KISAH GLORY : Panglima Perang

KISAH GLORY : Panglima Perang

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-26
Oleh:  Glory  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
79Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dengan latar belakang kisah Kerajaan Barat tempo dulu. Author berusaha tampil beda karena umumnya cerita yang diangkat tentang Kerajaan Timur (Cina). *** Brockley Leofric baru saja terlahir ke dunia, tetapi di hari yang sama, desa tempat tinggalnya yang kaya bakal diserang oleh Kekaisaran Omra untuk menjarah emas dan perak yang baru saja ditemukan. Terpaksa dia harus diasingkan. Selama dua puluh tahun Brockley dibesarkan dan dijaga oleh pamannya serta adik angkat ibunya bernama Riley Royse, belajar berbagai jenis ilmu, teknik bela diri, dan taktik perang. Ketika Brockley beranjak dewasa, timbul rasa kagum dan cinta terhadap Riley, di mana usia mereka terpaut lima belas tahun. Sebuah cinta yang sulit dan berat sebab Riley sudah menganggap Brockley layaknya anak sendiri. Saat kembali ke negerinya, adiknya bernama Grock Leofwine telah menjadi Raja Glora 2 menggantikan posisi ayahnya yang telah wafat. Brockley merelakan jabatan raja yang seharusnya menjadi miliknya. Namun, pada masa itu, Sang Pangeran Terbuang menjadi Panglima Perang yang tak pernah terkalahkan.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

“Howeeek ... Howeeek ....” Tangisan bayi itu terdengar besar dan jelas oleh Avraam yang sedang berada di luar rumah. Sedari tadi dia berjalan mondar-mandir tak tenang, khawatir kalau terjadi apa-apa dengan anak pertamanya, dan sangat berharap agar anaknya terlahir sehat dan sempurna.“Bayinya laki-laki!” jerit perempuan di dalam.Ketika mendengar itu, Avraam langsung tersenyum haru, bahagia sekali. Betapa tidak, istrinya telat dua tahun hamil dan segala upaya telah mereka lakukan agar bisa punya anak, terutama anak laki-laki yang bakal menjadi penerus.Setelah proses persalinan selesai, Avraam langsung masuk dan segera menggendong putra sulungnya yang begitu tampan dan menciuminya, kemudian memberinya nama. “Brockley Leofric! Aku harap, dia bakal menjadi pemimpin yang tangguh nantinya.”Avraam mendekatkan bayi itu ke istrinya yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Dia mengajak bercanda istrinya bahwa wajah putra mereka hanya mirip ayahnya, tidak ada wajah dari ibunya. Mendengar

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
79 Bab

Bab 1

“Howeeek ... Howeeek ....” Tangisan bayi itu terdengar besar dan jelas oleh Avraam yang sedang berada di luar rumah. Sedari tadi dia berjalan mondar-mandir tak tenang, khawatir kalau terjadi apa-apa dengan anak pertamanya, dan sangat berharap agar anaknya terlahir sehat dan sempurna.“Bayinya laki-laki!” jerit perempuan di dalam.Ketika mendengar itu, Avraam langsung tersenyum haru, bahagia sekali. Betapa tidak, istrinya telat dua tahun hamil dan segala upaya telah mereka lakukan agar bisa punya anak, terutama anak laki-laki yang bakal menjadi penerus.Setelah proses persalinan selesai, Avraam langsung masuk dan segera menggendong putra sulungnya yang begitu tampan dan menciuminya, kemudian memberinya nama. “Brockley Leofric! Aku harap, dia bakal menjadi pemimpin yang tangguh nantinya.”Avraam mendekatkan bayi itu ke istrinya yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Dia mengajak bercanda istrinya bahwa wajah putra mereka hanya mirip ayahnya, tidak ada wajah dari ibunya. Mendengar
Baca selengkapnya

Bab 2

Perjalanan menuju Desan Manton membutuhkan waktu selama lima hari penuh kalau menggunakan kendaraan. Herbert yang berusia tiga puluhan menjadi pemimpin perjalanan. Dia mendapat amanah untuk menjaga keselamatan empat orang lainnya yang berada di dalam kereta kuda. Herbert memacu kudanya dengan sangat pelan seraya mengawas kiri-kanan jalan.Kawasan yang mereka lewati adalah hutan luas. Jika tidak tahu medan, nyawa mereka bisa saja terancam, baik oleh serangan pencuri maupun serbuan hewan buas. Terdengar suara tangis Brockley di dalam, sementara Riley sedari tadi berusaha terus mendiamkannya.***Siang harinya.Pasukan perang Kekaisaran Omra sudah tiba di ujung Desa Arbilis arah tenggara. Jenderal Perang mereka membawa tujuh ratus pasukan, terdiri dari lima ratus infanteri, seratus kavaleri, dan seratus pemanah.Sedangkan dari pasukan dari Desa Arbilis juga sudah tiba lebih dulu. Lima puluh perempuan ditugaskan sebagai pemanah, sementara tiga ratus laki-laki sebagai pasukan yang memegang
Baca selengkapnya

Bab 3

Brockley tumbuh cepat dan sehat. Di usia kanak-kanak, Riley mengajarkannya membaca dan berhitung.“Berapa lima ditambah lima?” tanya Riley sambil sumringah menghadap Brockley.“Hm ... Sepuluh!” jawab Brockley tanpa ragu.Riley mengacungkan kedua jempolnya. Layaknya seorang guru dan sesuai amanah dari Avraam, Riley mengajari dan mendidik Brockley dengan sepenuh hati. Dari Brockley bayi sampai berusia lima tahun, Riley yang merawatnya, memandikannya, mencebokinya, menghiburnya, menyuapinya, dan memberikan dongeng sebelum tidur. Riley yang mengajarkan duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan bicara.Riley selau mengawasinya setiap saat dan di mana pun. Jika Brockley mau main di luar rumah, dia pasti menemaninya dengan penuh suka cita. Jika Brockley merengekkan sesuatu, dia pasti memenuhinya. Dia tidak pernah marah kalau Brockley nakal. Jangankan memukul, bahkan membentak saja dia tidak pernah. Dia membesarkan dan mendidik Brockley penuh dengan kesabaran dan kelembutan.Dia menyayangi Bro
Baca selengkapnya

Bab 4

Raja Avraam berulang kali melakukan pencarian anaknya dan rombongan tapi hasilnya nihil. Selama belasan tahun lamanya dia menunggu kehadiran putra sulungnya itu. Dan Megan, selama belasan tahun pula dia merindukannya. Suami istri itu resah mencari dan menunggu Brockley.Paman Herbert punya kebijakan lain. Dia memutuskan untuk mengembalikan Brockley kembali ke desa pada saat Brockley sudah dewasa disertai dengan ilmu dan skill bela diri yang luar biasa. Alasan lain adalah dia berpikir bahwa Kekaisaran Omra pasti menang perang dan telah menguasai desa.Jika pulang sekarang, tentunya dia dan lainnya hanya akan menjadi budak, atau setidaknya menjadi masyarakat biasa yang harus bekerja bagi Imperium Omra dan membayar pajak setiap bulan. Bagi Herbert, dia harus menjadikan Brockley setara dengan Jenderal Perang, bahkan kalau bisa lebih dari itu.“Kapan kita pulang, Paman?” tanya Brockley setelah baru saja latihan bela diri. Masa remajanya dipenuhi dengan latihan fisik setiap hari. Tiada hari
Baca selengkapnya

Bab 5

Saking terkejutnya, Herbert lantas duduk dan terus mencecar pertanyaan. “Apakah ada orang yang pernah datang ke rumah kita? Katakan padaku, Riley!” Herbert menghunuskan tatapan tajamnya ke arah bola mata Riley.“Kita tinggal di tengah hutan yang tidak pernah terjamah oleh orang luar. Tidak ada orang yang tahu keberadaan kita. Aku tidak mengerti, Kak, kenapa sampai sekarang kau masih menahan kami. Janjimu kepada Kak Avraam kita akan kembali ke desa ketika Brockley sudah berumur delapan tahun seandainya mereka kalah perang. Jika mereka menang perang, tidak perlu kita berlama-lama mengasingkan diri. Tujuan kita mengasingkan diri supaya kita dan Brockley tetap aman. Sebagian penduduk desa yang mengasingkan pun sama seperti kita. Seandainya mereka menang perang, untuk apa berlama-lama tinggal di hutan ini?” Riley menumpahkan semua kekesalannya setelah hampir dua puluh tahun mengasingkan diri.Padahal, bukan jawaban itu yang diharapkan oleh Herbert. Sebenarnya Herbert hanya ingin tahu siapa
Baca selengkapnya

Bab 6

Riley yang masih syok dan ketakutan tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh, dia sangat menghormati Herbert layaknya dia menghormati Avraam. Dia juga menyayangi Brockley layaknya menyayangi anak kandungnya sendiri. Namun, dia tidak bisa membela siapa pun kali ini. Dia pasrah.Di luar rumah, sekitar pekarangan, Brockley sudah bersiap. Dia menatap pamannya dan berkata sebelum bertarung. “Apa alasan Paman tidak mau memulangkanku?”Meski belum sembuh total seratus persen, Herbert menggagahkan diri. “Benar kau mau tahu apa alasannya, keponakanku?”“Katakan saja padaku, Paman!” sergah Brockley dengan raut wajah penasaran.Herbert menarik napas dalam-dalam, bagaimana pun, dia sangat sayang sama Brockley. “Saat kau berumur lima belas tahun, aku mendapatkan info bahwa ayahmu telah meninggal karena diracuni oleh pengkhianat kerajaan. Ya, ayahmu pernah menjadi raja. Sejak itu, ibumu diangkat menjadi Ratu menggantikan posisi ayahmu. Dua tahun lalu, adikmu bernama Grock Leofwine dinobatkan menjadi Raja
Baca selengkapnya

Bab 7

Jika mereka berdua pulang dengan menggunakan kereta kuda seperti pada saat pergi, mereka hanya butuh waktu sekitar lima sampai tujuh hari. Sayangnya, tiga tahun lalu kuda tersebut mati meskipun Brockley sangat sering memacunya. Sementara perjalanan dengan berjalan kaki bisa saja menempuh waktu sampai dua puluh hari, bahkan lebih dari itu.Mengingat sosok Paman Herbert, lantas Brockley pun berkata dengan bijak. “Semenjak menghilangkan prasangka baik terhadap manusia, saat itulah aku mengerti arti kehidupan. Selama ini aku terjebak dalam kebaikan yang keliru. Orang yang aku anggap baik, sebenarnya tidak sepenuhnya baik.”Karena sepakat, Riley hanya menganggukkan kepala dengan tersenyum tipis. Tidak disangka hanya dengan satu kejadian saja, Brockley bisa mengambil pelajaran berharga dari situ. Riley terpukau akan kalimat yang baru saja terucap itu.Kemudian Brockley menegaskan pandangannya dan melanjutkan dengan nada yang tegas dan menggetarkan, “Selagi dia berasal dari tanah, dia tetap c
Baca selengkapnya

Bab 8

“Siapa orangnya?” Riley dengan cepat bertanya karena saking penasaran.“Bukan Bibi Yara. Sementara perempuan yang aku kenal hanya dua orang.”Riley menyetop jalannya. Dia terpaku dalam diam, dipaksa berpikir sendiri padahal dia pun tahu siapa orangnya. Namun, dia tak merespons.Melihat Riley berhenti, Brockley pun turut berhenti. Dia membalik badannya lalu berkata, “Ada apa Kak Riley?”Riley menunduk malu sambil menggeleng pelan. “Tidak ada apa-apa. Ayo kita lanjutkan perjalanan.”Melihat ekspresi canggung di wajah Riley, Brockley tak mau membuat perempuan itu terus terkurung dalam suasan hati yang menggelisahkan. Brockley mulai paham bagaimana cara mengubah suasana yang tegang agar menjadi cair. Jangan sampai perjalanan panjang ini tampak membosankan.“Kau adalah perempuannya, Kak Riley.”Untuk menepis kegelisahannya, Riley pun memaksakan diri memanggil Brockley dengan panggilan berbeda, “Nak, kau tidak boleh bercanda!”Tiba-tiba Brockley berhenti dan tercenung. “Kapan terakhir kau m
Baca selengkapnya

Bab 9

Satu yang lainnya berteriak dengan pandangan licik. “Ngapain kalian berdua di tengah hutan he? Kalian berdua mau mesum? Apa kalian sudah menikah? Kalian tidak mungkin suami istri karena untuk apa kalian mesum di sini!? Kau juga terlalu muda untuk ibu-ibu itu, Anak muda!” Si botak itu terus mencerocos, nanya sendiri jawab sendiri.Si rambut gondrong menatap kejam. “Anak muda, kau akan kami biarkan mesum di sini, lalu setelah itu pergilah, tapi tinggalkan semua apa yang kalian bawa!” Lelaki itu mengawasi dua karung besar dan satu kantong kecil. Mereka berdua pikir, sepertinya lelaki dan perempuan ini cukup kaya kalau dilihat dari apa yang dibawa. Sepertinya mereka akan menjadi kaya hari ini. Karena sudah lebih dari lima hari ini belum dapat mangsa, ketika melihat korban yang sepertinya lemah, maka dua orang itu tampak semangat sekali.Si botak kembali menebas-nebaskan dahan-dahan di dekatnya, bermaksud menggertak dan menakut-nakuti. Si pirang mengeluarkan pisau kecil dan cambuk lalu mem
Baca selengkapnya

Bab 10

Butuh waktu perjalanan selama setengah hari untuk bisa sampai di pasar. Selama dalam perjalanan, ada banyak hal yang mereka bahas. Untuk menghilangkan bayang-bayang dua mayat barusan, Brockley coba menghibur Riley yang masih saja keringat dingin tubuhnya.“Aku harap di pasar nanti ada yang menjual sayap. Hm, dalam karya penyair ternama, katanya bidadari itu bersayap.” Kemudian dia memperhatikan sekujur tubuh Riley dengan mimik wajah yang menghibur. “Riley, mana sayapmu? Apa transaparan?” Brockley mengerutkan alisnya sambil menyunggingkan senyum halus.Wajah yang tegang itu lambat laun mulai mendatar, tanpa ekspresi. Ketika Brokley terus mencecar dengan berbagai gombalan, akhirnya senyum manis pun terbit dari wajah manis Riley. Tapi dia malu memperlihatkan senyumnya. Terpaksa dia membuang pandangannya ke arah pepohonan rimbun. Tanpa berkata apa-apa.Deg!Brockley berusaha bijak. “Kepahitan hidup mengajarkan kita akan banyak hal. Akan tetapi, kenikm
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status