Share

Bab 9

Author: Glory
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Satu yang lainnya berteriak dengan pandangan licik. “Ngapain kalian berdua di tengah hutan he? Kalian berdua mau mesum? Apa kalian sudah menikah? Kalian tidak mungkin suami istri karena untuk apa kalian mesum di sini!? Kau juga terlalu muda untuk ibu-ibu itu, Anak muda!” Si botak itu terus mencerocos, nanya sendiri jawab sendiri.

Si rambut gondrong menatap kejam. “Anak muda, kau akan kami biarkan mesum di sini, lalu setelah itu pergilah, tapi tinggalkan semua apa yang kalian bawa!” Lelaki itu mengawasi dua karung besar dan satu kantong kecil.

Mereka berdua pikir, sepertinya lelaki dan perempuan ini cukup kaya kalau dilihat dari apa yang dibawa. Sepertinya mereka akan menjadi kaya hari ini. Karena sudah lebih dari lima hari ini belum dapat mangsa, ketika melihat korban yang sepertinya lemah, maka dua orang itu tampak semangat sekali.

Si botak kembali menebas-nebaskan dahan-dahan di dekatnya, bermaksud menggertak dan menakut-nakuti. Si pirang mengeluarkan pisau kecil dan cambuk lalu mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 10

    Butuh waktu perjalanan selama setengah hari untuk bisa sampai di pasar. Selama dalam perjalanan, ada banyak hal yang mereka bahas. Untuk menghilangkan bayang-bayang dua mayat barusan, Brockley coba menghibur Riley yang masih saja keringat dingin tubuhnya.“Aku harap di pasar nanti ada yang menjual sayap. Hm, dalam karya penyair ternama, katanya bidadari itu bersayap.” Kemudian dia memperhatikan sekujur tubuh Riley dengan mimik wajah yang menghibur. “Riley, mana sayapmu? Apa transaparan?” Brockley mengerutkan alisnya sambil menyunggingkan senyum halus.Wajah yang tegang itu lambat laun mulai mendatar, tanpa ekspresi. Ketika Brokley terus mencecar dengan berbagai gombalan, akhirnya senyum manis pun terbit dari wajah manis Riley. Tapi dia malu memperlihatkan senyumnya. Terpaksa dia membuang pandangannya ke arah pepohonan rimbun. Tanpa berkata apa-apa.Deg!Brockley berusaha bijak. “Kepahitan hidup mengajarkan kita akan banyak hal. Akan tetapi, kenikm

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 11

    Setelah mendirikan sebuah kemah untuk mereka beristirahat, Brockley menghidupkan api unggun untuk memberikan kehangatan di sekitar sana. Dia akan tidur di luar sementara Riley tidur di dalam.Namun, Riley tidak bisa tidur. Dia duduk di samping Brockley sambil melihat api di hadapan mereka. “Aku mau ngobrol sama kau, Brockley. Aku heran, kenapa kau bisa sangat peduli dengan dua pengemis tadi?”Brockley meneguk air hangatnya lalu berkata, “Walaupun aku belum pernah merasakan apa yang mereka rasakan, tapi aku berusaha untuk merasakannya. Sungguh pedih. Aku pastikan mereka merasakan pedih di hatinya ketika dicaci, dihina, ditertawakan, diusir. Aku membayangkan jika aku di posisi mereka. Maka dari itu, aku tidak tega melihat orang dizalimi.”Setelah hening beberapa saat, dia melanjutkan, “Dan aku lebih tidak suka dengan para penjaga pasar itu. Seandainya mereka sudah keterlaluan, bisa jadi aku berekelahi dengan mereka. Aku sudah banyak membaca kisah-kisah pembu

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 12

    Seiring berjalannya waktu, mereka pun sampai di sebuah desa yang terkenal sebagai tempat penghasil biji besi terbesar. Desa itu bernama Desa Ferro. Sebagian besar biji besi dari sini dikirim ke kota dan desa lain untuk kemudian diolah menjadi berbagai macam keperluan, seperti senjata, baju zirah, kendaraan, perabot, dan lainnya.Ketika dalam perjalanan, Riley menderita sakit yang cukup parah, dikarenakan sudah lama tidak menempuh perjalanan jauh dan berhari-hari. Dengan terpaksa Brockley mencarikan tempat pengobatan yang berada di Desa Ferro. Setelah bertanya dengan warga sekitar, akhirnya dia pun sampai di sebuah rumah yang dinding dan pagarnya dari besi.Mereka berdua mesti menunggu dan antre bersama pasien lain yang berada di sekitar pekarangan rumah. Masih ada lima pasien lagi sebelum giliran Riley tiba. Karena tabib Saxon merupakan satu-satunya orang yang ahli medis dan pengobatan di sini, maka seluruh warga desa kalau sedang sakit dan terluka, pasti bakal dil

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 13

    Begitu obrolan mereka usai, Brockley pun segera beranjak dan kembali masuk ke kursi anteran. Dia duduk pas di samping Riley.Rombongan meninggalkan tempat pengobatan, menuju kediaman rumah Kepala Desa, dan membicarakan apa yang akan mereka bicarakan selanjutnya.Pada saat menunggu, Brockley mengorek informasi lagi kepada orang-orang di sekitar.Banyak mereka berkomentar:“Kepala Desa kami penjilat dan mata duitan.”“Kami tidak suka dengan gaya kepemimpinanya yang lambat dan tidak tegas.”“Kalau kita menganut demokrasi, seharusnya Kepala Desa sudah turun dari jabatannya karena sebagian besar masyarakat desa sepakat agar dia berhenti menjabat. Sayangnya, kita patuh dengan perintah raja.”Brockley sedikit terperanjat. Dia bertanya dengan sangat penasaran. “Raja, ataukah orang-orang di sekitarnya yang dekat dengan Kepala Desa kalian?”Seseorang dari mereka pun menjawab, “Kami rasa bukan Raja Glory, tapi orang-orang

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 14

    Begitu Brockley dan Riley telah sampai di rumah Kepala Desa yang diantarkan oleh satu orang warga, mereka berdua berpapasan dengan orang-orang kerajaan, di antara mereka ada Jenderal Muda Hopkin. Selusin pengawal kerajaan yang berseragam militer menempel ketat sang Jenderal, pandangan mereka sangat awas, dan selalu sigap.Semua rombongan itu meninggalkan rumah Kepala Desa. Suara keteplak ladam kuda dari mereka semua terdengar jelas sepanjang jalan. Debu bertebaran dan tertiup angin, menyisakan pertanyaan besar di benak Brockley. ‘Kenapa mereka ke sini?’ Dan pertanyaan besar itu akan terjawab di dalam rumah mewah ini, sebentar lagi.“Salam hormat, Kepala Desa,” sapa Brockley ramah. “Aku Fric dan ini kekasihku Rose. Kami pendatang dari utara dan hendak menuju Gloriston. Kami sedang melakukan perjalanan ke sana. Sebelum melanjutkan perjalanan, ada banyak informasi yang kami butuhkan. Apakah Tuan berkenan menjadikan kami sebagai tamu?”Kepala Desa Ferro memper

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 15

    Informasi kali ini sangat penting. Bila perlu Brockley mengeluarkan semua uangnya hanya untuk mendapatkan informasi tersebut. Mengingat Kepala Desa memang punya kedekatan dengan orang-orang di istana dan punya wawasan luas tentang apa saja di sana, maka Brockley harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Brockley menegakkan bahunya, menatap mata Kepala Desa lurus-lurus, lalu bertanya, “Apa maksud kedatangan Jenderal Muda Hopkin barusan?” Brockley mengaparkan dua keping perak di atas meja.Hal itu membuat Kepala Desa sedikit bersemangat. “Ada sesuatu yang penting.”“Soal binatang yang bakal dibasmi?”“Ya. Kami menemui tabib Saxon untuk membeli ramuan pembunuh binatang dan hama. Saat ini, Jenderal dan keluarganya sedang membutuhkannya.”Brockley menajamkan pandangannya. “Siapa binatang itu?”Kepala Desa malah tersenyum pahit. “Anak muda, kau adalah pendatang dan mau merantau ke Gloriston, aku rasa tidak perlu mengetahui hal semacam it

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 16

    Kepala Desa Ferro sendiri yang mengantarkan Brockley menuju dermaga karena dia khawatir nantinya Brockley salah naik perahu. Dia berkata kepada anak buahnya di sana. “Antar tamuku bernama Fric dan kekasihnya ini. Mereka mau singgah terlebih dahulu di Goa Glor. Pastikan mereka menikmati perjalanan mereka.”Dua orang itu pun sigap menyiapkan perahunya.Kemudian Kepala Desa menghadap ke Brockley dan berkata dengan wajah riang. “Kau adalah orang yang ke empat puluh lima menjadi tamuku. Tidak ada yang tidak berhasil kalau mereka mau meminta tolong kepadaku. Aku pastikan kau akan menjadi Komandan pasukan sesegera mungkin.”Brockley mengangguk paham. “Tuan Kepala Desa memang orang yang luar biasa. Aku harap kita akan berjumpa lagi di lain waktu dan kesempatan.”“Tentu, Anak muda. Sampaikan salamku kepada Tuan Mundric dan Jenderal Muda Hopkin,” pungkas Kepala Desa tanpa sedikit pun membicarakan Raja. “Oh iya, kasihlah anak buahku sedikit makanan, Fric. Ka

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 17

    Brockley kembali mengatur napasnya beberapa saat, baru kemudian memeluk Riley dari belakang. Kulit mereka hanya terhalang oleh sehelai kain tebal. Tapi, karena tubuh dan pakaian Brockley masih basah, lantas dia pun segera memundurkan tubuhnya.“Kau bisa tambah kedinginan, Riley.”Namun, Riley masih bergetar sekujur tubuhnya. Bibirnya pucat dan matanya sayu. Dia tetap cantik meski tampak layu. Dia meniup-niup telapak tangannya sendiri.Brockley melucuti semua pakaiannya hingga bertelanjang bulat, lalu mengeringkannya beberapa saat dengan menggunakan handuk. Setelah kering, barulah dia menempelkan kulit tubuhnya di kulit tubuh Riley, memeluknya dari belakang, memberikan kehangatan.Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Punggung Riley merasakan detak jantung lelaki perkasa itu. Sementara bibir Brockley tepat berada di leher Riley yang lembap. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya tubuh Riley mulai sedikit merasakan hangat.

Latest chapter

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 79 (Ending)

    Setelah fase berat dalam memberikan perlawanan terhadap Kekaisaran Omra yang dipimpin langsung oleh sang Kaisar, Raja Grock dan Panglima Brockley terus membenahi apa saja yang ada di dalam kerajaan karena tugas mereka masih banyak.Selama ini, Mundric bekerja sama dengan kepala di berbagai wilayah Kerajaan Omra untuk mengeruk keuntungan pribadi. Oleh karena itu, Raja Grock dan Panglima Brockley sigap menangani berbagai kasus yang ada di wilayah seperti Manton, Ferro, Plumbum, dan juga desa lainnya.Secara tegas mereka melenyapkan segala tindakan kotor, seperti korupsi, suap, menarik pajak tanpa perintah, serta tindakan buruk lainnya yang dapat merugikan rakyat dan juga kerajaan. Mereka berdua tidak akan membiarkan akan ada Mundric lainnya di Kerajaan Glora.Seperti apa janji Brockley tempo lalu bahwa dia akan memperbaiki segala sesuatu yang ada di militer perusahaan, baik bagi pertahanan maupun persenjataan. Benteng Kerajaan Glora jauh lebih tebal dan garang sehingga sangat sulit untu

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 78

    Ketika telah sampai di Gloriston, Brockley tidak hanya disanjung dan dibangga-banggakan sebagai Panglima Perang hebat, melainkan namanya makin melambung tinggi karena semua orang akhirinya harus tahu bahwa dia merupakan putra sulung milik Raja Avraam. Dia lah sang putra mahkota, Pangeran Terbuang ... Brockley Leofric! Dan semua masyarakat pun harus tahu bahwa Brockley Leofric merupakan suami dari seorang putri bangsawan dari Kekaisaran Omra, Permaisuri yang begitu cantik menawan, putri mahkota milik Kaisar Omra. Dia lah Lucilla Augustina! Lebih dari dua puluh ribu prajurit dari kalangan militer dan masyarakat telah kembali ke Gloriston dan wilayah mereka masing-masing, membawa kabar gembira bahwa negeri mereka akan tetap selamat dan sejahtera. Tidak hanya itu, bahkan mereka mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Setiap mereka pasti mendapatkan perlengkapan perang dan harta yang dibawa oleh militer Kekaisaran Omra, seperti pedang, tombak, panah, baju zirah, makanan yan

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 77

    “Kau telah membunuh ayah dan ibu ku, sekarang kau juga harus mati!” Sroothh.... Kepala Mundric hampir lepas dari badan. Saat Mundric masih dalam kondisi berdiri, Brockley mencengkeram kepala Mundric, lalu menyeret tubuhnya. Semakin lama, tulang dan daging yang menghubungkan antara kepala dan badan itu pun makin terpisah. Namun, Mundric belum mati. Dia masih bisa mendengar jelas apa yang Brockley katakan. Bahkan, dia sempat masih bisa berbicara meskipun lehernya hampir putus. “Kkhh, kau ... kau kejam sekali, Putra Avraam!” Darah terus mengucur dari batang lehernya. Brockley tersenyum puas penuh kemenangan. “Dunia ini sangat kejam bagi mereka yang merasa dirinya korban.” Mundric merasakan sakit tak terkira. “Cepat bunuh aku sekarang juga!” Brockley tak mengindahkannya. Dia terus memacu kudanya, sementara kaki Mundric terus terseret di atas tanah kering. “Wahai musuh ayahku, setelah aku kehilangan kedua orangtuaku, aku melihat dunia telah berbeda.” Brockley berkata dengan tegas da

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 76

    Kaisar Aurelix tertawa jahat. “Hahahaha.” Dia mendongakkan kepala ke atas langit sambil berkata, “Sayap kiri, maju! Kita akan melakukan serangan pamungkas!” Kaisar Aurelix pikir, Panglima Brockley telah mati. Hudde terbelalak saat menyaksikan di seberang sana ribuan pasukan Omra sedangn menuju ke arah pasukannya. Dia mengalihkan pandangannya ke lini tengah, jauh sekitar lima ratus meter di sana, terjadi pertempuran yang tidak berimbang, sampai-sampai pasukan pemanah menaiki bukit padahal bukit di tengah tidak bisa dinaiki. Sementara pasukan di bawah komando Herbert semakin lama semakin tidak bisa mengimbangi serangan musuh. Bahkan, dia terpaksa turun tangan bersama prajurit elit untuk bertarung dengan sekuat tenaga. Meski dia berhasil membunuh banyak musuh, namun pasukannya jauh lebih banyak yang gugur. Pasukan Hudde dan pasukan musuh yang bakal menyerang adalah satu berbanding sepuluh. Satu-satunya cara untuk menahan serangan tersebut adalah dengan cara meminta bantuan pasukan ca

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 75

    Pada saat pertempuran berlangsung tadi, sebenarnya Harlino bersama sepuluh pasukan berkudanya sudah mengintai pasukan Omra. Setelah mereka mendapatkan banyak informasi penting, akhirnya mereka memutuskan untuk segera kembali ke kamp. Namun, dari kejauhan mereka melihat pasukan sedang menaiki bukit sisi kiri, karena itu mereka menyetop perjalanan. Dan mereka sangat kaget begitu melihat lima pasukan berkuda Omra sudah berada di dekat mereka. “Kalian mau mengintai kami ha?” sergah Harlino menyeringai geram. Padahal .... Karena jumlah pasukan yang tidak berimbang, akhirnya Harlino yang bergerak maju duluan lalu disusul yang lain. Satu prajurit Glora harus mati meski mereka menang telak. Satu nyawa untuk lima nyawa. Pasukan Harlino bergegas menemui Brockley dan memberikan semua informasi, termasuk keberadaan Mundric. Sebab, Mundric merupakan sasaran paling utama dalam pertempuran Battle Of Glory Jilid 2. *** Hingga matahari hampir terbenam, tidak ada serangan besar dari masing-masin

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 74

    Saat pasukan pemegang tombak dan infanteri bagian depan mundur ke belakang, pasukan berkuda pemegang rantai kawat di ujung kiri dan kanan mengangkat rantai kawat dan memacu kuda. Di saat bersamaan, pemegang tombak dan infanteri yang mundur tadi bergerak ke kiri dan kanan membentuk formasi cekung dan berlarian ke arah sisi kiri dan kanan Phallanx Omra, pas di belakang penunggang kuda pemegang rantai kawat. Formasi phallanx Omra yang rapi jadi kacau balau dan tak karuan. Tombak yang mengarah lurus dan ke depan dan ke atas lantas mengarah ke segala arah. Mereka sibuk menunduk dan melompat dari rantai kawat tipis tapi tajam. Jika mengenai wajah, pasti baret semua. Meski sudah menghindar, sebagian kecil terkena serangan rantai kawat itu. Sebenarnya fungsi utamanya hanyalah mengacaukan formasi musuh, bukan memberikan serangan signifikan. Sebab, semua orang pasti akan menghindar bagaimana pun keadaannya. Herbert dan Hudde yang berada di sisi kiri dan kanan pun tercengang menyaksikan betap

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 73

    Total pasukan Omra di medan pertempuran hanya 25.000, terdiri dari sepuluh ribu prajurit militer dan lima belas ribu relawan. Lima ratus pasukan berkuda, separuhnya prajurit elit dengan baju besi. Jenderal Herbert memimpin pasukan kavaleri berjumlah dua ratus orang di sayap kiri, sementara Hudde memimpin pasukan kavaleri di sayap kanan. Phallanx yang hanya berjumlah tak lebih daris seribu orang berada di baris depan. Di belakang Phallanx terdapat pasukan infanteri, dan di belakangnya lagi ada pasukan pemanah. Sama seperti pasukan musuh, di tengah dan paling depan ditempati oleh para relawan yang tak terlalu pandai dalam peperangan. Sebagian besar mereka memegang tombak panjang dan juga pedang. Sementara pasukan elit ditempatkan di sayap kanan, sayap kiri, pasukan cadangan di balik bukit, dan pasukan cadangan yang dipimpin oleh Brockley. Dua puluh empat ribu lebih pasukan dari Kerajaan Glora telah berada pada formasi yang sama persis seperti pasukan musuh. Divisi tengah dan belakan

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 72

    Ketika mendapatkan sebuah kesempatan emas, Brockley berhasil melepaskan helm besi di kepala Hopkin. Dan hitungan detik selanjutnya ...... Sroott!! Darah segera keluar dari leher Hopkin. Belum mati sepenuhnya, lantas Brockley menebaskan pas di batang leher, hingga kepala Hopkin terpisah dari tubuhnya. Mundric ternganga. “Kurang ajar! Yang Mulia, dia telah membunuh anak ku?!” Mundric bersimpuh meratapi kematian anaknya dari jauh. “Brockley, kau bakal menyusul ayah dan ibumu!” Genderang perang pun ditabuh. Kaisar Aurelix memberikan perintah kepada semua komandannya untuk segera merapikan barisan. Namun, sebelum formasi mereka terbentuk, Brockley segera memerintahkan kepada seribu pasukan untuk bergegas menuju lokasi pertempuran. Seorang Jenderal dari pasukan Omra berkata kepada Kaisar bahwa pihak Kerajaan Glora pasti memancing untuk mengikuti pergerakan mereka. “Bisa jadi jebakan, bisa juga mereka telah menyiapkan arena pertempuran buat kita, Yang Mulia.” Jenderal Garrix menjura d

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 71

    Herbert dan Hudde saling tatap ketika Brockley telah meninggalkan kamp bersama seribu pasukan. Mereka hanya berharap bahwa Brockley jujur pada rencananya, yakni cukup sebagai alat pancingan saja, biar pasukan musuh terseret masuk ke lembah di bawah sana. Di lokasi perbukitan, dari kamp tengah tidak bisa langsung turun ke bawah karena terlalu curam dan dipenuhi bebatuan, maka untuk bisa sampai ke sini harus melalui sisi kiri yang cukup jauh di mana terdapat kamp kiri. Jika sudah berada di kamp kiri, maka baru bisa turun ke lembah. Musuh tidak akan bisa menyerang kamp tengah secara langsung kecuali jika mereka bisa mengalahkan titik di kamp sebelah kiri terlebih dahulu. Begitu juga di kamp sebelah kanan, di sana terdapat tempat untuk turun ke lembah di bawah sana. Masih ada satu titik lagi yang saat ini masih disembunyikan, yakni di sebuah bukit arah timur laut dari kamp tengah. Di sana terdapat pasukan berkuda terpilih dan merupakan bagian kavaleri berat sekitar lima puluh orang di

DMCA.com Protection Status