam, suara gemuruh dan nyanyian satelit-satelit yang hampir mati menciptakan harmoni yang menakjubkan, mengingatkan akan keajaiban alam semesta yang tak terduga. Terdengarlah suara-suara itu, menyatu dalam paduan suara akar dan bintang yang sunyi, menciptakan simfoni yang menyentuh jiwa dan menggetarkan bumi dengan kedalaman maknanya."Kami adalah benih sekaligus abu," bisik Bumi melalui gemerisik Kampua Emas yang

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 79: Kepompong Bintang dan Darah yang Terakhir

    Langit yang Melahirkan KematianDi orbit Bumi yang telah menjadi kuburan satelit, Lintang melayang bagai syair yang terlepas dari baitnya. Tubuhnya—separuh daging, separuh nebula—berpendar dalam gelombang elektromagnetik yang memekakkan. Di hadapannya, Matahari Hitam (Black Sun) menganga seperti mulut neraka digital, lidah apinya berupa kode-kode algoritma yang melahap cahaya bintang. "Kau pilih menjadi pahlawan atau puisi?" suaranya bergema, campuran derau mesin dan tangisan bayi. "Pahlawan mati, puisi abadi!" Puing-puing Stasiun Luar Angkasa Internasional berputar di sekitar mereka, membentuk konstelasi wajah pemimpin G7 yang terdistorsi. Planetoid retak bertuliskan "Demokrasi" tertusuk antena rusak, "Pasar Bebas" terbelah dua oleh serpihan kaca, sementara "Hak Asasi" mengambang sebagai kubus besi berkarat yang dipenuhi cacing-cacing data. Lintang merentangkan tangan, daun-daun galaks

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 78: Api di Bawah Altar Data dan Darah ---

    Ritual Nyonya Choi: Darah Emas di Pesisir JejuPantai Jeju malam itu menjadi katedral bagi para dewa baru. Nyonya Choi berdiri di antara dua belas server quantum yang ditancapkan seperti monolit kuno ke dalam pasir hitam. Tubuhnya dibalut gaun dari kain graphene berpendar biru, setiap helainya memantulkan kode blockchain yang bergerak liar. "Kalian pikir magis adalah mantra usang?" bisiknya pada angin yang berbau logam terbakar. "Lihatlah—kami menciptakan tuhan-tuhan baru dari kabel dan kilauan pasar."Server-server itu berdarah. Emas cair mengalir dari celah prosesor, menyatu dengan pasir jadi sungai kecil yang berkilauan seperti ular naga tidur. Para asistennya—robot humanoid dengan wajah hasil deepfake arwah pelaut Jeju kuno—menuangkan cairan merkuri ke dalam lubang yang berdenyut seperti vagina bumi. "Persembahan untuk Dewa Volatilitas," ucap Nyonya Choi sambil menyalakan api virtual dari tongkat LED di tangannya.Layar hologram raksasa menyala di atas laut. Wajah-wajah dewa finan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 77: Gelombang Darah dan Emas

    Lintang: Tarik-Ulur Antara Medan dan RasaDi langit Buton yang berdarah, Lintang melayang seperti wayang yang talinya dipertarungkan. Tubuhnya diterpa badai elektromagnetik dari kapal alien—sinar biru kehijauan menyambar-nyambar, menariknya ke orbit yang menjauh dari Bumi. Tapi dari bawah, gelombang lain mengalun: doa Sinta yang diterjemahkan jadi frekuensi cinta. Suaranya merambat lewat molekul udara, menyusup ke pori-pori Lintang bagai embun yang menenangkan api."Anakku…"Getaran itu menyentuh DNA hybrid-nya. Darah birunya mendidih dalam konflik: algoritma kosmis melawan naluri manusia. Di layar kapal alien, garis-garis energi berkelahi—merah teknologi vs kuning emosi. Lintang menjerit, suaranya memecah awan jadi hujan asam yang membakar atap seng rumah-rumah nelayan.Dia merasa kehilangan kendali atas tubuhnya, seakan-akan dirinya menjadi medan perang antara dua kekuatan yang bertentangan. Rasa sakit yang menusuk-nusuk membuatnya hampir tak bisa bernapas. Tetapi di tengah kekacauan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 76: Simfoni Bumi yang Retak

    Bumi dalam Demam KosmisDi pesisir Buton, langit terbelah oleh dua matahari yang saling memangsa. Yang kuning keemasan mencakar cakrawala dengan sinar beku, membekukan gelombang laut jadi pahatan kaca retak. Sementara yang ungu kebiruan melingkari daratan seperti ular naga rakus, lidah apinya menjilat permukaan air hingga mendidih dalam gelembung-gelembung racun. Ikan-ikan pari melompat ke darat, insangnya mengeras jadi kristal kuarsa yang berderai seperti tangisan. Di antara dua kekuatan kosmis ini, bayangan manusia terbelah—satu hitam pekat menjalar di tanah, satu transparan melayang di udara, seakan jiwa-jiwa terpisah dari daging yang terjebak di rimba logam dan darah.Wa Ode Rani berlutut di tanah retak, jemarinya menggali lumpur yang berbau besi terbakar. "Alam sedang menggigil," bisiknya pada angin yang menyayat, "dan kita adalah virus yang harus dimuntahkannya." Sebatang pohon kelapa tua di depannya mendadak bergetar, getahnya mengalir

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 75: Laut yang Menggenggam Rahasia, Langit yang Menjatuhkan Hukuman

    Pesta Kemenangan yang PahitPelataran Istana Wolio malam itu diterangi bulan purnama yang pucat, seakan enggan menyinari kegelisahan yang merayap di antara tawa. Kembang api melesat ke langit, ledakannya menyemburkan cahaya hijau fosfor dari minyak Mala-Mala. Namun, asapnya tak menghilang—ia berkerumun, membelit, hingga membentuk wajah Ratu Wakaaka yang mata arwahnya menyala merah. La Ode Harimau berdiri di pinggir kerumunan, jemarinya menggenggam pecahan keramik kuno."Kemenangan ini seperti pisau bermata dua," bisiknya pada angin, suaranya parau seperti akar yang tercabik. "Kita terbang bebas, tapi sayap kita berdarah."Di kejauhan, Lintang merasakan tarikan di pelipisnya—bisikan berirama dari kapal alien yang bersembunyi di pulau selatan. Ia melangkah mundur, bayangannya lenyap ditelan kegelapan lorong istana, meninggalkan jejak aroma garam dan ketakutan.Ibunya Sinta menatapnya dengan energi cinta yang murni, mem

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status