"jadi kalian telah berhubungan baik dengan mantanmu itu?"tanya Rendra ketika Gayatri telah memasuki kamar mereka."Apa maksudmu?" Gayatri tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Rendra, walau dia mengakui dengan apa yang dikatakannya itu adalah benar."Memangnya kenapa? Bukankah dia ayah dari anakku? Apakah salah mereka kembali kepada ayahnya, terlebih orang yang telah dianggap ayahnya sudah tidak menghiiraukannya lagi?" kata Gayatri tentang Rendra yang kini tak lagi bercakap akrab dengan putra putrinya seperti duluh, terlebh setelah dia datang dengan membawa Kania ke dalam kehidupan mereka. Dia telah menjadi orang asing bagi Galing, terlebih Galuh yang teramat membenci orang yang menyakiti hati bundanya."Terserah kalau itu Galuh dan Galing. Dari duluh aku juga tak menolak kehadiran Prayogi untuk mereka. Tapi Raditya,.. dia bahkan kamu panggilkan Papa padanya?"Gayatri terkejut dengan apa yang dikatakan Rendra. "Kamu memataiku, Mas? Kamu menguntit kepergianku?""Apakah aku tidak be
"Kamu telah mempermainkan aku, Sasmita. Dan aku tidak bisa terima ini dengan begitu saja." Lion sudah makin emosi, terlebih dengan kata-kata Sasmita kemudian,"Aku mencintai Prayogi. Aku harap kamu bisa mengerti itu. Aku tidak ingin kehilangan dia dengan kembali ke Ayu. Aku telah melakukan segala cara untuk memisahkan dirinya dengan Ayu.""Dan aku yang kaujadikan alat itu. benarkan Sasmita?" Lion yang sudah hilang kendali segera menarik pisau buah itu dari tangan Sasmita dan menghujani Sasmita dengan tusukan yang membabi buta."Aggrhh!" Lion mengeram dengan mengacak rambutnya berkali kali mengingat kejadian itu. "Maafkan aku, Sasmita. Maafkan aku!" ucapnya berkali-kali. Lion kemudian menghubungi sekretarisnya."Tolong pesankan aku tiket ke Indonesia. Aku akan balik hari ini juga.""Lho, katanya liburan ke Australia duluh, Pak.""Jangan banyak tanya. Pesankan aku tiket penerbangan tercepat.""Baik, Pak."Lion segera memutuskan telponnya. Lalu bergegas memasukkan pakainnya yang lumay
"Aku? Apa yang ingin kaudengar sebagai jawaban dariku? Aku mencintainya? Arau aku tak mungkin mencintainya? Atau aku mencintainya karena tidak mendapatkan cinta lagi dari pria yang seharusnya aku cintai?" cibir Gayatri."Aku selalu mencintaimu dan tak akan pernah tidak mencintaimu. Kamu tau sendiri aku orangnya tak mudah jatuh cinta sampai aku ketemu kamu," bela Rendra."Kata-kata cinta saja tak cukup hanya sekedar di bibir, Mas. Tapi bukti yang kauberikan padaku adalah sebuah luka."Gayatri kemudian mendekati Rendra. Meraih tangannya dan meletakkannya di kepalanya."Talak aku, Mas. Daripada aku hidup diantara wanita lain yang bersamamu." Rendra yang terkejut segera menarik tangannya dari kepala Gayatri. "Tidak, Sayang. Jangan pernah kauminta satu hal itu padaku. Aku mencintaimu dan selamanya mencintaimu," Direngkuhnya tubuh mungil Gayatri dan dibenamkannya di pelukannya. Tangis Gayatri yang pecah membuat hati Rendra teriris. Diciuminya ubun-ubun Gayatri berkali-kali."Aku tidak p
"Ayo, Sal, tolong antar aku ke Bandara. Mobil kamu mau pergi ya, kok di luar?" tanya Rendra dengan tergesah."Iya, nih, anakku ngajak jalan-jalan sekedar makan di alun-alun."Jawaban Faisal membuat Rendra terdiam. Anak seusia Raditya itu mengajak papanya jalan-jalan. Sementara dia kini merasa makin jauh saja dengan anak semata wayangnya itu.Kepulangannya yang sekejab juga tak membawa kebahagian untuk putranya. Yang ada hanya pertengkaran antara dia dan Gayatri. Seandainya saja saat itu dia tidak menerima Kania yang dipasrahkan ibunya kepadanya, semua cerita suram itu tak akan terjadi. Setidaknya tak separah sekarang, walau dia telah melukai Gayatri dengan tak memberinya ruang untuk menceritakan apa yang dilakukannya selama berbulan-bulan ini, dari mengejar orang yang menjebaknya sampai ke Sumatra dan membeli kebun di sana. Semua itu karena Rendra teramat minder dengan keadaan dirinya yang sudah terpuruk. Hinggah dia bertekad baru mengajak Gayatri setelah semuanya berjalan seperti y
"Sayang, kamu di mana? Mana anak kita? Bolehkah aku bicara dengannya?" Terdengar sura Rendra di alik telpon.Gayatri memandang Raditya yang kini tengah bersama Prayogi dengan sering memanggilnya papa. Rasa tak nyaman, Gayatri khawatir itu terdengar oleh Rendra. Walau bagaimanapun dongkolnya dia kemarin kepada suaminya itu, dia masih berusaha menjaga perasaannya. Gayatri lalu menyingkir sebentar. Selain karena Rendra, juga karena tidak enak dengan Prayogi yang sering melihatnya, bahkan saat Gayatri mengangkat telpon tadi."Tumben kamu telpon, Mas? Ada apa?" Sejenak hati Gayatri senang, kok tumben-tumbennya Rendra menelpon. Namun kata-kata yang terucap di biibrnya tak bisa halus seperti hatinya yang juga merindukan Rendra kemabali seperti duluh."Aku ingin mendengar Radit bicara. Aku kangen.""Bisa kangen juga kamu sama anakmu, Mas.""Baru juga aku menelpon, kamu sudah mengatakan itu. Aku menyesal, saat kita di rumah, yang ada diantara kita hanya pertengkaran. Kita sampai tidak perrnah
"Tri, apa Ko Chandra menghubungi kamu?" tanya Prayogi yang pagi sekali sudah menelpon Gayatri."Iya, Gi. Sudah. Makasih, ya," jawab Gayatri dengan cerianya. Ini adalah job Eo-nya yang ke sekian dari Prayogi yang selalu merekomendasikan Gita EO kepada rekan-rekan bisnisnya. Hinggah EO yang dikelola Gayatri makin maju. Hubungan Gayatri dengan Prayogi yang sering jalan atau ketemu bareng saat dia menjalankan usahanya itu pun , membuat mereka makin akrab. "Terus ini ada yang mau ngajak ketemuan, bisa ghak, Tri? Katanya mereka ingin mengungkapkan konsepnya dengan baik. yang agak beda.""Ketemunya di mana?""Di Surabaya, Tri.""Gimana ya? Aku tanya pak Supri duluh apa dia bisa. Tapi kpan hari sudah ngomong kalau besuk kelihatannya dia ada acara keluarga. Sedangkan aku sendiri ya ghak bisa sepedaan ke sana. Galuh juga ada ujian ghak bisa ngantar.""Gini ae, aku jemput ya?"Gayatri bingung, "Gimana ya?""Ghak banyak mikir deh, Tri. Besuk aku jemput jam delapan ya?"Belum juga Gayatri menjaw
"Dari mana Mas tau kalau saya mencintai Kania?" tanya Arya."Kenapa masih bertanya seperti itu, orang di sini sudah mengetahui semuanya.""Hanya saja ibunya Kania sudah memasrahkan Nia pada Mas Rendra.""Itu karena saat itu dalam keadaan terpaksa dan hanya ada saya yang menolong dia. Seandainya saat itu ada kamu, dia pasti akan menyerahkan Kania pada orang yang lebih berhak untuk hati Kania. Karena Kania sendiri juga mencintai kamu. Aku hanya menjalankan amanat utuk menjaganya sampai dia menemukan lelaki yang cocok untuk menikah dengannya. Dan itu adalah kamu.""Saya hanya seorang buruh pabrik Mas. Tidak sebanding dengan Mas Rendra."Sejenak Rendra teringat dengan dirinya. Septus asa ini dirinya saat berhadapan dengan Prayogi yang memdekati Gayatri. Kenapa kini semua itu terjadi di hadapan matanya? Rasanya dia tersindir dengan keadaan itu."Aku tegaskan lagi. Aku bukanlah suami yang seperti kamu pikirkan, dan semua orang di pabrikku tau semua itu. Karena kamarnya Kania sama dengan ka
Di penghujung malam, Gayatri diam-diam pergi ke rumahnya Rendra. Melangkahkan kakinya pelan dan memandangi seisi rumah itu yang terlintas di dalamnya gelak tawa bahagia, termasuk kesedihan saat Gayatri harus keluar dari kamarnya.Tepat di ruang keluarga, Gayatri yang kemudian memandangi foto pernikahannya, luruh badannya di lantai dengan merasakan persendiannya yang begitu lemas. Dia lantas tergugu menahan tangisnya. Apa semuanya memang sudah berakhir bagi kita, tanyanya pada Rendra dalam tangisnya. Pertanyaan Prayogi yang tadi malam mengusiknya tak bisa membuat Gayatri terdiam dalam tangis. Dia menyesali hatinya yang kini mendua. Ada diantara Rendra dan Prayogi. Kenapa kaulakukan ini padaku, Mas. Tak bisakah kamu sebentar saja mengingatku dan menelponku agar aku merasa bahwa kamu masih milikku. Bukan milik perempuan itu.Dengan langkah pelan, Gayatri menuju kamarnya. Ditelungkupkannya wajahnya di tempat tidur dengan memeluk bantal yang biasa dipakai Rendra. Seskali di ciumnya banta