Share

Part 6 Oleh-oleh Bergizi

Penulis: Rat!hka saja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-26 23:39:49

Ibu mertuaku yang tadinya berlutut kini bersimpuh di lantai sembari menggeleng pelan melirik suami dan mertuanya. Terhenyak memikirkan nasib yang bahkan belum ditanggapi oleh suaminya sendiri. Raut wajahnya kian mengiba. Sungguh dia wanita luar biasa, tidak rela dimadu tapi tega berselingkuh. 

"Mas mau jemput sendiri atau minta orang lain yang ke sana dan mereka mulai bertanya-tanya? Melibatkan orang lain hanya akan menjadikan kita semua ini bahan gibah." Kembali kuingatkan Mas Adi agar segera bergegas ke rumah kepala desa.

Melihat anggukan kakek, Mas Adi beranjak walau kulihat dia seakan enggan. Semakin didesak maka mereka akan semakin kalut. Jika kutunda, mereka hanya akan menyusun rencana dan berbalik menuduhku. 

Bukan berburuk sangka, hanya saja setahun mengenal mereka aku tahu kemungkinan yang dipikirkan kakek. Pria tua ini akan menyogok kepala desa. Akan kupuji kakek jika hal itu berhasil.

Terdengar suara mobil di halaman depan. Kami semua menoleh dan penasaran siapa gerangan yang bertamu siang ini? Dari jendela kutahu itu mobil yang cukup mewah dan keluaran baru yang muncul di televisi.

"Hen, bawa masuk uang itu. Kalian bertiga juga ikut masuk, itu tamuku yang dibawa Dadang," kata kakek yang memberi perintah disertai arahan dagunya.

Aku masuk ke kamar Mas Adi dan langsung mengunci kamar. Kusandarkan tubuh lelah ini di balik daun pintu berbahan jati itu. Suara salam tamu dan Mas Dadang, sepupur iparku menyapa rungu. Penasaran, kudekatkan daun telinga ke pintu.

"Kabar Kakek bagaimana? Kakinya masih sering kram?" tanyanya yang kudengar beriringan dengan suara kantong kresek. "Ini salak yang dipesan khusus sama cucu Kakek, kata dokter berkhasiat mengatasi diabetes. Tadi kami ke rumahnya Adi, Kek. Tetangganya bilang lihat mobilnya Adi ke arah sini, jadi saya pikir pasti ke rumah Kakek." Suara Mas Dadang seperti biasa terdengar sopan. 

"Iya, memang mereka ke sini. Istrinya kan sempat dirawat di rumah sakit, kami minta mereka tinggal di sini dulu sampai cucu menantu benar-benar pulih," timpal Tuan Santoso. Pandai sekali kakek bermain kata, kini terdengar begitu bersahaja.

Entah apa yang mereka lakukan aku tak tahu. Samar suara ayah mertuaku turut menyapa mereka. Suara ibu mertua tidak terdengar, mungkin sengaja bersembunyi di kamar karena matanya sembab. Pasti Mas Dadang akan bertanya penyebabnya dan dia tidak ingin repot menjawabnya.

"Kenalkan, ini putra pemilik restoran di Surabaya. Tiga bulan ini restoran mereka yang di mall selalu pesan daging sapi sama saya, Paman, Kakek," jelas Mas Dadang.

"Ini kartu nama saya, restoran kami memang masih baru di Surabaya. Saya butuh pasokan daging segar yang terjamin mutunya. Mas Dadang mengajak saya untuk meninjau langsung dan memilih sesuai kriteria," jelasnya tenang dan dari suaranya kutaksir dia pria yang masih muda tapi berwibawa. Dia tidak berbasa-basi dan langsung mengutarakan niatnya.

"Saya sudah dengar kemarin dari Dadang. Peternakan keluarga kami memang memiliki beberapa kandang dan dikelompokkan berdasarkan jenis sapi dan jenis pakannya. Kita bisa mengecek langsung ke sana. Anda juga bisa menentukan sapi-sapi mana yang dikhususkan untuk dikirim ke Dadang. Nanti di tempatnya Dadang, sapinya dipotong dan diantarkan ke restoran," jelas Tuan Santoso yang pamit sejenak, sepertinya beranjak untuk bersiap-siap.

Pembicaraan tamu itu dengan Mas Dadang dan ayah mertuaku beralih pada jenis menu yang disajikan di restorannya. Tiba-tiba tamu itu pamit hendak mengambil sesuatu di mobilnya. Aduh … ingin sekali aku minta tamu itu bicara terus karena aku menyukai caranya bertutur kata.

Kudengar ayah dan Mas Dadang berbincang sejenak. Mas Dadang membahas tentang kedekatan Mas Adi dan Devi yang ternyata sudah jadi buah bibir di kecamatan sebelah. Mas Dadang ternyata mendengarnya dari salah satu kurir usaha ayam potong milik Mas Adi.

"Pak Hendra, ini dibuat khusus untuk menantu Anda. Setelah mendengar kabar dari Mas Dadang kalau menantu Anda sedang hamil, saya minta koki restoran untuk membuatkan menu ini. Kandungannya kaya akan asam folat dan baik untuk perkembangan janin," ucap tamu kakek yang membuat air mataku luruh seketika.

Pria asing itu begitu perhatian sampai memikirkan gizi janin dalam kandunganku. Sementara ayahnya sendiri sama sekali tidak peduli aku makan atau tidak. Jangankan memastikan soal gizi, bertanya apakah aku sudah makan atau belum, tidak pernah lagi dilakukan suamiku.

Suara ketukan pintu membuatku tersentak. Di balik pintu ada ayah yang memintaku keluar. Daun pintu mulai kutarik dan yang pertama kali kulihat adalah kotak makanan yang menyerupai rantang kotak. Ada tiga susun dan benda berwarna abu-abu itu semakin mendekat ke arahku.

"Masuklah ke dapur, Nak! Nikmati makan siangmu. Memang sudah waktunya kamu makan siang dan harus minum obat dari dokter kandunganmu. Ingat, lakukan yang terbaik untuk cucu ayah," pintanya. Kuterima kotak makanan itu sembari mengangguk.

Tidak dipungkiri, perutku memang sudah lapar. Selain berbadan dua dan butuh asupan lebih, tenagaku terkuras karena stres. Ketika kubuka masing-masing tiga susun kotak makanan itu, air mataku kembali jatuh. 

Baik sekali pria itu menyiapkan menu lezat bergizi ini. Ada olahan daging dengan bumbu yang menggugah selera dan ada sup brokoli. Kotak dengan bahan stainless di bagian dalamnya membuat makanan itu masih tetap hangat. Senyumku terbit merasakan lidahku mengecapi rasanya yang lezat. 

Di kotak paling bawah ada puding dengan aneka potongan buah segar. Sungguh makanan itu rasanya terlalu mewah untukku. Baru kusadari setelah penutup kotaknya kubalik, ada nama koki yang membuat makanan itu. Kelak jika aku ke Surabaya, akan kucoba walau sekali saja untuk menikmati menu ini lagi. 

Samar masih kudengar suara mereka di ruang tamu. Tampaknya kakek sudah selesai berganti pakaian. Ingin rasanya mengucapkan terima kasih secara langsung pada putra pemilik restoran itu, tapi makananku belum habis. Kuharap rezekinya terus bertambah dan menebar kebaikan seperti ini.

Mulai besok aku juga akan mengupayakan gizi terbaik untuk janin dalam kandunganku. Oleh-oleh bergizi ini sudah menjadi petunjuk bagiku. Bukan hanya egoku untuk berpisah yang harus kuwujudkan, tapi hak anakku pun demikian. Aku harus belajar mengontrol emosi agar ia tetap sehat.

"Bagaimana, Nak? Apa rasanya enak?" tanya ayah yang datang menghampiri dan ikut duduk di meja makan. 

Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum karena mulutku penuh. Kutawarkan ayah puding yang belum kusentuh tapi ia menolaknya. Katanya itu jatah puding untuk cucunya.

Kembali kulihat raut sendu di wajahnya. Kelak jika Mas Adi menua, wajahnya pasti sangat mirip dengan ayah mertuaku ini. Foto hitam putih saat ayah masih kecil sangat mirip dengan foto Mas Adi saat masih SD.

"Ayah minta maaf karena putra ayah sudah menyakitimu, Nak," ucapnya parau ketika aku sudah menghabiskan dua kotak menu di hadapanku.

"Tidak ada yang perlu disesali Ayah. Dulu saat aku dan Mas Adi menikah, bukankah caranya memang sudah tidak wajar? Aku tahu jika ibu tiriku menjualku pada Kakek," ujarku yang membuatnya tersentak.

"Ka-kamu tahu? Sejak kapan? Si-siapa yang memberitahumu, Nak?" tanya ayah gelagapan.

***

Bab terkait

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 7 Mudah Bagi yang Tidak Mengalaminya

    "Nak? Risa?" Rasa penasaran ayah menuntut jawaban.Aku hanya mengulas senyum tipis. Dari Bi Uma kutahu jika ibu mertuaku sangat membenci ibu tiriku karena selalu menganggap ayah mertuaku ini menyukainya. Padahal yang kupahami, ayah hanya kasihan padanya yang seorang janda tanpa penghasilan yang menentu. Mungkin ibu tiriku juga tertekan dan menjadikanku jaminan atas pinjamannya pada kakek. Awalnya aku hanya bekerja paruh waktu dengan menjadi karyawan pom bensin. Selebihnya membuat kue dan keripik yang kutitipkan di warung. Ketika melihat surat perjanjian antara ibu tiriku dengan kakek, aku merasa seperti barang yang dijual."Masuklah ke kamar dan beristirahat. Adi baru saja kirim pesan kalau kepala desa masih rapat di kantornya. Mungkin sejam atau dua jam kemudian baru mereka datang. Selain itu, kita juga harus menunggu kakek," kata ayah yang juga beranjak ke kamarnya. Kurebahkan tubuh ini setelah memasang alarm di ponsel. Rasanya tidak sabar menunggu sore. Aku tidak sepenuhnya yakin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 8 Pahami Hukumnya

    "Sebelum memutuskan untuk bercerai, pahami dulu hukumnya," ucap Pak Karto mengulas senyum. Entah apa makna senyumnya itu, yang jelas aku merasa was-was karena takut pria itu mempersulitku.Pak Karto mengangguk dan aku merasa puas melihat wajah Mas Adi pias. Luntur sudah rencananya yang hendak menjadikan Devi maduku. Dasar pria serakah, mau punya dua istri tapi mengurus satu istri saja tidak mampu. Pak Karto yang menjabat sebagai kepala desa kami adalah satu guru swasta yang mengajar di pondok pesantren di kampung sebelah. Alasan itulah mengapa pria itu yang kuminta menjadi saksi. Pengetahuannya jauh lebih banyak dan karakternya yang tidak pilih kasih pada siapa pun membuatku tenang.Pak Karto mulai menjelaskan beberapa hukum talak. Ada talak sunni yang sesuai prosedur syariat dan talak bid'i yang tidak sesuai prosedur syariat. Ada beberapa undang-undang dan pasal yang disebutkan Pak Karto dan juga ayat Al-Quran. "Menalak istri yang sedang hamil itu boleh dan hukumnya sah. Sesuai den

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 9 Tatapan Sendu Mas Adi

    Setelah talak satu yang diucap Mas Adi kemarin sore, suasana pagi ini menjadi canggung. Meski begitu aku tetap menyiapkan kebutuhannya. Pakaian, makanan untuk sarapan dan alas kakinya yang kuselipkan kaos kaki. Pria itu kadang merusak susunan pakaian yang rapi dan mengobrak-abrik isi boks.Semalam ia tidur di kamar tamu dan aku di kamarnya. Ayah mertuaku meminta kami tinggal di rumah ini untuk sementara waktu. Mungkin takut jika putranya kembali menganiaya diriku.Kulihat dia masuk ke kamar dan langsung bergegas ke kamar mandi. Kubiarkan saja dan aku yang keluar kamar dan memilih ke halaman samping. Di sana ada beberapa sayuran yang setahuku pernah ditanam oleh Bu Uma. Walau menjadi cucu menantu, aku tidak pernah membiarkan pembantu yang lain melayaniku."Neng Risa cari apa?" tanya Bu Romlah, wanita yang juga salah satu pembantu di rumah ini.Tubuhnya yang tambun membawa sebaskom besar pakaian yang telah dicuci. Dia hendak menjemur pakaian yang sepertinya milik ibu mertuaku. Pakaian m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 10 Maaf yang Palsu

    Jika sebulan lalu ia menyiksaku dengan kejam, kini sikapnya yang melemah ini turut menyiksaku. Aku jadi serba salah dibuatnya. Setelah memelukku dulu di depan Pak Karto dan keluarganya, akhirnya dia mengucapkan talak satu itu.Jika saja aku masih mengharapkannya, mungkin aku akan bersikap berbeda dan luluh memaafkannya. Dia seolah mengalami patah hati, menjadi sosok yang sakit hatinya. Bukankah seharusnya dia bahagia karena seminggu lagi dia akan menikah dengan selingkuhannya?Berita pernikahan Mas Adi dengan Devi memang sempat membuat gempar. Banyak yang ingin tahu pendapatku. Tidak ssdikit pula yang lebih penasaran dengan alasan mereka menikah. Ibu Romlah sebagai penyambung tali informasi turut memberikanku kabar. Ibu-ibu di pasar juga kadang bergosip tentang pernikahan mereka yang mendadak bahkan disaat aku hamil. Namun seperti dugaanku sebelumnya, lidah mertuaku punya andil. Dalam beberapa hari terakhir kembali beredar gosip baru. Kabarnya jika sebelum aku dan Mas Adi dinikahkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 11 Rencana Picik Dibalas Trik Licik

    Mas Adi diam. Bibirnya terus dikulum sampai membentuk garis tipis. Setakut itukah dia jujur?Kaki ini maju selangkah mendekati kursinya. Kulihat jakunnya naik turun, seperti sedang menelan kerikil saja sampai segitu sulitnya menjawab. Urat lehernya mulai menegang, begitu juga bahunya. Kuusap bahunya dan Mas Adi mendongak menatapku."Tidak masalah siapa yang berkeinginan, tapi kalau bisa … sebagai laki-laki kamu berpikir, Mas. Kalau kamu di posisiku, apa kamu sanggup seatap dengan laki-laki yang kubawa masuk ke rumah ini meski dia berstatus suamiku? Jika aku berstatus janda, itu artinya aku juga bisa menikah dengan siapa pun, bukan?" sindirku telak. Wajahnya memerah dan aku berlalu masuk ke kamar. Kukepalkan tangan dan meremas udara kosong. Bersandar di balik pintu, kupindai kamar kami. Kamar dan ranjang pernikahanku dengannya. Sebentar lagi semua itu akan berganti pemilik. Tiba-tiba saja muncul ide untuk membalas Devi. Sebelum itu aku harus meminta tolong pada seseorang. Semoga saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 12 Garis Takdir Tidak Bisa Ditebak

    Alunan musik dangdut masih dilantunkan oleh salah seorang penyanyi. Bukan oleh seorang biduan yang mengenakan pakaian seksi, tapi salah seorang penyanyi dari ajang pencarian bakat. Biasanya warga desa hanya melihatnya dari layar televisi, tapi khusus hari ini dihadirkan sebagai salah satu tamu.Awalnya aku sudah berniat meninggalkan desa ini. Setelah mendengar jawaban Mas Adi malam itu, tekadku semakin bulat. Rasanya aku lelah menunjukkan senyum kepalsuan pada para tamu. Ternyata permintaan malam itu adalah permintaan Devi. Wanita itu pasti mau pamer desahan malam pertama pernikahannya padaku.Ada yang menatapku heran. Tak sedikit yang menunjukkan raut prihatin. Yang membuatku kesal malah ada beberapa di antara mereka yang berbisik tidak sopan dengan mengatakan kalau sedang menunggu status jandaku. Mungkin saja kabar perceraianku sudah tersebar.Devi ternyata tamak juga. Selain merebut Mas Adi, dia juga berusaha membuatku malu di acara ini. Dengan mudahnya ia memberi penawaran yang su

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 13 Kontraksi

    Tiba di terminal Kota Kediri, kulihat Mas Dadang dan Mbak Hera yang melambai ke arahku. Perjalanan selama beberapa jam itu sama sekali tidak terasa lama bagiku. Mungkin karena aku sibuk memikirkan banyak hal."Kemarin itu mertua mbak masuk rumah sakit, jadinya cuma Mas Dadang yang ke sana. Itu pun cuma sebentar. Maaf ya, kami tidak bisa jemput kamu di sana," ungkap Mbak Hera setelah mengurai pelukannya. Lingkaran hitam di bawah matanya seakan menjelaskan jika belakangan ia pasti kurang beristirahat. Setahuku hubungan Mbak Hera dengan mertuanya sangat baik, dia menjadi kesayangan seolah putri sendiri. Mungkin karena wanita bertubuh mungil ini dicintai dengan tulus oleh suaminya."Tidak apa, Mbak. Untuk apa juga repot menjemput? Kalian menjemput di terminal ini saja pastilah sudah sangat merepotkan," ujarku merasa berat hati.Mbak Hera menggeleng lalu berbisik, "Tidak berat setelah dengar kabar kalau pengantin baru di sana habis dimarahi kakek. Kamu tahu, senang sekali rasanya dengar A

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 14 Ketuk Palu

    Jantungku kembali berdegup kencang. Darahku mulai berdesir kala kurasakan bayiku ini seakan bersemangat untuk lahir ke dunia. Rasanya memang sangat sakit. Aku tak berkata apa pun, tak juga merintih. Aku hanya tahu kalau aku bahagia. Sebentar lagi aku takkan sendirian di dunia ini.Kuitari tempat tidurku berkali-kali. Sedikit takut melangkah jika tidak berpegang. Aku takut jatuh seperti dulu. Teringat dengan bosku dan karyawan tempat londry, kuraih kembali ponsel dalam tasku. Kuhubungi wanita itu dan mengabari kondisiku yang mulai membaik. Kusampaikan ucapan terima kasihku karena mereka telah membawaku ke rumah sakit. Wanita itu kembali memberikan beberapa wejangan berdasarkan pengalaman saat dia akan melahirkan dulu.Sejam kemudian Mbak Hera datang bersama Mas Dadang. Mereka cukup lama karena mampir membeli selimut dan tiga pasang pakaian bayi. Pilihan Mas Dadang semua warna putih, katanya tidak tahu calon keponakannya laki-laki atau perempuan jadinya beli yang warna netral saja. Unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01

Bab terbaru

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 103 Panggilan Ayah

    Setelah dua hari menikmati liburan di pulau, kami kembali ke Makassar. Keesokan harinya, aku dan Agam menemani Aditya membeli oleh-oleh. Mantan suamiku itu awalnya terkejut, namun ketika kulirik Agam, dia pun paham.Aditya begitu tersentuh ketika Agam mengatakan jika uang celengannya masih sedikit. Uangnya tidak akan cukup untuk membeli dua pasang baju. Jadilah dia hanya memilih dua bando karena menolak saat aku menawarkan untuk menambahkan uangnya.Sepulang dari pulau, Agam juga ikut menginap bersama Aditya. Dia juga sengaja memintakan izin untuk tidak masuk sekolah selama dua hari. Hari Selasa sore, Aditya datang bersama Riswan dan Agam. Sore ini kami akan mengantar Aditya ke bandara. Dengan mata kepalaku sendiri, kulihat keakraban dua pria itu."Agam ingat waktu ketemu Om Liswan di bandala dulu. Agam nda jadi naik pesawat. Agam sama ibu naik kapal laut," ujar Agam ketika kami mampir di sebuah kafe bandara."In sya Allah kalau kita ke Surabaya, Agam akan naik pesawat. Bukannya Agam

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 102 Taktik Licik Tapi Manis

    Kualihkan pandanganku ke arah laut. Kilau indah di permukaan air sana mempesona. Tak lama lagi, akan terlihat matahari tenggelam yang tak kalah indahnya."Kau benar. Selama ini aku selalu terhasut kata-kata ibuku. Ayah bahkan pergi meninggalkan kami setelah tahu perselingkuhan ibu dan kakek. Sama seperti yang kau lakukan dulu." Dia meliriku.Aku tidak menampik maupun mengakuinya dengan lidahku. Kuyakin dia sudah menyadarinya. "Kini aku mengerti mengapa sejak kembali dari rumah sakit, kau tidak pernah menunjukkan sopan santun lagi pada kakek." Kubalas tatapannya dengan anggukan pelan. Aku akui jika sudah lama mengetahuinya. Alasan itulah yang membuatku berani membawa anakku jauh dari orang-orang seperti mereka. Lingkungan yang rusak tidak akan baik untuk anakku.Aku bukannya tidak berharap mereka bisa berubah. Hanya saja aku sadar, itu hal yang sulit. Aku tahu, aku tidak memiliki kemampuan untuk membuat mereka bertobat."Devi juga sama. Sejak dia melihatnya, dia mulai mengacuhkan ibu.

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 101 Ajakan Riswan

    Pertanyaannya malam itu kini terjawab sudah. Setelah menjelaskan tentang janjinya pada Agam, Riswan menunjukkan foto di layar ponselnya. Aku dan Aditya akhirnya mengangguk setuju dengan ajakannya. Akhir pekan ini terasa berbeda. Aku dan Aditya pun sama-sama menepis ego. Apalagi alasannya jika bukan demi Agam. Ketika Aditya menelpon Agam, mengatakan jika Riswan mengajak mereka ke pantai, Agam langsung mau ikut. Aditya memintanya mengajakku seolah-olah aku tidak tahu. Ketika aku setuju, Agam tampak begitu bahagia. Begitu juga halnya dengan Tita.Sama seperti Agam, gadis itu juga sibuk packing. Katanya, di sana dia akan membuat banyak foto dengan beberapa outfit yang khusus dibawanya. Tidak ketinggalan si Moi. Omong-omong, itu nama kameranya.Di atas kapal yang menampung lebih dari 20 orang, aku duduk menikmati angin laut. Aroma khas air laut yang terbawa akan jadi satu kenangan untukku. Ini pertama kalinya aku naik kapal seperti ini. Dulu saat kabur, aku dan Agam naik kapal yang lebih

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 100 Mengalah Bukan Berarti Kalah

    'Rawatlah ikhlas dalam hatimu, biarkan seorang ayah bertemu putra kandungnya. Mungkin setelah itu … kamu tidak akan lagi hawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini membayangimu. Termasuk dengan kemungkinan perasaanmu yang akan kembali terluka.'Aku sudah melakukan seperti sarannya. Aku ikhlas dan mengizinkan Aditya bertemu dengan Agam, bahkan keluarganya pun ikut datang. Namun balasan yang kuterima adalah rasa sakit. Dia malah datang membawa niatan baru untuk rujuk. Membuatku seperti wanita penggoda suami orang. Dia bodoh atau bagaimana? Bagaimana bisa dia berpikir aku mau menelan luka?'Memang tidak mudah, mungkin juga akan menyakitkan. Cobalah, mungkin sakitnya hanya sebentar, karena yang saya tahu … setiap rasa sakit selalu ada obatnya. Obat yang paling ampuh adalah … memaafkan.' Lagi-lagi kalimat yang pernah dituturkan Riswan terngiang. Benarkah rasa sakitnya hanya sebentar? Sebentar itu … berapa waktu yang harus kulalui untuk bisa bertahan?Sambil menata kembali jilb

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 99 Cinta Tak Bisa Dicegah

    Lelah dan jengah dengan sikap Aditya, aku akhirnya tiba di penghujung kesabaranku. Dua pekan ini dia benar-benar mengujiku."Aku tidak akan membiarkanmu bertemu Agam lagi, jika kau tidak kembali pada keluargamu. Aku tidak ingin kedua adik kembar dari pernikahanmu dan Devi punya hubungan buruk dimasa depan dengan Agam. Sikapmu ini, membuatku kembali kehilangan rasa percaya padamu. Aku, tidak sudi rujuk denganmu, Aditya." Kulihat raut wajahnya berubah drastis."Kenapa? Karena Devi mengancammu?"Aku menggeleng. "Bukan. Karena kau selalu mengingatkanku pada rasa sakit. Aku juga tidak sudi punya mertua seperti ibumu. Aku tidak bisa lupa saat dia menuduhku selingkuh, padahal dialah yang berselingkuh dengan, mertuanya sendiri," balasku mengatakan inti dari alasan penolakanku."Risa, aku hanya i-""Jika kau tidak berhenti mengusikku, maka aku akan memberitahu Agam tentang penyebab perceraian kita. Biar saja dia tahu kalau papanya suka memukuli ibunya. Itulah alasan kenapa aku membawanya pergi

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 98 Ancaman Terakhir yang Mutakhir

    Aku hanya bisa memandang taksi yang baru saja dihentikan oleh Aditya. Mantan suamiku itu sempat pamit pada Agam dengan mengatakan kalau dia harus pulang lebih dulu. Besok akan kembali menemuinya di rumah."Carisa …." Aku menoleh ke belakang dengan tatapan penuh harap."Kamu kenapa menangis?" Riswan dengan raut wajah cemasnya menghampiriku."Bagaimana bisa Kak Riswan tahu kami di sini?" Dia tersenyum menunjukkan riwayat chat dengan Tita."Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Jelas bukan debu jalanan yang membuat kamu menangis," tebaknya dan dari ucapannya itu aku tahu dia masih menunggu penjelasanku.Kuceritakan apa adanya sambil menunjuk ke arah pintu ruko di seberang jalan. Aditya saat ini menemui si pemilik ruko kosong itu. Dia berniat untuk membuka toko sembako di sana. "Memangnya dia berniat pindah dan menetap di sini? Kenapa tidak cari rumah terlebih dulu? Kasihan istri dan bayi kembarnya kalau tinggal di sana. Ruko sebelahnya itu warung 24 jam, pasti akan berisik," ujarnya denga

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 97 Usaha Aditya Untuk Rujuk

    Benar dugaanku dia yang datang. Tita mempersilakannya masuk. Masih bisa kudengar suara Tita yang memberitahunya kalau aku di dapur.Tak berselang lama, Ibu Jannah datang mengambil bumbu yang sudah kusiapkan. Dia belum mahir membuatnya. Tita datang membawakan sebuah paper bag. Tentengan itu berisi oleh-oleh makanan khas Surabaya. Oleh-oleh yang sama seperti yang dibawanya tiga bulan lalu saat dia datang bersama ibu dan istrinya.Kubangunkan Agam yang tadinya tidur siang. Tidur sejam setidaknya cukup untuknya. Saat kuberitahu kalau papanya datang, Agam terkejut. Wajah mengantuknya pun sirna. "Papa …." Dia berlari ke pelukan Aditya. Kulihat di meja sudah ada kue dan minuman yang tersaji. Tita pamit masuk ke toko untuk melanjutkan pekerjaannya mengemas pesanan pembeli."Kenapa datang tidak bilang-bilang?" Aditya menoleh menatapku.Dia tersenyum lalu mengecup pipi Agam. "Sengaja buat kejutan untuk Agam. Agam suka tidak, sama oleh-olehnya?" Agam mengangguk mantap. Suara girangnya menyirat

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 96 Membuka Toko Baru

    "Permisi …."Seorang pria dan wanita berdiri di depan pintu toko. Aku bisa bernapas lega ketika Riswan menarik diri. Dia beranjak membukakan pintu toko dan mempersilakan mereka masuk."Mari silakan," ajak Riswan begitu ramah seolah dia pemilik toko."Sebaiknya … kita bicara di ruang tamu saja ya, Pak, Bu," pintaku. Riswan sepertinya tersadar jika mereka tamuku."Boleh," sahut pria paruh baya itu mengajak istrinya serta, lalu mengikuti langkahku ke dalam rumah."Carisa, saya pimit dulu. Saya harus kembali ke kantor," kata Riswan."Agam … Om Riswan mau pulang," panggilku.Putraku sudah melesat menghampirinya. Setelah mencium pipi kanan dan kiri Riswan, lalu beralih mencium punggung tangannya, Agam akhirnya merelakan dia pergi. Tangannya bahkan masih dadah-dadah meski mobil hitam itu sudah menghilang dari pandangan matanya."Sebentar ya, Pak, Bu. Saya ambilkan minum dulu," pamitku pada tamuku. Kupinta juga Agam memanggilkan Tita.Tadinya aku ingin DP rumah subsidi. Akan tetapi, aku meliha

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 95 Kedatangan Tamu

    Kupersilakan mereka masuk, tetapi wanita yang terkejut tadi menolak dan memilih duduk di teras. Dia kemudian meminta wanita yang datang bersamanya ikut masuk bersamaku untuk mengambil puding-puding itu. Sebenarnya siapa wanita itu? Dari gelagatnya dia mengenalku. Akan tetapi, aku merasa tidak mengenalnya.Belasan menit kemudian, puding-puding itu sudah di pindahkan ke bagasi mobil. Wanita itu mengulurkan uang pada pembantunya untuk diberikan padaku. Sebegitu tidak sukanya dia melihatku."Terima kasih, Nyonya," ucapku ketika menerima beberapa lembar uang seratus ribu rupiah."Hm."Ponselnya berdering dan ia kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara pembantunya mengucapkan terima kasih padaku karena telah memberikan bonus dua cup puding berukuran sedang."Apa kau bisa tahu diri sedikit?" Tiba-tiba saja wanita itu menoleh dan berkata seperti itu.Aku heran dengannya. "Maaf, maksud Nyonya apa?""Mulai sekarang, jauhi Riswan! Dia itu sudah dijodohkan dengan putri saya. Masa iya Farah mau p

DMCA.com Protection Status