Begitu Brockley dan Riley telah sampai di rumah Kepala Desa yang diantarkan oleh satu orang warga, mereka berdua berpapasan dengan orang-orang kerajaan, di antara mereka ada Jenderal Muda Hopkin. Selusin pengawal kerajaan yang berseragam militer menempel ketat sang Jenderal, pandangan mereka sangat awas, dan selalu sigap.
Semua rombongan itu meninggalkan rumah Kepala Desa. Suara keteplak ladam kuda dari mereka semua terdengar jelas sepanjang jalan. Debu bertebaran dan tertiup angin, menyisakan pertanyaan besar di benak Brockley. ‘Kenapa mereka ke sini?’ Dan pertanyaan besar itu akan terjawab di dalam rumah mewah ini, sebentar lagi.“Salam hormat, Kepala Desa,” sapa Brockley ramah. “Aku Fric dan ini kekasihku Rose. Kami pendatang dari utara dan hendak menuju Gloriston. Kami sedang melakukan perjalanan ke sana. Sebelum melanjutkan perjalanan, ada banyak informasi yang kami butuhkan. Apakah Tuan berkenan menjadikan kami sebagai tamu?”Kepala Desa Ferro memperInformasi kali ini sangat penting. Bila perlu Brockley mengeluarkan semua uangnya hanya untuk mendapatkan informasi tersebut. Mengingat Kepala Desa memang punya kedekatan dengan orang-orang di istana dan punya wawasan luas tentang apa saja di sana, maka Brockley harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Brockley menegakkan bahunya, menatap mata Kepala Desa lurus-lurus, lalu bertanya, “Apa maksud kedatangan Jenderal Muda Hopkin barusan?” Brockley mengaparkan dua keping perak di atas meja.Hal itu membuat Kepala Desa sedikit bersemangat. “Ada sesuatu yang penting.”“Soal binatang yang bakal dibasmi?”“Ya. Kami menemui tabib Saxon untuk membeli ramuan pembunuh binatang dan hama. Saat ini, Jenderal dan keluarganya sedang membutuhkannya.”Brockley menajamkan pandangannya. “Siapa binatang itu?”Kepala Desa malah tersenyum pahit. “Anak muda, kau adalah pendatang dan mau merantau ke Gloriston, aku rasa tidak perlu mengetahui hal semacam it
Kepala Desa Ferro sendiri yang mengantarkan Brockley menuju dermaga karena dia khawatir nantinya Brockley salah naik perahu. Dia berkata kepada anak buahnya di sana. “Antar tamuku bernama Fric dan kekasihnya ini. Mereka mau singgah terlebih dahulu di Goa Glor. Pastikan mereka menikmati perjalanan mereka.”Dua orang itu pun sigap menyiapkan perahunya.Kemudian Kepala Desa menghadap ke Brockley dan berkata dengan wajah riang. “Kau adalah orang yang ke empat puluh lima menjadi tamuku. Tidak ada yang tidak berhasil kalau mereka mau meminta tolong kepadaku. Aku pastikan kau akan menjadi Komandan pasukan sesegera mungkin.”Brockley mengangguk paham. “Tuan Kepala Desa memang orang yang luar biasa. Aku harap kita akan berjumpa lagi di lain waktu dan kesempatan.”“Tentu, Anak muda. Sampaikan salamku kepada Tuan Mundric dan Jenderal Muda Hopkin,” pungkas Kepala Desa tanpa sedikit pun membicarakan Raja. “Oh iya, kasihlah anak buahku sedikit makanan, Fric. Ka
Brockley kembali mengatur napasnya beberapa saat, baru kemudian memeluk Riley dari belakang. Kulit mereka hanya terhalang oleh sehelai kain tebal. Tapi, karena tubuh dan pakaian Brockley masih basah, lantas dia pun segera memundurkan tubuhnya.“Kau bisa tambah kedinginan, Riley.”Namun, Riley masih bergetar sekujur tubuhnya. Bibirnya pucat dan matanya sayu. Dia tetap cantik meski tampak layu. Dia meniup-niup telapak tangannya sendiri.Brockley melucuti semua pakaiannya hingga bertelanjang bulat, lalu mengeringkannya beberapa saat dengan menggunakan handuk. Setelah kering, barulah dia menempelkan kulit tubuhnya di kulit tubuh Riley, memeluknya dari belakang, memberikan kehangatan.Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Punggung Riley merasakan detak jantung lelaki perkasa itu. Sementara bibir Brockley tepat berada di leher Riley yang lembap. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya tubuh Riley mulai sedikit merasakan hangat.
Brockley 18“Pendapatku diterima oleh kebanyakan petinggi di istana, alasannya karena Grock dinilai masih belum layak memimpin. Namun, beberapa waktu setelah Ratu Megan dinobatkan sebagai pimpinan tertinggi kerajaan, aku difitnah telah berkhianat kepada kerajaan. Kata mereka, aku termasuk ke dalam orang yang merencanakan pembunuhan terhadap Raja.”Brockley menatap mata Hudde cukup lama. Pandangannya menajam dan raut mukanya sangat serius. “Guru, apakah Mundric, mantan Kepala Desa Arbilis yang telah memfitnahmu?”“Siapa lagi kalau bukan orang itu?”Hudde pun menyampaikan bahwa semenjak Avraam diangkat menjadi Raja dua puluh tahun lalu, sejak itulah Mundric punya rencana buruk untuk menggulingkan kekuasaan Avraam. Sejak dulu Mundric tidak sudi posisi pimpinan desa pindah tangan, apalagi sang Raja dulunya merupakan bawahannya.“Mundric selalu tampil baik di hadapan mendiang Raja Avraam dan orang-orang di istana, akan tetapi di bali
Masih ada beberapa pertanyaan yang berhamburan di dalam benak Brockley. Dan pertanyaan itu harus segera terjawab sebelum nantinya dia pulang ke Gloriston. Meskipun sejauh ini dia sudah paham pokok permasalahan dan alur ceritanya, dia masih butuh arahan dan solusi dari sang guru.“Guru Hudde, aku beberapa waktu lalu berkunjung ke Desa Ferro dan bertemu dengan anaknya Mundric. Dia menemui Kepala Desa lalu membeli racun di tabib Saxon. Aku pikir, semua itu erat kaitannya dengan semua cerita yang telah aku dengar, tragedi pembunuhan kedua orang tuaku.”“Brockley, kau masih muda dan sudah bisa berpikir sekritis itu. Siapa orang yang telah mengajarimu?”“Perempuan yang sedang tidur itu, Guru. Dia banyak mengajariku tentang ilmu berpikir yang berasal dari Yunani.”Hudde tersenyum lagi. “Aku tahu bahwa Mundric pintar dalam hal negosiasi. Seluruh Kepala Desa yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Glory, semua dikenalnya, termasuk Kepala Desa Ferro. Aku da
Kekuatan otot akan percuma kalau pikirannya kacau dan jiwanya sakit. Oleh karena itu, di hari pertama, Hudde mengajarkan ilmu spiritual kepada Brockley, supaya nanti mental Brockley akan jauh lebih siap dalam menghadapi tekanan di sekitar istana.“Duduk bersila. Pejamkan mata. Cukup dengarkan suara kicau burung dan gemerisik dedaunan. Kosongkan pikiran dan fokus. Hilangkan semua apa pun yang terbayang di dalam benakmu. Tenangkan hatimu.”Brockley pun melakukan semua apa yang diperintahkan oleh Hudde, meski di awal agak sulit karena dalam beberapa detik saja, ada beberapa hal yang terbayang, dan juga ada suara yang terngiang di telinganya.“Brockley, itu hal yang sangat wajar dan semua orang pasti akan mengalaminya. Tapi, setiap orang mempunyai tingkat stres dan ketenangan yang berbeda. Upayakan selalu tetap tenang dan rileks. Jangan pernah tegang, nanti sarafmu bisa terganggu.”Kemudian Brockley mengatur pernapasannya untuk menenangkan fisik dan j
Jika ingin menjadi seorang panglima perang yang tangguh, maka terlebih dahulu harus paham teori dasarnya. Brockley telah belajar cukup banyak dari Herbet dan juga membaca buku-buku kuno, tapi itu semua tidak cukup. Jadi, di hari kedua ini dia akan banyak belajar tentang cara menjadi seorang panglima perang sejati.“Pada saat perang melawan tentara Kekaisaran Omra, ayahmu mengutamakan taktik dari pada teknik. Sebab, pada saat itu para pasukan tidak punya pengalaman perang dan juga mereka tidak pula diperlengkapi dengan persenjataan yang baik. Strateginya adalah menempatkan para pemanah di dua sisi bukit. Pancingannya adalah infanteri yang berada di dekat danau. Musuh mengira bahwa pasukan dari Desa Arbilis hanya yang berada di dekat danau, padahal ada pasukan pemanah yang berada di balik bukit.”Sebagai salah satu komandan perang waktu itu, Hudde ingat betul seperti apa Avraam memimpin pasukannya. “Aku belum pernah melihat ada seorang lelaki yang begitu gagah dan be
Pagi harinya, Brockley dan Riley melanjutkan perjalanan, dan pada akhirnya mereka pun tiba pas berada di depan gerbang utama benteng Kerajaan Glory di Kota Gloriston pada malam hari.Riley terpana melihat semua perubahan yang ada. “Suasananya sangat berbeda ketika aku meninggalkannya dua puluh tahun lalu.”Mereka berdua dihadang oleh lima orang penjaga keamanan yang bertugas di gerbang. “Siapa kalian, dari mana, dan mau ke mana?” tanya seorang dari mereka yang siap mengambil pedang di balik punggungnya.Brockley maju. “Aku Fric dan dia kekasihku, Rose. Kami berasal dari utara hendak menetap di Gloriston. Aku adalah orang bawaan dari Kepala Desa Ferro, izinkan aku bertemu dengan Jenderal Muda Hopkin.”“Tidak bisa! Hari sudah malam. Jenderal tidak bisa diganggu. Apa keperluanmu?” tanya kepala keamanan yang juga menjabat sebagai prajurit senior, namanya Harlino.“Aku mau mendaftar menjadi Komandan pasukan.”Prajurit senior dan empat
Setelah fase berat dalam memberikan perlawanan terhadap Kekaisaran Omra yang dipimpin langsung oleh sang Kaisar, Raja Grock dan Panglima Brockley terus membenahi apa saja yang ada di dalam kerajaan karena tugas mereka masih banyak.Selama ini, Mundric bekerja sama dengan kepala di berbagai wilayah Kerajaan Omra untuk mengeruk keuntungan pribadi. Oleh karena itu, Raja Grock dan Panglima Brockley sigap menangani berbagai kasus yang ada di wilayah seperti Manton, Ferro, Plumbum, dan juga desa lainnya.Secara tegas mereka melenyapkan segala tindakan kotor, seperti korupsi, suap, menarik pajak tanpa perintah, serta tindakan buruk lainnya yang dapat merugikan rakyat dan juga kerajaan. Mereka berdua tidak akan membiarkan akan ada Mundric lainnya di Kerajaan Glora.Seperti apa janji Brockley tempo lalu bahwa dia akan memperbaiki segala sesuatu yang ada di militer perusahaan, baik bagi pertahanan maupun persenjataan. Benteng Kerajaan Glora jauh lebih tebal dan garang sehingga sangat sulit untu
Ketika telah sampai di Gloriston, Brockley tidak hanya disanjung dan dibangga-banggakan sebagai Panglima Perang hebat, melainkan namanya makin melambung tinggi karena semua orang akhirinya harus tahu bahwa dia merupakan putra sulung milik Raja Avraam. Dia lah sang putra mahkota, Pangeran Terbuang ... Brockley Leofric! Dan semua masyarakat pun harus tahu bahwa Brockley Leofric merupakan suami dari seorang putri bangsawan dari Kekaisaran Omra, Permaisuri yang begitu cantik menawan, putri mahkota milik Kaisar Omra. Dia lah Lucilla Augustina! Lebih dari dua puluh ribu prajurit dari kalangan militer dan masyarakat telah kembali ke Gloriston dan wilayah mereka masing-masing, membawa kabar gembira bahwa negeri mereka akan tetap selamat dan sejahtera. Tidak hanya itu, bahkan mereka mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Setiap mereka pasti mendapatkan perlengkapan perang dan harta yang dibawa oleh militer Kekaisaran Omra, seperti pedang, tombak, panah, baju zirah, makanan yan
“Kau telah membunuh ayah dan ibu ku, sekarang kau juga harus mati!” Sroothh.... Kepala Mundric hampir lepas dari badan. Saat Mundric masih dalam kondisi berdiri, Brockley mencengkeram kepala Mundric, lalu menyeret tubuhnya. Semakin lama, tulang dan daging yang menghubungkan antara kepala dan badan itu pun makin terpisah. Namun, Mundric belum mati. Dia masih bisa mendengar jelas apa yang Brockley katakan. Bahkan, dia sempat masih bisa berbicara meskipun lehernya hampir putus. “Kkhh, kau ... kau kejam sekali, Putra Avraam!” Darah terus mengucur dari batang lehernya. Brockley tersenyum puas penuh kemenangan. “Dunia ini sangat kejam bagi mereka yang merasa dirinya korban.” Mundric merasakan sakit tak terkira. “Cepat bunuh aku sekarang juga!” Brockley tak mengindahkannya. Dia terus memacu kudanya, sementara kaki Mundric terus terseret di atas tanah kering. “Wahai musuh ayahku, setelah aku kehilangan kedua orangtuaku, aku melihat dunia telah berbeda.” Brockley berkata dengan tegas da
Kaisar Aurelix tertawa jahat. “Hahahaha.” Dia mendongakkan kepala ke atas langit sambil berkata, “Sayap kiri, maju! Kita akan melakukan serangan pamungkas!” Kaisar Aurelix pikir, Panglima Brockley telah mati. Hudde terbelalak saat menyaksikan di seberang sana ribuan pasukan Omra sedangn menuju ke arah pasukannya. Dia mengalihkan pandangannya ke lini tengah, jauh sekitar lima ratus meter di sana, terjadi pertempuran yang tidak berimbang, sampai-sampai pasukan pemanah menaiki bukit padahal bukit di tengah tidak bisa dinaiki. Sementara pasukan di bawah komando Herbert semakin lama semakin tidak bisa mengimbangi serangan musuh. Bahkan, dia terpaksa turun tangan bersama prajurit elit untuk bertarung dengan sekuat tenaga. Meski dia berhasil membunuh banyak musuh, namun pasukannya jauh lebih banyak yang gugur. Pasukan Hudde dan pasukan musuh yang bakal menyerang adalah satu berbanding sepuluh. Satu-satunya cara untuk menahan serangan tersebut adalah dengan cara meminta bantuan pasukan ca
Pada saat pertempuran berlangsung tadi, sebenarnya Harlino bersama sepuluh pasukan berkudanya sudah mengintai pasukan Omra. Setelah mereka mendapatkan banyak informasi penting, akhirnya mereka memutuskan untuk segera kembali ke kamp. Namun, dari kejauhan mereka melihat pasukan sedang menaiki bukit sisi kiri, karena itu mereka menyetop perjalanan. Dan mereka sangat kaget begitu melihat lima pasukan berkuda Omra sudah berada di dekat mereka. “Kalian mau mengintai kami ha?” sergah Harlino menyeringai geram. Padahal .... Karena jumlah pasukan yang tidak berimbang, akhirnya Harlino yang bergerak maju duluan lalu disusul yang lain. Satu prajurit Glora harus mati meski mereka menang telak. Satu nyawa untuk lima nyawa. Pasukan Harlino bergegas menemui Brockley dan memberikan semua informasi, termasuk keberadaan Mundric. Sebab, Mundric merupakan sasaran paling utama dalam pertempuran Battle Of Glory Jilid 2. *** Hingga matahari hampir terbenam, tidak ada serangan besar dari masing-masin
Saat pasukan pemegang tombak dan infanteri bagian depan mundur ke belakang, pasukan berkuda pemegang rantai kawat di ujung kiri dan kanan mengangkat rantai kawat dan memacu kuda. Di saat bersamaan, pemegang tombak dan infanteri yang mundur tadi bergerak ke kiri dan kanan membentuk formasi cekung dan berlarian ke arah sisi kiri dan kanan Phallanx Omra, pas di belakang penunggang kuda pemegang rantai kawat. Formasi phallanx Omra yang rapi jadi kacau balau dan tak karuan. Tombak yang mengarah lurus dan ke depan dan ke atas lantas mengarah ke segala arah. Mereka sibuk menunduk dan melompat dari rantai kawat tipis tapi tajam. Jika mengenai wajah, pasti baret semua. Meski sudah menghindar, sebagian kecil terkena serangan rantai kawat itu. Sebenarnya fungsi utamanya hanyalah mengacaukan formasi musuh, bukan memberikan serangan signifikan. Sebab, semua orang pasti akan menghindar bagaimana pun keadaannya. Herbert dan Hudde yang berada di sisi kiri dan kanan pun tercengang menyaksikan betap
Total pasukan Omra di medan pertempuran hanya 25.000, terdiri dari sepuluh ribu prajurit militer dan lima belas ribu relawan. Lima ratus pasukan berkuda, separuhnya prajurit elit dengan baju besi. Jenderal Herbert memimpin pasukan kavaleri berjumlah dua ratus orang di sayap kiri, sementara Hudde memimpin pasukan kavaleri di sayap kanan. Phallanx yang hanya berjumlah tak lebih daris seribu orang berada di baris depan. Di belakang Phallanx terdapat pasukan infanteri, dan di belakangnya lagi ada pasukan pemanah. Sama seperti pasukan musuh, di tengah dan paling depan ditempati oleh para relawan yang tak terlalu pandai dalam peperangan. Sebagian besar mereka memegang tombak panjang dan juga pedang. Sementara pasukan elit ditempatkan di sayap kanan, sayap kiri, pasukan cadangan di balik bukit, dan pasukan cadangan yang dipimpin oleh Brockley. Dua puluh empat ribu lebih pasukan dari Kerajaan Glora telah berada pada formasi yang sama persis seperti pasukan musuh. Divisi tengah dan belakan
Ketika mendapatkan sebuah kesempatan emas, Brockley berhasil melepaskan helm besi di kepala Hopkin. Dan hitungan detik selanjutnya ...... Sroott!! Darah segera keluar dari leher Hopkin. Belum mati sepenuhnya, lantas Brockley menebaskan pas di batang leher, hingga kepala Hopkin terpisah dari tubuhnya. Mundric ternganga. “Kurang ajar! Yang Mulia, dia telah membunuh anak ku?!” Mundric bersimpuh meratapi kematian anaknya dari jauh. “Brockley, kau bakal menyusul ayah dan ibumu!” Genderang perang pun ditabuh. Kaisar Aurelix memberikan perintah kepada semua komandannya untuk segera merapikan barisan. Namun, sebelum formasi mereka terbentuk, Brockley segera memerintahkan kepada seribu pasukan untuk bergegas menuju lokasi pertempuran. Seorang Jenderal dari pasukan Omra berkata kepada Kaisar bahwa pihak Kerajaan Glora pasti memancing untuk mengikuti pergerakan mereka. “Bisa jadi jebakan, bisa juga mereka telah menyiapkan arena pertempuran buat kita, Yang Mulia.” Jenderal Garrix menjura d
Herbert dan Hudde saling tatap ketika Brockley telah meninggalkan kamp bersama seribu pasukan. Mereka hanya berharap bahwa Brockley jujur pada rencananya, yakni cukup sebagai alat pancingan saja, biar pasukan musuh terseret masuk ke lembah di bawah sana. Di lokasi perbukitan, dari kamp tengah tidak bisa langsung turun ke bawah karena terlalu curam dan dipenuhi bebatuan, maka untuk bisa sampai ke sini harus melalui sisi kiri yang cukup jauh di mana terdapat kamp kiri. Jika sudah berada di kamp kiri, maka baru bisa turun ke lembah. Musuh tidak akan bisa menyerang kamp tengah secara langsung kecuali jika mereka bisa mengalahkan titik di kamp sebelah kiri terlebih dahulu. Begitu juga di kamp sebelah kanan, di sana terdapat tempat untuk turun ke lembah di bawah sana. Masih ada satu titik lagi yang saat ini masih disembunyikan, yakni di sebuah bukit arah timur laut dari kamp tengah. Di sana terdapat pasukan berkuda terpilih dan merupakan bagian kavaleri berat sekitar lima puluh orang di