Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami

Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami

Oleh:  Rat!hka saja  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat
103Bab
5.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Maaf Mas, ada jurang tak kasat mata di antara kita. Aku ini janda dan ibu tunggal, tidak pantas bersanding denganmu. Sekalipun hati kami berdua kamu menangkan, ingatlah, kita terhalang status. Belum lagi mantan suamiku selalu berulah," ucapku agar ia mengerti. Aku cukup tahu diri. Mata teduhnya semakin menatap dalam dan aku merasa tenggelam. Sudut bibirnya berkedut lalu berkata, "Untuk pertama kalinya saya senang bilang ... TERSERAH. Kamu silahkan menjauh, nanti aku kejar. Saya tidak mau kalah dari mantan suamimu itu. Kalau kamu sabar, saya bisa tegar. Kita lihat, ke mana perahu nasib kita berlayar." Aku menghirup napas serakah, keras kepala sekali pria ini. Ingin kutabok kepalanya, tapi sayang, takut otak cerdasnya rusak. Masa laluku yang selalu saja membawa kesulitan dan keinginan keluarganya yang rumit. Benarkah bisa seperti ucapnya? Entahlah, aku hanya bisa diam membisu, takut berharap berujung sakit.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Ratu Bee
Menginspirasi, tokoh ceweknya realistik
2023-01-23 10:42:40
0
default avatar
Ratu Bee
Agam ... lope lope you
2023-01-22 14:56:35
0
user avatar
AkuRam
Muncul di sini rupanya. Kukira disimpan dan bikin full folder, Sis. Ini sempat ganti judul? Seingatku di cerita bukan sekelumit sesal, judulnya beda
2022-11-21 21:32:24
1
user avatar
Mblee Duos
bab awal udah mengandung bawang. bikin terharu.... semangat kak, nulisnya!... saling support juga yuk, di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-19 13:36:01
2
user avatar
Rat!hka saja
Terima kasih Kakak-kakak atas komentarnya. Semoga semakin banyak yang suka ...
2022-11-11 00:20:37
2
user avatar
Nona Pelangi
Sedih tapi mau ketawa juga. Ada ya istri mengancam mau kasih talak kayak Risa hahaha
2022-11-05 19:01:12
1
user avatar
Nona Pelangi
Seru bacanya, kepengen jitak suaminya. Mentang-mentang cucu juragan mau punya bnyak istri
2022-11-05 18:59:57
1
user avatar
Kurnia Sari
ramaikan yuuukkk
2022-11-02 20:27:05
2
user avatar
Kurnia Sari
Semangat akak
2022-10-21 06:30:28
3
103 Bab

Part 1 Cucu Menantu Juragan Sapi

"Kamu itu bukan siapa-siapa! Kamu cuma gadis miskin yang beruntung dipilih kakek jadi istriku. Kalau perutmu sakit, ya urus sendiri. Siapa suruh kamu hamil! Aku sudah berkali-kali bilang kalau aku belum siap jadi ayah, aku masih mau seneng-seneng!" bentaknya dengan telunjuk yang berkali-kali mendorong kepalaku. Rasanya sakit sekali mendengar ucapannya. Haruskah aku balas kalau memang dia tidak sanggup jadi ayah, kenapa harus membuang benihnya di dalam rahimku? Ingin sekali aku berteriak jika rasa pil kontrasepsi yang dibelikannya itu sangat pahit. Sepahit kata yang meluncur dari lidahnya. "Kenapa diam? Tumben?!" bentaknya lagi. Belakangan ini kami memang kerap kali adu mulut. Selain perangainya yang berubah kasar, suamiku juga kadang semaunya. Sementara aku sendiri kadang merasa jika kehamilanku ini membawa perubahan besar dalam kondisi tubuh dan mentalku. Aku mendongak membalas tatapannya. Sekuat tenaga kutahan agar genangan di pelupuk mata tidak jatuh dan malah menunjukkan kelem
Baca selengkapnya

Part 2 Rahasia Ibu Mertua

Tangisku kembali luruh seperti luruhnya hujan menyapa bumi. Sepertinya mendukung suamiku untuk terus leluasa memakiku tanpa ada yang bisa mendengar. Setiap kali dia berteriak dan membentakku, selalu saja disusul petir yang menggelegar."Aku hanya butuh sedikit kebebasan, Mas. Jangan pasung aku dengan semua aturan yang membuatmu seperti suami palsu. Sejak menikah denganmu, hanya sebulan pertama kamu memperlakukanku layaknya seorang istri. Kalau memang kamu tidak menyukaiku, lepaskan aku dan dapatkan kebahagiaanmu yang lain. Bukankah kamu menganggapku sebagai beban?" Dia kembali bungkam."Diam kamu! Habis makan apa kamu sampai bisa ngomel kayak gini?" tanyanya sembari mencengkram rahangku. Perlahan aku membuka mata dan kembali menatap dalam pasang telaga bening yang kini berkobar karena amarah. Tatapan cinta yang dulu kulihat di sana, seakan menguap tak bersisa. Sekarang aku sadar, aku benar-benar sendiri. Aku tidak bisa berharap pada pria yang bergelar suami ini. Pun demikian dengan k
Baca selengkapnya

Part 3 Saya Minta Divisum

Bagai dihantam palu, aku gemetar. Sekujur tubuhku rasanya mati rasa. Wanita itu baru saja mengatakan sebuah rahasia besar yang membuatku sesak. Bagaimana bisa mereka berdua setega itu pada keluarga sendiri? Telingaku tidak mungkin salah tangkap. Ibu mengulanginya sampai dua kali. Entah apa yang dikatakan kakek, yang jelas aku tahu mereka berdebat.Tidak terbayang olehku apa yang akan terjadi pada Mas Adi jika tahu fakta ini. Ibu dan kakek menyimpan rahasia yang mengejutkan. Mungkin jauh lebih mengejutkan dari gempa bumi. Tekadku untuk pergi dari keluarga ini semakin bulat. Aku tidak tahan lagi berada di antara mereka.Tidak lama akhirnya panggilan telpon antara ibu dan kakek berakhir. Ibu mendumel mengatakan kakek tua bangka yang tidak tahu diri dan hanya mau enaknya saja. Setelah itu ibu malah memuji kakek. Sungguh aku tidak mengerti kinerja otak Nyonya Eda. Baru saja ia mencibir, sedetik kemudian ia memuji."Halo Mas, aku di rumah sakit. Menantu kita masuk rumah sakit karena pendar
Baca selengkapnya

Part 4 Membuka Topeng

Dua hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mas Adi membawaku pulang. Bukan pulang ke rumah kami, melainkan ke rumah utama tempat kakek dan kedua mertuaku tinggal bersama beberapa asisten rumah tangga. Telapak tanganku basah membayangkan seperti apa nantinya respon mereka saat aku mengutarakan hal yang kupendam ini.Kakek dan ayah mertuaku menyambutku dengan senyum lembut. Ibu mertuaku, seperti biasa dia tampak ogah-ogahan dan memasang senyum palsu ketika aku meliriknya. Mungkin takut jika ayah mertua dan suaminya tahu jika selama ini ia tidak menyukaiku. "Apa kata dokter, Nak?" tanya kakek sembari mengusap puncak kepalaku."Sudah lebih baik, Kakek. Dokter cuma minta banyak istirahat agar lekas pulih," ujarku apa adanya seperti yang disarankan dokter kandunganku.Ayah mertuaku mengusap dadanya lega. "Alhamdulillah, dijaga dengan baik ya Nak … cucu ayah. Rasanya sudah tidak sabar mau menimangnya," ungkapnya dengan tersenyum lebar. Namun entah mengapa hatiku berdenyut ngilu mendengarnya.
Baca selengkapnya

Part 5 Ancaman Untuk Meminta Talak

"Tubuhku sudah penuh dengan bekas pukulannya. Hanya sebulan pertama pernikahan kami dia bersikap baik padaku. Bulan kedua dia mulai menghindariku dan memperlakukanku seperti wanita pemuas nafsu. Bulan-bulan berikutnya dia berani membentakku, bahkan saat aku hamil … dia menghempaskanku di atas ranjang. Kukatakan agar kalian tahu alasan lain meminta cerai selain karena dia selingkuh," tuturku yang membuat pria 73 tahun itu terhenyak di sofa. Dia pasti sangat syok mengetahui kelakuan cucu kesayangannya. Kuceritakan semua yang terjadi beberapa hari yang lalu saat ia pulang dalam kondisi mabuk. Semalaman aku mengurusnya hingga aku tahu jika ia tertekan karena takut jika rahasianya diketahui ayah dan juga kakek. Awalnya tidak kutahu hal apa yang membuatnya tertekan karena saat kutanya, dia justru marah dan memintaku diam. Pagi saat dia bangun, aku merasa tubuhku demam. Dia hendak pergi sehingga aku meminta dibelikan makanan untuk makan siang. Selain tak ada bahan makanan di dapur, aku sud
Baca selengkapnya

Part 6 Oleh-oleh Bergizi

Ibu mertuaku yang tadinya berlutut kini bersimpuh di lantai sembari menggeleng pelan melirik suami dan mertuanya. Terhenyak memikirkan nasib yang bahkan belum ditanggapi oleh suaminya sendiri. Raut wajahnya kian mengiba. Sungguh dia wanita luar biasa, tidak rela dimadu tapi tega berselingkuh. "Mas mau jemput sendiri atau minta orang lain yang ke sana dan mereka mulai bertanya-tanya? Melibatkan orang lain hanya akan menjadikan kita semua ini bahan gibah." Kembali kuingatkan Mas Adi agar segera bergegas ke rumah kepala desa.Melihat anggukan kakek, Mas Adi beranjak walau kulihat dia seakan enggan. Semakin didesak maka mereka akan semakin kalut. Jika kutunda, mereka hanya akan menyusun rencana dan berbalik menuduhku. Bukan berburuk sangka, hanya saja setahun mengenal mereka aku tahu kemungkinan yang dipikirkan kakek. Pria tua ini akan menyogok kepala desa. Akan kupuji kakek jika hal itu berhasil.Terdengar suara mobil di halaman depan. Kami semua menoleh dan penasaran siapa gerangan ya
Baca selengkapnya

Part 7 Mudah Bagi yang Tidak Mengalaminya

"Nak? Risa?" Rasa penasaran ayah menuntut jawaban.Aku hanya mengulas senyum tipis. Dari Bi Uma kutahu jika ibu mertuaku sangat membenci ibu tiriku karena selalu menganggap ayah mertuaku ini menyukainya. Padahal yang kupahami, ayah hanya kasihan padanya yang seorang janda tanpa penghasilan yang menentu. Mungkin ibu tiriku juga tertekan dan menjadikanku jaminan atas pinjamannya pada kakek. Awalnya aku hanya bekerja paruh waktu dengan menjadi karyawan pom bensin. Selebihnya membuat kue dan keripik yang kutitipkan di warung. Ketika melihat surat perjanjian antara ibu tiriku dengan kakek, aku merasa seperti barang yang dijual."Masuklah ke kamar dan beristirahat. Adi baru saja kirim pesan kalau kepala desa masih rapat di kantornya. Mungkin sejam atau dua jam kemudian baru mereka datang. Selain itu, kita juga harus menunggu kakek," kata ayah yang juga beranjak ke kamarnya. Kurebahkan tubuh ini setelah memasang alarm di ponsel. Rasanya tidak sabar menunggu sore. Aku tidak sepenuhnya yakin
Baca selengkapnya

Part 8 Pahami Hukumnya

"Sebelum memutuskan untuk bercerai, pahami dulu hukumnya," ucap Pak Karto mengulas senyum. Entah apa makna senyumnya itu, yang jelas aku merasa was-was karena takut pria itu mempersulitku.Pak Karto mengangguk dan aku merasa puas melihat wajah Mas Adi pias. Luntur sudah rencananya yang hendak menjadikan Devi maduku. Dasar pria serakah, mau punya dua istri tapi mengurus satu istri saja tidak mampu. Pak Karto yang menjabat sebagai kepala desa kami adalah satu guru swasta yang mengajar di pondok pesantren di kampung sebelah. Alasan itulah mengapa pria itu yang kuminta menjadi saksi. Pengetahuannya jauh lebih banyak dan karakternya yang tidak pilih kasih pada siapa pun membuatku tenang.Pak Karto mulai menjelaskan beberapa hukum talak. Ada talak sunni yang sesuai prosedur syariat dan talak bid'i yang tidak sesuai prosedur syariat. Ada beberapa undang-undang dan pasal yang disebutkan Pak Karto dan juga ayat Al-Quran. "Menalak istri yang sedang hamil itu boleh dan hukumnya sah. Sesuai den
Baca selengkapnya

Part 9 Tatapan Sendu Mas Adi

Setelah talak satu yang diucap Mas Adi kemarin sore, suasana pagi ini menjadi canggung. Meski begitu aku tetap menyiapkan kebutuhannya. Pakaian, makanan untuk sarapan dan alas kakinya yang kuselipkan kaos kaki. Pria itu kadang merusak susunan pakaian yang rapi dan mengobrak-abrik isi boks.Semalam ia tidur di kamar tamu dan aku di kamarnya. Ayah mertuaku meminta kami tinggal di rumah ini untuk sementara waktu. Mungkin takut jika putranya kembali menganiaya diriku.Kulihat dia masuk ke kamar dan langsung bergegas ke kamar mandi. Kubiarkan saja dan aku yang keluar kamar dan memilih ke halaman samping. Di sana ada beberapa sayuran yang setahuku pernah ditanam oleh Bu Uma. Walau menjadi cucu menantu, aku tidak pernah membiarkan pembantu yang lain melayaniku."Neng Risa cari apa?" tanya Bu Romlah, wanita yang juga salah satu pembantu di rumah ini.Tubuhnya yang tambun membawa sebaskom besar pakaian yang telah dicuci. Dia hendak menjemur pakaian yang sepertinya milik ibu mertuaku. Pakaian m
Baca selengkapnya

Part 10 Maaf yang Palsu

Jika sebulan lalu ia menyiksaku dengan kejam, kini sikapnya yang melemah ini turut menyiksaku. Aku jadi serba salah dibuatnya. Setelah memelukku dulu di depan Pak Karto dan keluarganya, akhirnya dia mengucapkan talak satu itu.Jika saja aku masih mengharapkannya, mungkin aku akan bersikap berbeda dan luluh memaafkannya. Dia seolah mengalami patah hati, menjadi sosok yang sakit hatinya. Bukankah seharusnya dia bahagia karena seminggu lagi dia akan menikah dengan selingkuhannya?Berita pernikahan Mas Adi dengan Devi memang sempat membuat gempar. Banyak yang ingin tahu pendapatku. Tidak ssdikit pula yang lebih penasaran dengan alasan mereka menikah. Ibu Romlah sebagai penyambung tali informasi turut memberikanku kabar. Ibu-ibu di pasar juga kadang bergosip tentang pernikahan mereka yang mendadak bahkan disaat aku hamil. Namun seperti dugaanku sebelumnya, lidah mertuaku punya andil. Dalam beberapa hari terakhir kembali beredar gosip baru. Kabarnya jika sebelum aku dan Mas Adi dinikahkan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status