Share

Part 4 Membuka Topeng

Penulis: Rat!hka saja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-26 23:32:21

Dua hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mas Adi membawaku pulang. Bukan pulang ke rumah kami, melainkan ke rumah utama tempat kakek dan kedua mertuaku tinggal bersama beberapa asisten rumah tangga. Telapak tanganku basah membayangkan seperti apa nantinya respon mereka saat aku mengutarakan hal yang kupendam ini.

Kakek dan ayah mertuaku menyambutku dengan senyum lembut. Ibu mertuaku, seperti biasa dia tampak ogah-ogahan dan memasang senyum palsu ketika aku meliriknya. Mungkin takut jika ayah mertua dan suaminya tahu jika selama ini ia tidak menyukaiku. 

"Apa kata dokter, Nak?" tanya kakek sembari mengusap puncak kepalaku.

"Sudah lebih baik, Kakek. Dokter cuma minta banyak istirahat agar lekas pulih," ujarku apa adanya seperti yang disarankan dokter kandunganku.

Ayah mertuaku mengusap dadanya lega. "Alhamdulillah, dijaga dengan baik ya Nak … cucu ayah. Rasanya sudah tidak sabar mau menimangnya," ungkapnya dengan tersenyum lebar. Namun entah mengapa hatiku berdenyut ngilu mendengarnya.

"Aku ke kamar dulu, capek, mau tidur," kata Mas Adi.

Baru selangkan dia beranjak, tiba-tiba kuhentikan langkahnya. Pria dengan wajah khas keturunan Tionghoa itu menoleh menatapku dengan malas. Jelas ia kesal, tapi tatapan kakek dan ayah membuatnya kembali putar badan dan hendak menggendongku. Mereka semua tersenyum, tapi hanya sesaat karena aku menepis tangannya.

"Ada apa?" tanya Mas Adi yang tampak tegang. 

Sepertinya dia mulai sadar jika aku tidak bersedia melakukan permintaannya saat masih di rumah sakit tadi. Ya, dia meminta agar aku berpura-pura tidak ada masalah di antara kami. Tidak bisa!

Kuhembuskan napas perlahan dan menatap mereka berempat. Dulu aku tidak pernah memikirkan hal ini. Tapi perahu yang dinahkodai Mas Adi sebagai kepala rumah tangga, kini telah ia nodai. Aku tidak bisa bertahan dengannya lagi. Tidak semua wanita bisa bertahan dengan penghianatan.

"Kakek, Ayah, Ibu, saya mau minta cerai sama Mas Adi," ucapku yang membuat mereka menunjukkan reaksi berbeda tapi sama maknanya.

Kakek membelalak seperti orang yang dipatuk ular karena kedua kakinya itu bergerak. Ayah terperanjat sampai meninggalkan alas duduknya lalu menatapku dan putranya bergantian. Sementara ibu mertuaku … sulit untuk menjelaskannya, antara senang atau pura-pura pilu. Satu-satunya yang tak berekspresi hanya Mas Adi. Pria itu bergeming.

"Nak, Risa … perceraian itu bukan hal main-main," kata kakek dengan telunjuk mengarah tepat ke wajahku. 

"Begitu juga dengan perselingkuhan," balasku dengan turut membalas tatapan kakek. 

Kini wajahnya lebih syok dibanding saat kuungkapkan niatku bercerai dengan cucunya. Bibirnya berkatup rapat dan bergetar. Sepertinya tersinggung dengan ucapanku. Jika tidak, sudah pasti dia takut kalau aku sampai tahu permainannya selama ini.

Dua hari lalu saat ibu mertuaku menghubungi kakek, aku mendengar pembicaraan mereka. Aku juga tahu kalau selama ini mereka diam-diam menjalin hubungan di belakang ayah mertuaku. Rasanya tak layak mendengar petuah darinya. 

Aku muak dengan semua ucapan manis dan nasihat bijaknya selama ini. Luntur sudah kesegananku padanya. Apa tidak ada orang lain selain menantunya sendiri? 

"Perselingkuhan?" Pertanyaan ayah menyadarkanku.

Sejenak keningku berkerut. Benakku bertanya-tanya, bukankah kemarin ibu mertua sudah menyampaikan pada ayah tentang Devi? Apa mungkin ayah tidak percaya putranya selingkuh?

"Aditya tidak mungkin berselingkuh, Nak. Ayah tidak pernah mengajarinya seperti itu," ucapnya dengan suara bergetar. 

Itu mungkin benar, karena selama ini suamiku memakai topeng. Putra kebanggaan dan cucu kesayangan kalian, kenyataannya membawa aib besar ke dalam keluarga yang terhormat ini. Jika aku tidak peduli, mungkin sudah kuumbar pada seisi desa agar mereka memihakku. Namun aku masih waras, bukan seperti itu caranya membalas. 

Aku ingin harga yang pantas atas rasa sakit ini. Bukan dengan uang, melainkan dengan melunturkan keserakahan dan kesombongan mereka. Sejauh ini aku hanya menahan diri demi Tuan Hendrawan Santoso.

Kembali aku menoleh padanya yang menatapku sendu lalu kulirik Mas Adi yang tertunduk. Mungkin ia juga lelah untuk selalu menyembunyikan hal ini. Apalagi kekasihnya yang tengah hamil itu selalu menerornya. 

"Risa."

"Maaf Ayah, sudah kupikirkan matang-matang keputusan ini. Mas Adi selingkuh dengan wanita bernama Devi. Wanita itu hamil anak Mas Adi dan dia … dia datang menemuiku untuk dijadikan madu. Mereka sudah menjalin hubungan sejak lama, putramu menghianatiku. Lantas, untuk apa kupertahankan pria yang tidak … menghargaiku? Dia menusukku dari belakang dengan berzina! Dia mengumbar hal-hal burukku di matanya, kepada selingkuhannya. Dia hina wanita yang dijadikannya istri," jawabku tanpa takut. Untuk apa? Sebentar lagi fakta akan terkuak.

"Risa, bukankah kita sudah sepakat un-"

"Sepakat? Kapan? Hanya kamu yang ingin, aku tidak! Sampai kapan pun aku tidak sudi dimadu. Ceraikan aku dan kamu bisa menikah dengan selingkuhanmu itu, Mas. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan padanya kalau … anak yang kukandung bukan anakmu?" Mas Adi gelagapan.

Plak!!!

Kali ini bukan pipiku yang menerima telapak tangan itu, melainkan Mas Adi. Semoga saja dia sadar jika kena tampar itu rasanya sakit. Bukan hanya di pipi, tapi sampai ke hati. Dia baru saja menerima tamparan dari ayah yang selalu memanjakannya.

"Benar yang dikatakan menantuku, Adi? Jawab ayah!" bentaknya. 

Sejak mengenalnya, ini pertama kali aku melihat ayah mertuaku marah. Jika Mas Adi adalah pria yang gila akan gaya dan penampilan, lain halnya kedua pria itu. Ayah adalah pria yang sangat menjaga kehormatan keluarganya yang terpandang. Apalagi sebentar lagi ia hendak mencalonkan diri sebagai kepala desa agar beberapa tahun berikutnya, dia bisa mencalonkan diri sebagai anggota dewan. Lain halnya kakek yang gila citra, suka memamerkan kekayaannya sebagai juragan sapi terkaya di kabupaten ini.

Mas Adi masih diam, namun perlahan dagunya bergerak. Ia berlutut memeluk kaki ayahnya memohon pengampunan. Sekalipun nanti ia mengaku khilaf dan memberikan segudang alasan, aku takkan goyah untuk berpisah darinya. 

Mas Adi menatapku, tapi aku buang muka. Guci mahal ibu mertua saat ini lebih menarik bagiku. Sengaja kulakukan agar dia sadar jika dia tidak bisa memaksa apalagi mengaturku lagi. 

Hilang sudah rasa hormatku padanya sejak ia mengingkari anak dalam kandunganku. Dia yang selingkuh, tapi aku yang dituduh. Suatu saat dia akan menjadi manusia amat menyesali tutur katanya.

"Risa, kumohon …." Mas Adi bergumam lirih.

"Kalau Mas tidak menceraikanku, akan kubongkar aib ini agar kamu dan kekasih gelapmu itu diarak keliling dan dirajam. Kamu mau?" Dia membelalak. Begitu ketiga orang lainnya yang kembali terkejut akan ucapanku. 

"Mereka tidak akan percaya," sanggah kakek yang masih saja membela cucu kesayangannya itu.

Kupejamkan mata sesaat dan mengambil secarik kertas dari sakuku. Kuletakkan kertas putih berlogo rumah sakit itu di atas meja. Ayah mertua yang lebih dulu meraih dan membacanya. Tangannya bergetar meremas tepinya hingga kertas itu terlepas dan jatuh mengenai Mas Adi.

"Kita sudah hancur karena ulah cucu kesayanganmu ini, Ayah." Tuan Santoso mendongak menatap putranya yang menghela pasrah. 

Hendrawan Santoso memejamkan mata dan kedua tangannya mengepal kuat. Mungkin menahan diri tidak menghajar putranya sendiri. Ayah mertua sudah geram dan jika saja Mas Adi menyela, mungkin kali ini dagunya akan dicengkram. Persis seperti yang dilakukannya padaku sore itu.

Juragan sapi itu kini beralih menatap cucunya, Aditya Herdiano Santoso. Tangannya terulur meminta kertas yang sudah ronyok itu. Setelah membacanya, pria tua itu menatapku heran sekaligus bingung. Kutarik tisu basah dari dalam tas dan kuhapus riasan wajahku. 

"Ini bekas tamparan di pipiku tiga hari yang lalu, Kakek. Cucu Kakek memintaku memakai bedak yang tebal agar menyamarkan bekas tangannya. Tadinya kupikir dia akan meminta maaf, tapi dia justru menggerutu dan mengatakan aku lelet. Seandainya saja dia yang hamil dan membawa bayi dalam perutnya ke mana-mana, kuyakin tidak akan ada satu hari pun kalian bisa merasa tenang." Kuhapus air mata yang tiba-tiba saja jatuh.

Kulihat ibu mertuaku mengepalkan tangannya. Sepertinya tidak terima karena aib putranya kubongkar. Ya ampun, bagaimana jika aibnya yang kuumbar di depan suami dan anaknya?

*** 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lisani
Bukan jamannya lagi diam kalau ditindas. Masih ada kok pak polisi yang bisa bantu
goodnovel comment avatar
babyblack
Topeng suami baik ditanggalkan, tahu rasa suami macam ini memang patut ditinggalkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 5 Ancaman Untuk Meminta Talak

    "Tubuhku sudah penuh dengan bekas pukulannya. Hanya sebulan pertama pernikahan kami dia bersikap baik padaku. Bulan kedua dia mulai menghindariku dan memperlakukanku seperti wanita pemuas nafsu. Bulan-bulan berikutnya dia berani membentakku, bahkan saat aku hamil … dia menghempaskanku di atas ranjang. Kukatakan agar kalian tahu alasan lain meminta cerai selain karena dia selingkuh," tuturku yang membuat pria 73 tahun itu terhenyak di sofa. Dia pasti sangat syok mengetahui kelakuan cucu kesayangannya. Kuceritakan semua yang terjadi beberapa hari yang lalu saat ia pulang dalam kondisi mabuk. Semalaman aku mengurusnya hingga aku tahu jika ia tertekan karena takut jika rahasianya diketahui ayah dan juga kakek. Awalnya tidak kutahu hal apa yang membuatnya tertekan karena saat kutanya, dia justru marah dan memintaku diam. Pagi saat dia bangun, aku merasa tubuhku demam. Dia hendak pergi sehingga aku meminta dibelikan makanan untuk makan siang. Selain tak ada bahan makanan di dapur, aku sud

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 6 Oleh-oleh Bergizi

    Ibu mertuaku yang tadinya berlutut kini bersimpuh di lantai sembari menggeleng pelan melirik suami dan mertuanya. Terhenyak memikirkan nasib yang bahkan belum ditanggapi oleh suaminya sendiri. Raut wajahnya kian mengiba. Sungguh dia wanita luar biasa, tidak rela dimadu tapi tega berselingkuh. "Mas mau jemput sendiri atau minta orang lain yang ke sana dan mereka mulai bertanya-tanya? Melibatkan orang lain hanya akan menjadikan kita semua ini bahan gibah." Kembali kuingatkan Mas Adi agar segera bergegas ke rumah kepala desa.Melihat anggukan kakek, Mas Adi beranjak walau kulihat dia seakan enggan. Semakin didesak maka mereka akan semakin kalut. Jika kutunda, mereka hanya akan menyusun rencana dan berbalik menuduhku. Bukan berburuk sangka, hanya saja setahun mengenal mereka aku tahu kemungkinan yang dipikirkan kakek. Pria tua ini akan menyogok kepala desa. Akan kupuji kakek jika hal itu berhasil.Terdengar suara mobil di halaman depan. Kami semua menoleh dan penasaran siapa gerangan ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 7 Mudah Bagi yang Tidak Mengalaminya

    "Nak? Risa?" Rasa penasaran ayah menuntut jawaban.Aku hanya mengulas senyum tipis. Dari Bi Uma kutahu jika ibu mertuaku sangat membenci ibu tiriku karena selalu menganggap ayah mertuaku ini menyukainya. Padahal yang kupahami, ayah hanya kasihan padanya yang seorang janda tanpa penghasilan yang menentu. Mungkin ibu tiriku juga tertekan dan menjadikanku jaminan atas pinjamannya pada kakek. Awalnya aku hanya bekerja paruh waktu dengan menjadi karyawan pom bensin. Selebihnya membuat kue dan keripik yang kutitipkan di warung. Ketika melihat surat perjanjian antara ibu tiriku dengan kakek, aku merasa seperti barang yang dijual."Masuklah ke kamar dan beristirahat. Adi baru saja kirim pesan kalau kepala desa masih rapat di kantornya. Mungkin sejam atau dua jam kemudian baru mereka datang. Selain itu, kita juga harus menunggu kakek," kata ayah yang juga beranjak ke kamarnya. Kurebahkan tubuh ini setelah memasang alarm di ponsel. Rasanya tidak sabar menunggu sore. Aku tidak sepenuhnya yakin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 8 Pahami Hukumnya

    "Sebelum memutuskan untuk bercerai, pahami dulu hukumnya," ucap Pak Karto mengulas senyum. Entah apa makna senyumnya itu, yang jelas aku merasa was-was karena takut pria itu mempersulitku.Pak Karto mengangguk dan aku merasa puas melihat wajah Mas Adi pias. Luntur sudah rencananya yang hendak menjadikan Devi maduku. Dasar pria serakah, mau punya dua istri tapi mengurus satu istri saja tidak mampu. Pak Karto yang menjabat sebagai kepala desa kami adalah satu guru swasta yang mengajar di pondok pesantren di kampung sebelah. Alasan itulah mengapa pria itu yang kuminta menjadi saksi. Pengetahuannya jauh lebih banyak dan karakternya yang tidak pilih kasih pada siapa pun membuatku tenang.Pak Karto mulai menjelaskan beberapa hukum talak. Ada talak sunni yang sesuai prosedur syariat dan talak bid'i yang tidak sesuai prosedur syariat. Ada beberapa undang-undang dan pasal yang disebutkan Pak Karto dan juga ayat Al-Quran. "Menalak istri yang sedang hamil itu boleh dan hukumnya sah. Sesuai den

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 9 Tatapan Sendu Mas Adi

    Setelah talak satu yang diucap Mas Adi kemarin sore, suasana pagi ini menjadi canggung. Meski begitu aku tetap menyiapkan kebutuhannya. Pakaian, makanan untuk sarapan dan alas kakinya yang kuselipkan kaos kaki. Pria itu kadang merusak susunan pakaian yang rapi dan mengobrak-abrik isi boks.Semalam ia tidur di kamar tamu dan aku di kamarnya. Ayah mertuaku meminta kami tinggal di rumah ini untuk sementara waktu. Mungkin takut jika putranya kembali menganiaya diriku.Kulihat dia masuk ke kamar dan langsung bergegas ke kamar mandi. Kubiarkan saja dan aku yang keluar kamar dan memilih ke halaman samping. Di sana ada beberapa sayuran yang setahuku pernah ditanam oleh Bu Uma. Walau menjadi cucu menantu, aku tidak pernah membiarkan pembantu yang lain melayaniku."Neng Risa cari apa?" tanya Bu Romlah, wanita yang juga salah satu pembantu di rumah ini.Tubuhnya yang tambun membawa sebaskom besar pakaian yang telah dicuci. Dia hendak menjemur pakaian yang sepertinya milik ibu mertuaku. Pakaian m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 10 Maaf yang Palsu

    Jika sebulan lalu ia menyiksaku dengan kejam, kini sikapnya yang melemah ini turut menyiksaku. Aku jadi serba salah dibuatnya. Setelah memelukku dulu di depan Pak Karto dan keluarganya, akhirnya dia mengucapkan talak satu itu.Jika saja aku masih mengharapkannya, mungkin aku akan bersikap berbeda dan luluh memaafkannya. Dia seolah mengalami patah hati, menjadi sosok yang sakit hatinya. Bukankah seharusnya dia bahagia karena seminggu lagi dia akan menikah dengan selingkuhannya?Berita pernikahan Mas Adi dengan Devi memang sempat membuat gempar. Banyak yang ingin tahu pendapatku. Tidak ssdikit pula yang lebih penasaran dengan alasan mereka menikah. Ibu Romlah sebagai penyambung tali informasi turut memberikanku kabar. Ibu-ibu di pasar juga kadang bergosip tentang pernikahan mereka yang mendadak bahkan disaat aku hamil. Namun seperti dugaanku sebelumnya, lidah mertuaku punya andil. Dalam beberapa hari terakhir kembali beredar gosip baru. Kabarnya jika sebelum aku dan Mas Adi dinikahkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 11 Rencana Picik Dibalas Trik Licik

    Mas Adi diam. Bibirnya terus dikulum sampai membentuk garis tipis. Setakut itukah dia jujur?Kaki ini maju selangkah mendekati kursinya. Kulihat jakunnya naik turun, seperti sedang menelan kerikil saja sampai segitu sulitnya menjawab. Urat lehernya mulai menegang, begitu juga bahunya. Kuusap bahunya dan Mas Adi mendongak menatapku."Tidak masalah siapa yang berkeinginan, tapi kalau bisa … sebagai laki-laki kamu berpikir, Mas. Kalau kamu di posisiku, apa kamu sanggup seatap dengan laki-laki yang kubawa masuk ke rumah ini meski dia berstatus suamiku? Jika aku berstatus janda, itu artinya aku juga bisa menikah dengan siapa pun, bukan?" sindirku telak. Wajahnya memerah dan aku berlalu masuk ke kamar. Kukepalkan tangan dan meremas udara kosong. Bersandar di balik pintu, kupindai kamar kami. Kamar dan ranjang pernikahanku dengannya. Sebentar lagi semua itu akan berganti pemilik. Tiba-tiba saja muncul ide untuk membalas Devi. Sebelum itu aku harus meminta tolong pada seseorang. Semoga saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 12 Garis Takdir Tidak Bisa Ditebak

    Alunan musik dangdut masih dilantunkan oleh salah seorang penyanyi. Bukan oleh seorang biduan yang mengenakan pakaian seksi, tapi salah seorang penyanyi dari ajang pencarian bakat. Biasanya warga desa hanya melihatnya dari layar televisi, tapi khusus hari ini dihadirkan sebagai salah satu tamu.Awalnya aku sudah berniat meninggalkan desa ini. Setelah mendengar jawaban Mas Adi malam itu, tekadku semakin bulat. Rasanya aku lelah menunjukkan senyum kepalsuan pada para tamu. Ternyata permintaan malam itu adalah permintaan Devi. Wanita itu pasti mau pamer desahan malam pertama pernikahannya padaku.Ada yang menatapku heran. Tak sedikit yang menunjukkan raut prihatin. Yang membuatku kesal malah ada beberapa di antara mereka yang berbisik tidak sopan dengan mengatakan kalau sedang menunggu status jandaku. Mungkin saja kabar perceraianku sudah tersebar.Devi ternyata tamak juga. Selain merebut Mas Adi, dia juga berusaha membuatku malu di acara ini. Dengan mudahnya ia memberi penawaran yang su

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01

Bab terbaru

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 103 Panggilan Ayah

    Setelah dua hari menikmati liburan di pulau, kami kembali ke Makassar. Keesokan harinya, aku dan Agam menemani Aditya membeli oleh-oleh. Mantan suamiku itu awalnya terkejut, namun ketika kulirik Agam, dia pun paham.Aditya begitu tersentuh ketika Agam mengatakan jika uang celengannya masih sedikit. Uangnya tidak akan cukup untuk membeli dua pasang baju. Jadilah dia hanya memilih dua bando karena menolak saat aku menawarkan untuk menambahkan uangnya.Sepulang dari pulau, Agam juga ikut menginap bersama Aditya. Dia juga sengaja memintakan izin untuk tidak masuk sekolah selama dua hari. Hari Selasa sore, Aditya datang bersama Riswan dan Agam. Sore ini kami akan mengantar Aditya ke bandara. Dengan mata kepalaku sendiri, kulihat keakraban dua pria itu."Agam ingat waktu ketemu Om Liswan di bandala dulu. Agam nda jadi naik pesawat. Agam sama ibu naik kapal laut," ujar Agam ketika kami mampir di sebuah kafe bandara."In sya Allah kalau kita ke Surabaya, Agam akan naik pesawat. Bukannya Agam

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 102 Taktik Licik Tapi Manis

    Kualihkan pandanganku ke arah laut. Kilau indah di permukaan air sana mempesona. Tak lama lagi, akan terlihat matahari tenggelam yang tak kalah indahnya."Kau benar. Selama ini aku selalu terhasut kata-kata ibuku. Ayah bahkan pergi meninggalkan kami setelah tahu perselingkuhan ibu dan kakek. Sama seperti yang kau lakukan dulu." Dia meliriku.Aku tidak menampik maupun mengakuinya dengan lidahku. Kuyakin dia sudah menyadarinya. "Kini aku mengerti mengapa sejak kembali dari rumah sakit, kau tidak pernah menunjukkan sopan santun lagi pada kakek." Kubalas tatapannya dengan anggukan pelan. Aku akui jika sudah lama mengetahuinya. Alasan itulah yang membuatku berani membawa anakku jauh dari orang-orang seperti mereka. Lingkungan yang rusak tidak akan baik untuk anakku.Aku bukannya tidak berharap mereka bisa berubah. Hanya saja aku sadar, itu hal yang sulit. Aku tahu, aku tidak memiliki kemampuan untuk membuat mereka bertobat."Devi juga sama. Sejak dia melihatnya, dia mulai mengacuhkan ibu.

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 101 Ajakan Riswan

    Pertanyaannya malam itu kini terjawab sudah. Setelah menjelaskan tentang janjinya pada Agam, Riswan menunjukkan foto di layar ponselnya. Aku dan Aditya akhirnya mengangguk setuju dengan ajakannya. Akhir pekan ini terasa berbeda. Aku dan Aditya pun sama-sama menepis ego. Apalagi alasannya jika bukan demi Agam. Ketika Aditya menelpon Agam, mengatakan jika Riswan mengajak mereka ke pantai, Agam langsung mau ikut. Aditya memintanya mengajakku seolah-olah aku tidak tahu. Ketika aku setuju, Agam tampak begitu bahagia. Begitu juga halnya dengan Tita.Sama seperti Agam, gadis itu juga sibuk packing. Katanya, di sana dia akan membuat banyak foto dengan beberapa outfit yang khusus dibawanya. Tidak ketinggalan si Moi. Omong-omong, itu nama kameranya.Di atas kapal yang menampung lebih dari 20 orang, aku duduk menikmati angin laut. Aroma khas air laut yang terbawa akan jadi satu kenangan untukku. Ini pertama kalinya aku naik kapal seperti ini. Dulu saat kabur, aku dan Agam naik kapal yang lebih

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 100 Mengalah Bukan Berarti Kalah

    'Rawatlah ikhlas dalam hatimu, biarkan seorang ayah bertemu putra kandungnya. Mungkin setelah itu … kamu tidak akan lagi hawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini membayangimu. Termasuk dengan kemungkinan perasaanmu yang akan kembali terluka.'Aku sudah melakukan seperti sarannya. Aku ikhlas dan mengizinkan Aditya bertemu dengan Agam, bahkan keluarganya pun ikut datang. Namun balasan yang kuterima adalah rasa sakit. Dia malah datang membawa niatan baru untuk rujuk. Membuatku seperti wanita penggoda suami orang. Dia bodoh atau bagaimana? Bagaimana bisa dia berpikir aku mau menelan luka?'Memang tidak mudah, mungkin juga akan menyakitkan. Cobalah, mungkin sakitnya hanya sebentar, karena yang saya tahu … setiap rasa sakit selalu ada obatnya. Obat yang paling ampuh adalah … memaafkan.' Lagi-lagi kalimat yang pernah dituturkan Riswan terngiang. Benarkah rasa sakitnya hanya sebentar? Sebentar itu … berapa waktu yang harus kulalui untuk bisa bertahan?Sambil menata kembali jilb

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 99 Cinta Tak Bisa Dicegah

    Lelah dan jengah dengan sikap Aditya, aku akhirnya tiba di penghujung kesabaranku. Dua pekan ini dia benar-benar mengujiku."Aku tidak akan membiarkanmu bertemu Agam lagi, jika kau tidak kembali pada keluargamu. Aku tidak ingin kedua adik kembar dari pernikahanmu dan Devi punya hubungan buruk dimasa depan dengan Agam. Sikapmu ini, membuatku kembali kehilangan rasa percaya padamu. Aku, tidak sudi rujuk denganmu, Aditya." Kulihat raut wajahnya berubah drastis."Kenapa? Karena Devi mengancammu?"Aku menggeleng. "Bukan. Karena kau selalu mengingatkanku pada rasa sakit. Aku juga tidak sudi punya mertua seperti ibumu. Aku tidak bisa lupa saat dia menuduhku selingkuh, padahal dialah yang berselingkuh dengan, mertuanya sendiri," balasku mengatakan inti dari alasan penolakanku."Risa, aku hanya i-""Jika kau tidak berhenti mengusikku, maka aku akan memberitahu Agam tentang penyebab perceraian kita. Biar saja dia tahu kalau papanya suka memukuli ibunya. Itulah alasan kenapa aku membawanya pergi

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 98 Ancaman Terakhir yang Mutakhir

    Aku hanya bisa memandang taksi yang baru saja dihentikan oleh Aditya. Mantan suamiku itu sempat pamit pada Agam dengan mengatakan kalau dia harus pulang lebih dulu. Besok akan kembali menemuinya di rumah."Carisa …." Aku menoleh ke belakang dengan tatapan penuh harap."Kamu kenapa menangis?" Riswan dengan raut wajah cemasnya menghampiriku."Bagaimana bisa Kak Riswan tahu kami di sini?" Dia tersenyum menunjukkan riwayat chat dengan Tita."Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Jelas bukan debu jalanan yang membuat kamu menangis," tebaknya dan dari ucapannya itu aku tahu dia masih menunggu penjelasanku.Kuceritakan apa adanya sambil menunjuk ke arah pintu ruko di seberang jalan. Aditya saat ini menemui si pemilik ruko kosong itu. Dia berniat untuk membuka toko sembako di sana. "Memangnya dia berniat pindah dan menetap di sini? Kenapa tidak cari rumah terlebih dulu? Kasihan istri dan bayi kembarnya kalau tinggal di sana. Ruko sebelahnya itu warung 24 jam, pasti akan berisik," ujarnya denga

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 97 Usaha Aditya Untuk Rujuk

    Benar dugaanku dia yang datang. Tita mempersilakannya masuk. Masih bisa kudengar suara Tita yang memberitahunya kalau aku di dapur.Tak berselang lama, Ibu Jannah datang mengambil bumbu yang sudah kusiapkan. Dia belum mahir membuatnya. Tita datang membawakan sebuah paper bag. Tentengan itu berisi oleh-oleh makanan khas Surabaya. Oleh-oleh yang sama seperti yang dibawanya tiga bulan lalu saat dia datang bersama ibu dan istrinya.Kubangunkan Agam yang tadinya tidur siang. Tidur sejam setidaknya cukup untuknya. Saat kuberitahu kalau papanya datang, Agam terkejut. Wajah mengantuknya pun sirna. "Papa …." Dia berlari ke pelukan Aditya. Kulihat di meja sudah ada kue dan minuman yang tersaji. Tita pamit masuk ke toko untuk melanjutkan pekerjaannya mengemas pesanan pembeli."Kenapa datang tidak bilang-bilang?" Aditya menoleh menatapku.Dia tersenyum lalu mengecup pipi Agam. "Sengaja buat kejutan untuk Agam. Agam suka tidak, sama oleh-olehnya?" Agam mengangguk mantap. Suara girangnya menyirat

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 96 Membuka Toko Baru

    "Permisi …."Seorang pria dan wanita berdiri di depan pintu toko. Aku bisa bernapas lega ketika Riswan menarik diri. Dia beranjak membukakan pintu toko dan mempersilakan mereka masuk."Mari silakan," ajak Riswan begitu ramah seolah dia pemilik toko."Sebaiknya … kita bicara di ruang tamu saja ya, Pak, Bu," pintaku. Riswan sepertinya tersadar jika mereka tamuku."Boleh," sahut pria paruh baya itu mengajak istrinya serta, lalu mengikuti langkahku ke dalam rumah."Carisa, saya pimit dulu. Saya harus kembali ke kantor," kata Riswan."Agam … Om Riswan mau pulang," panggilku.Putraku sudah melesat menghampirinya. Setelah mencium pipi kanan dan kiri Riswan, lalu beralih mencium punggung tangannya, Agam akhirnya merelakan dia pergi. Tangannya bahkan masih dadah-dadah meski mobil hitam itu sudah menghilang dari pandangan matanya."Sebentar ya, Pak, Bu. Saya ambilkan minum dulu," pamitku pada tamuku. Kupinta juga Agam memanggilkan Tita.Tadinya aku ingin DP rumah subsidi. Akan tetapi, aku meliha

  • Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami   Part 95 Kedatangan Tamu

    Kupersilakan mereka masuk, tetapi wanita yang terkejut tadi menolak dan memilih duduk di teras. Dia kemudian meminta wanita yang datang bersamanya ikut masuk bersamaku untuk mengambil puding-puding itu. Sebenarnya siapa wanita itu? Dari gelagatnya dia mengenalku. Akan tetapi, aku merasa tidak mengenalnya.Belasan menit kemudian, puding-puding itu sudah di pindahkan ke bagasi mobil. Wanita itu mengulurkan uang pada pembantunya untuk diberikan padaku. Sebegitu tidak sukanya dia melihatku."Terima kasih, Nyonya," ucapku ketika menerima beberapa lembar uang seratus ribu rupiah."Hm."Ponselnya berdering dan ia kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara pembantunya mengucapkan terima kasih padaku karena telah memberikan bonus dua cup puding berukuran sedang."Apa kau bisa tahu diri sedikit?" Tiba-tiba saja wanita itu menoleh dan berkata seperti itu.Aku heran dengannya. "Maaf, maksud Nyonya apa?""Mulai sekarang, jauhi Riswan! Dia itu sudah dijodohkan dengan putri saya. Masa iya Farah mau p

DMCA.com Protection Status