Share

Bab 76

Author: Glory
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kaisar Aurelix tertawa jahat. “Hahahaha.” Dia mendongakkan kepala ke atas langit sambil berkata, “Sayap kiri, maju! Kita akan melakukan serangan pamungkas!”

Kaisar Aurelix pikir, Panglima Brockley telah mati.

Hudde terbelalak saat menyaksikan di seberang sana ribuan pasukan Omra sedangn menuju ke arah pasukannya. Dia mengalihkan pandangannya ke lini tengah, jauh sekitar lima ratus meter di sana, terjadi pertempuran yang tidak berimbang, sampai-sampai pasukan pemanah menaiki bukit padahal bukit di tengah tidak bisa dinaiki.

Sementara pasukan di bawah komando Herbert semakin lama semakin tidak bisa mengimbangi serangan musuh. Bahkan, dia terpaksa turun tangan bersama prajurit elit untuk bertarung dengan sekuat tenaga. Meski dia berhasil membunuh banyak musuh, namun pasukannya jauh lebih banyak yang gugur.

Pasukan Hudde dan pasukan musuh yang bakal menyerang adalah satu berbanding sepuluh. Satu-satunya cara untuk menahan serangan tersebut adalah dengan cara meminta bantuan pasukan ca
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 77

    “Kau telah membunuh ayah dan ibu ku, sekarang kau juga harus mati!” Sroothh.... Kepala Mundric hampir lepas dari badan. Saat Mundric masih dalam kondisi berdiri, Brockley mencengkeram kepala Mundric, lalu menyeret tubuhnya. Semakin lama, tulang dan daging yang menghubungkan antara kepala dan badan itu pun makin terpisah. Namun, Mundric belum mati. Dia masih bisa mendengar jelas apa yang Brockley katakan. Bahkan, dia sempat masih bisa berbicara meskipun lehernya hampir putus. “Kkhh, kau ... kau kejam sekali, Putra Avraam!” Darah terus mengucur dari batang lehernya. Brockley tersenyum puas penuh kemenangan. “Dunia ini sangat kejam bagi mereka yang merasa dirinya korban.” Mundric merasakan sakit tak terkira. “Cepat bunuh aku sekarang juga!” Brockley tak mengindahkannya. Dia terus memacu kudanya, sementara kaki Mundric terus terseret di atas tanah kering. “Wahai musuh ayahku, setelah aku kehilangan kedua orangtuaku, aku melihat dunia telah berbeda.” Brockley berkata dengan tegas da

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 78

    Ketika telah sampai di Gloriston, Brockley tidak hanya disanjung dan dibangga-banggakan sebagai Panglima Perang hebat, melainkan namanya makin melambung tinggi karena semua orang akhirinya harus tahu bahwa dia merupakan putra sulung milik Raja Avraam. Dia lah sang putra mahkota, Pangeran Terbuang ... Brockley Leofric! Dan semua masyarakat pun harus tahu bahwa Brockley Leofric merupakan suami dari seorang putri bangsawan dari Kekaisaran Omra, Permaisuri yang begitu cantik menawan, putri mahkota milik Kaisar Omra. Dia lah Lucilla Augustina! Lebih dari dua puluh ribu prajurit dari kalangan militer dan masyarakat telah kembali ke Gloriston dan wilayah mereka masing-masing, membawa kabar gembira bahwa negeri mereka akan tetap selamat dan sejahtera. Tidak hanya itu, bahkan mereka mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Setiap mereka pasti mendapatkan perlengkapan perang dan harta yang dibawa oleh militer Kekaisaran Omra, seperti pedang, tombak, panah, baju zirah, makanan yan

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 79 (Ending)

    Setelah fase berat dalam memberikan perlawanan terhadap Kekaisaran Omra yang dipimpin langsung oleh sang Kaisar, Raja Grock dan Panglima Brockley terus membenahi apa saja yang ada di dalam kerajaan karena tugas mereka masih banyak.Selama ini, Mundric bekerja sama dengan kepala di berbagai wilayah Kerajaan Omra untuk mengeruk keuntungan pribadi. Oleh karena itu, Raja Grock dan Panglima Brockley sigap menangani berbagai kasus yang ada di wilayah seperti Manton, Ferro, Plumbum, dan juga desa lainnya.Secara tegas mereka melenyapkan segala tindakan kotor, seperti korupsi, suap, menarik pajak tanpa perintah, serta tindakan buruk lainnya yang dapat merugikan rakyat dan juga kerajaan. Mereka berdua tidak akan membiarkan akan ada Mundric lainnya di Kerajaan Glora.Seperti apa janji Brockley tempo lalu bahwa dia akan memperbaiki segala sesuatu yang ada di militer perusahaan, baik bagi pertahanan maupun persenjataan. Benteng Kerajaan Glora jauh lebih tebal dan garang sehingga sangat sulit untu

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 1

    “Howeeek ... Howeeek ....” Tangisan bayi itu terdengar besar dan jelas oleh Avraam yang sedang berada di luar rumah. Sedari tadi dia berjalan mondar-mandir tak tenang, khawatir kalau terjadi apa-apa dengan anak pertamanya, dan sangat berharap agar anaknya terlahir sehat dan sempurna.“Bayinya laki-laki!” jerit perempuan di dalam.Ketika mendengar itu, Avraam langsung tersenyum haru, bahagia sekali. Betapa tidak, istrinya telat dua tahun hamil dan segala upaya telah mereka lakukan agar bisa punya anak, terutama anak laki-laki yang bakal menjadi penerus.Setelah proses persalinan selesai, Avraam langsung masuk dan segera menggendong putra sulungnya yang begitu tampan dan menciuminya, kemudian memberinya nama. “Brockley Leofric! Aku harap, dia bakal menjadi pemimpin yang tangguh nantinya.”Avraam mendekatkan bayi itu ke istrinya yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Dia mengajak bercanda istrinya bahwa wajah putra mereka hanya mirip ayahnya, tidak ada wajah dari ibunya. Mendengar

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 2

    Perjalanan menuju Desan Manton membutuhkan waktu selama lima hari penuh kalau menggunakan kendaraan. Herbert yang berusia tiga puluhan menjadi pemimpin perjalanan. Dia mendapat amanah untuk menjaga keselamatan empat orang lainnya yang berada di dalam kereta kuda. Herbert memacu kudanya dengan sangat pelan seraya mengawas kiri-kanan jalan.Kawasan yang mereka lewati adalah hutan luas. Jika tidak tahu medan, nyawa mereka bisa saja terancam, baik oleh serangan pencuri maupun serbuan hewan buas. Terdengar suara tangis Brockley di dalam, sementara Riley sedari tadi berusaha terus mendiamkannya.***Siang harinya.Pasukan perang Kekaisaran Omra sudah tiba di ujung Desa Arbilis arah tenggara. Jenderal Perang mereka membawa tujuh ratus pasukan, terdiri dari lima ratus infanteri, seratus kavaleri, dan seratus pemanah.Sedangkan dari pasukan dari Desa Arbilis juga sudah tiba lebih dulu. Lima puluh perempuan ditugaskan sebagai pemanah, sementara tiga ratus laki-laki sebagai pasukan yang memegang

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 3

    Brockley tumbuh cepat dan sehat. Di usia kanak-kanak, Riley mengajarkannya membaca dan berhitung.“Berapa lima ditambah lima?” tanya Riley sambil sumringah menghadap Brockley.“Hm ... Sepuluh!” jawab Brockley tanpa ragu.Riley mengacungkan kedua jempolnya. Layaknya seorang guru dan sesuai amanah dari Avraam, Riley mengajari dan mendidik Brockley dengan sepenuh hati. Dari Brockley bayi sampai berusia lima tahun, Riley yang merawatnya, memandikannya, mencebokinya, menghiburnya, menyuapinya, dan memberikan dongeng sebelum tidur. Riley yang mengajarkan duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan bicara.Riley selau mengawasinya setiap saat dan di mana pun. Jika Brockley mau main di luar rumah, dia pasti menemaninya dengan penuh suka cita. Jika Brockley merengekkan sesuatu, dia pasti memenuhinya. Dia tidak pernah marah kalau Brockley nakal. Jangankan memukul, bahkan membentak saja dia tidak pernah. Dia membesarkan dan mendidik Brockley penuh dengan kesabaran dan kelembutan.Dia menyayangi Bro

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 4

    Raja Avraam berulang kali melakukan pencarian anaknya dan rombongan tapi hasilnya nihil. Selama belasan tahun lamanya dia menunggu kehadiran putra sulungnya itu. Dan Megan, selama belasan tahun pula dia merindukannya. Suami istri itu resah mencari dan menunggu Brockley.Paman Herbert punya kebijakan lain. Dia memutuskan untuk mengembalikan Brockley kembali ke desa pada saat Brockley sudah dewasa disertai dengan ilmu dan skill bela diri yang luar biasa. Alasan lain adalah dia berpikir bahwa Kekaisaran Omra pasti menang perang dan telah menguasai desa.Jika pulang sekarang, tentunya dia dan lainnya hanya akan menjadi budak, atau setidaknya menjadi masyarakat biasa yang harus bekerja bagi Imperium Omra dan membayar pajak setiap bulan. Bagi Herbert, dia harus menjadikan Brockley setara dengan Jenderal Perang, bahkan kalau bisa lebih dari itu.“Kapan kita pulang, Paman?” tanya Brockley setelah baru saja latihan bela diri. Masa remajanya dipenuhi dengan latihan fisik setiap hari. Tiada hari

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 5

    Saking terkejutnya, Herbert lantas duduk dan terus mencecar pertanyaan. “Apakah ada orang yang pernah datang ke rumah kita? Katakan padaku, Riley!” Herbert menghunuskan tatapan tajamnya ke arah bola mata Riley.“Kita tinggal di tengah hutan yang tidak pernah terjamah oleh orang luar. Tidak ada orang yang tahu keberadaan kita. Aku tidak mengerti, Kak, kenapa sampai sekarang kau masih menahan kami. Janjimu kepada Kak Avraam kita akan kembali ke desa ketika Brockley sudah berumur delapan tahun seandainya mereka kalah perang. Jika mereka menang perang, tidak perlu kita berlama-lama mengasingkan diri. Tujuan kita mengasingkan diri supaya kita dan Brockley tetap aman. Sebagian penduduk desa yang mengasingkan pun sama seperti kita. Seandainya mereka menang perang, untuk apa berlama-lama tinggal di hutan ini?” Riley menumpahkan semua kekesalannya setelah hampir dua puluh tahun mengasingkan diri.Padahal, bukan jawaban itu yang diharapkan oleh Herbert. Sebenarnya Herbert hanya ingin tahu siapa

Latest chapter

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 79 (Ending)

    Setelah fase berat dalam memberikan perlawanan terhadap Kekaisaran Omra yang dipimpin langsung oleh sang Kaisar, Raja Grock dan Panglima Brockley terus membenahi apa saja yang ada di dalam kerajaan karena tugas mereka masih banyak.Selama ini, Mundric bekerja sama dengan kepala di berbagai wilayah Kerajaan Omra untuk mengeruk keuntungan pribadi. Oleh karena itu, Raja Grock dan Panglima Brockley sigap menangani berbagai kasus yang ada di wilayah seperti Manton, Ferro, Plumbum, dan juga desa lainnya.Secara tegas mereka melenyapkan segala tindakan kotor, seperti korupsi, suap, menarik pajak tanpa perintah, serta tindakan buruk lainnya yang dapat merugikan rakyat dan juga kerajaan. Mereka berdua tidak akan membiarkan akan ada Mundric lainnya di Kerajaan Glora.Seperti apa janji Brockley tempo lalu bahwa dia akan memperbaiki segala sesuatu yang ada di militer perusahaan, baik bagi pertahanan maupun persenjataan. Benteng Kerajaan Glora jauh lebih tebal dan garang sehingga sangat sulit untu

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 78

    Ketika telah sampai di Gloriston, Brockley tidak hanya disanjung dan dibangga-banggakan sebagai Panglima Perang hebat, melainkan namanya makin melambung tinggi karena semua orang akhirinya harus tahu bahwa dia merupakan putra sulung milik Raja Avraam. Dia lah sang putra mahkota, Pangeran Terbuang ... Brockley Leofric! Dan semua masyarakat pun harus tahu bahwa Brockley Leofric merupakan suami dari seorang putri bangsawan dari Kekaisaran Omra, Permaisuri yang begitu cantik menawan, putri mahkota milik Kaisar Omra. Dia lah Lucilla Augustina! Lebih dari dua puluh ribu prajurit dari kalangan militer dan masyarakat telah kembali ke Gloriston dan wilayah mereka masing-masing, membawa kabar gembira bahwa negeri mereka akan tetap selamat dan sejahtera. Tidak hanya itu, bahkan mereka mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak. Setiap mereka pasti mendapatkan perlengkapan perang dan harta yang dibawa oleh militer Kekaisaran Omra, seperti pedang, tombak, panah, baju zirah, makanan yan

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 77

    “Kau telah membunuh ayah dan ibu ku, sekarang kau juga harus mati!” Sroothh.... Kepala Mundric hampir lepas dari badan. Saat Mundric masih dalam kondisi berdiri, Brockley mencengkeram kepala Mundric, lalu menyeret tubuhnya. Semakin lama, tulang dan daging yang menghubungkan antara kepala dan badan itu pun makin terpisah. Namun, Mundric belum mati. Dia masih bisa mendengar jelas apa yang Brockley katakan. Bahkan, dia sempat masih bisa berbicara meskipun lehernya hampir putus. “Kkhh, kau ... kau kejam sekali, Putra Avraam!” Darah terus mengucur dari batang lehernya. Brockley tersenyum puas penuh kemenangan. “Dunia ini sangat kejam bagi mereka yang merasa dirinya korban.” Mundric merasakan sakit tak terkira. “Cepat bunuh aku sekarang juga!” Brockley tak mengindahkannya. Dia terus memacu kudanya, sementara kaki Mundric terus terseret di atas tanah kering. “Wahai musuh ayahku, setelah aku kehilangan kedua orangtuaku, aku melihat dunia telah berbeda.” Brockley berkata dengan tegas da

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 76

    Kaisar Aurelix tertawa jahat. “Hahahaha.” Dia mendongakkan kepala ke atas langit sambil berkata, “Sayap kiri, maju! Kita akan melakukan serangan pamungkas!” Kaisar Aurelix pikir, Panglima Brockley telah mati. Hudde terbelalak saat menyaksikan di seberang sana ribuan pasukan Omra sedangn menuju ke arah pasukannya. Dia mengalihkan pandangannya ke lini tengah, jauh sekitar lima ratus meter di sana, terjadi pertempuran yang tidak berimbang, sampai-sampai pasukan pemanah menaiki bukit padahal bukit di tengah tidak bisa dinaiki. Sementara pasukan di bawah komando Herbert semakin lama semakin tidak bisa mengimbangi serangan musuh. Bahkan, dia terpaksa turun tangan bersama prajurit elit untuk bertarung dengan sekuat tenaga. Meski dia berhasil membunuh banyak musuh, namun pasukannya jauh lebih banyak yang gugur. Pasukan Hudde dan pasukan musuh yang bakal menyerang adalah satu berbanding sepuluh. Satu-satunya cara untuk menahan serangan tersebut adalah dengan cara meminta bantuan pasukan ca

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 75

    Pada saat pertempuran berlangsung tadi, sebenarnya Harlino bersama sepuluh pasukan berkudanya sudah mengintai pasukan Omra. Setelah mereka mendapatkan banyak informasi penting, akhirnya mereka memutuskan untuk segera kembali ke kamp. Namun, dari kejauhan mereka melihat pasukan sedang menaiki bukit sisi kiri, karena itu mereka menyetop perjalanan. Dan mereka sangat kaget begitu melihat lima pasukan berkuda Omra sudah berada di dekat mereka. “Kalian mau mengintai kami ha?” sergah Harlino menyeringai geram. Padahal .... Karena jumlah pasukan yang tidak berimbang, akhirnya Harlino yang bergerak maju duluan lalu disusul yang lain. Satu prajurit Glora harus mati meski mereka menang telak. Satu nyawa untuk lima nyawa. Pasukan Harlino bergegas menemui Brockley dan memberikan semua informasi, termasuk keberadaan Mundric. Sebab, Mundric merupakan sasaran paling utama dalam pertempuran Battle Of Glory Jilid 2. *** Hingga matahari hampir terbenam, tidak ada serangan besar dari masing-masin

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 74

    Saat pasukan pemegang tombak dan infanteri bagian depan mundur ke belakang, pasukan berkuda pemegang rantai kawat di ujung kiri dan kanan mengangkat rantai kawat dan memacu kuda. Di saat bersamaan, pemegang tombak dan infanteri yang mundur tadi bergerak ke kiri dan kanan membentuk formasi cekung dan berlarian ke arah sisi kiri dan kanan Phallanx Omra, pas di belakang penunggang kuda pemegang rantai kawat. Formasi phallanx Omra yang rapi jadi kacau balau dan tak karuan. Tombak yang mengarah lurus dan ke depan dan ke atas lantas mengarah ke segala arah. Mereka sibuk menunduk dan melompat dari rantai kawat tipis tapi tajam. Jika mengenai wajah, pasti baret semua. Meski sudah menghindar, sebagian kecil terkena serangan rantai kawat itu. Sebenarnya fungsi utamanya hanyalah mengacaukan formasi musuh, bukan memberikan serangan signifikan. Sebab, semua orang pasti akan menghindar bagaimana pun keadaannya. Herbert dan Hudde yang berada di sisi kiri dan kanan pun tercengang menyaksikan betap

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 73

    Total pasukan Omra di medan pertempuran hanya 25.000, terdiri dari sepuluh ribu prajurit militer dan lima belas ribu relawan. Lima ratus pasukan berkuda, separuhnya prajurit elit dengan baju besi. Jenderal Herbert memimpin pasukan kavaleri berjumlah dua ratus orang di sayap kiri, sementara Hudde memimpin pasukan kavaleri di sayap kanan. Phallanx yang hanya berjumlah tak lebih daris seribu orang berada di baris depan. Di belakang Phallanx terdapat pasukan infanteri, dan di belakangnya lagi ada pasukan pemanah. Sama seperti pasukan musuh, di tengah dan paling depan ditempati oleh para relawan yang tak terlalu pandai dalam peperangan. Sebagian besar mereka memegang tombak panjang dan juga pedang. Sementara pasukan elit ditempatkan di sayap kanan, sayap kiri, pasukan cadangan di balik bukit, dan pasukan cadangan yang dipimpin oleh Brockley. Dua puluh empat ribu lebih pasukan dari Kerajaan Glora telah berada pada formasi yang sama persis seperti pasukan musuh. Divisi tengah dan belakan

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 72

    Ketika mendapatkan sebuah kesempatan emas, Brockley berhasil melepaskan helm besi di kepala Hopkin. Dan hitungan detik selanjutnya ...... Sroott!! Darah segera keluar dari leher Hopkin. Belum mati sepenuhnya, lantas Brockley menebaskan pas di batang leher, hingga kepala Hopkin terpisah dari tubuhnya. Mundric ternganga. “Kurang ajar! Yang Mulia, dia telah membunuh anak ku?!” Mundric bersimpuh meratapi kematian anaknya dari jauh. “Brockley, kau bakal menyusul ayah dan ibumu!” Genderang perang pun ditabuh. Kaisar Aurelix memberikan perintah kepada semua komandannya untuk segera merapikan barisan. Namun, sebelum formasi mereka terbentuk, Brockley segera memerintahkan kepada seribu pasukan untuk bergegas menuju lokasi pertempuran. Seorang Jenderal dari pasukan Omra berkata kepada Kaisar bahwa pihak Kerajaan Glora pasti memancing untuk mengikuti pergerakan mereka. “Bisa jadi jebakan, bisa juga mereka telah menyiapkan arena pertempuran buat kita, Yang Mulia.” Jenderal Garrix menjura d

  • KISAH GLORY : Panglima Perang   Bab 71

    Herbert dan Hudde saling tatap ketika Brockley telah meninggalkan kamp bersama seribu pasukan. Mereka hanya berharap bahwa Brockley jujur pada rencananya, yakni cukup sebagai alat pancingan saja, biar pasukan musuh terseret masuk ke lembah di bawah sana. Di lokasi perbukitan, dari kamp tengah tidak bisa langsung turun ke bawah karena terlalu curam dan dipenuhi bebatuan, maka untuk bisa sampai ke sini harus melalui sisi kiri yang cukup jauh di mana terdapat kamp kiri. Jika sudah berada di kamp kiri, maka baru bisa turun ke lembah. Musuh tidak akan bisa menyerang kamp tengah secara langsung kecuali jika mereka bisa mengalahkan titik di kamp sebelah kiri terlebih dahulu. Begitu juga di kamp sebelah kanan, di sana terdapat tempat untuk turun ke lembah di bawah sana. Masih ada satu titik lagi yang saat ini masih disembunyikan, yakni di sebuah bukit arah timur laut dari kamp tengah. Di sana terdapat pasukan berkuda terpilih dan merupakan bagian kavaleri berat sekitar lima puluh orang di

DMCA.com Protection Status