Share

JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )
JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )
Author: Ariirma

Pesan Papa

Author: Ariirma
last update Last Updated: 2024-07-16 17:44:09

"Ayra, hidup papa mungkin nggak akan lama lagi. Papa ingin kamu menggantikan papa, Ay." Ayra mengernyit. Gadis berwajah ayu itu tidak mengerti arah pembicaraan papanya. Saat ini, sang papa memang sedang terbaring sakit. Sudah hampir dua bulan beliau mengalami sakit diabetes dan sudah menjalani pengobatan. Namun, kian hari keadaan sang papa kian memburuk saja.

"Maksud papa apa? Papa jangan bicara begitu. Ayra tetap di sini dan akan menjaga papa hingga sembuh," balas Ayra sembari mengusap tangan keriput lelaki tua yang terbaring lemah di sampingnya.

Lelaki itu menggeleng. "Ayra, dengarkan papa. Semua sudah papa pikirkan jauh-jauh hari. Sekarang perusahaan itu milikmu. Papa serahkan semua sama kamu dan sekarang perusahaan itu sepenuhnya menjadi kendalimu. Tapi ...." Raditya terdiam sejenak, ucapannya menggantung. Ia tampak menghela napas panjang kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Begitu banyak beban yang ia pikiran termasuk bagaimana kehidupan Ayra, putri kandungnya itu jika dirinya tak ada lagi di dunia ini.

Ayra kembali mengernyit. "Tapi apa, Pa?" tanyanya menatap sang papa dengan raut wajah penuh rasa penasaran.

"Kamu harus segera menikah, Ay. Papa tidak ingin mama dan saudara tirimu merebut paksa semua yang papa berikan padamu. Papa paham benar bagaimana watak mereka," jelas Raditya, Papanya Ayra.

"Apa, Pa? Menikah? Tidak, Ayra belum ingin menikah, Pa. Ayra masih nyaman sendiri," tolak Ayra tidak setuju dengan keinginan papanya. Ia menggeleng kuat, rasanya begitu menyebalkan bila sang papa membahas tentang kata menikah. Bagaimana mungkin ia bisa menikah, sedangkan dirinya saja tidak memiliki pacar. Jangankan pacar, dekat dengan lelaki pun ia tidak pernah.

Begitulah Ayra. Ia adalah putri tunggal dari keluarga kaya. Papanya yang bernama Raditya Pradiksa merupakan pemilik perusahaan CV. AKSARA PRADIKSA. Perusahaan yang bergerak di bidang properti.

Gadis bernama lengkap Ayra Maharani Putri itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan ibunya. Kecantikannya memang turunan dari beliau yang berdarah jawa. Kulitnya kuning langsat, wajahnya begitu ayu, memiliki bola mata bulat kecoklatan, rambut panjang hitam legam menjuntai indah di belakang punggungnya. Bibir tipis nan ranum kemerahan serta bulu mata yang lentik dan panjang.

Saat ini Ayra masih menjalani masa kuliah. Sebentar lagi ia akan wisuda dan menyandang gelar sarjana. Sejak dulu ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Namun, karena sang papa sering meminta untuk menggantikannya mengurus perusahaan, ia terpaksa mengesampingkan keinginannya.

"Ini demi kebaikanmu, Ayra. Papa tidak ingin kamu diperlakukan semena-mena lagi oleh mama tiri kamu. Maafkan papa karena selama ini papa terlalu memanjakan mereka. Papa khawatir, jika papa tidak ada lagi di dunia ini, mereka akan semakin ngelunjak karena tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Papa mohon, Ay. Tolong pikirkanlah. Menikahlah demi papa," ungkap Raditya dengan raut wajah memohon.

Ayra terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Dalam hati, sebenarnya ia tak tega dengan papanya. Pria itu satu-satu yang ia miliki di dunia ini. Setelah kepergian sang ibu, Ayra lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Hanya terkadang saja ia bersama sang papa. Sebab, ia paling tidak suka dengan saudara dan ibu tirinya yang kerap berlaku semena-mena.

"Ayra, kamu dengar papa 'kan?"

Ayra tersentak. Ia akhirnya mengangguk sembari tersenyum tipis. Bisa ia lihat gurat bahagia terpancar dari wajah papanya.

"Iya, Pa."

*

Pukul satu siang Ayra bersiap kembali ke kampus. Ia melangkah menyusuri lobi rumah sakit menuju keluar. Tak lupa ia meminta seorang suster untuk menjaga papanya agar jika terjadi sesuatu ia bisa langsung dihubungi.

Tiba di area parkir, Ayra tak sengaja melihat ibu dan saudara tirinya keluar dari mobil. Sepertinya mereka ingin menjenguk sang papa. Ia tak peduli. Selagi papanya baik-baik saja, Ayra tak mempermasalahkan mereka.

Ia bergegas mengeluarkan kontak mobil dari saku celana lantas membuka pintu mobil yang terkunci dengan sekali tekan. Baru saja ingin masuk, tiba-tiba ibu dan saudara tirinya mendekat.

"Mau kemana kamu?"

Ayra tak menyahut. Ia bersiap masuk ke dalam mobil. Namun, sang mama tiri malah mencekal tangannya sehingga ia menjadi terkejut. Ada apa siang bolong begini mama tirinya itu marah-marah tak jelas? Bikin moodnya kian buruk saja. Ayra menghela napas kasar sembari berdecak kesal.

"Ada apa sih, Ma? Ayra mau ke kampus," jawab Aya dengan malas.

"Duh, kasihan. Udah mau tua masih jomblo aja. Lihat nih, coba kamu kayak aku. Pergi tuh jangan sendirian. Minimal sama pacar gitu. Kamu lihat nih, ini pacarnya aku. Dia ganteng lagi tajir," ujar Liza, saudara tiri Ayra. Ia tersenyum bangga sambil merangkul erat tangan kekasihnya.

Ayra memutar bola malas. Ia tak peduli pada saudara tirinya yang suka bersikap berlebihan, kadang ia begitu muak melihatnya yang terlalu kepedean. Pada lelaki manapun, sikap wanita itu sama saja. Menjijikkan!

"Heh, Ayra! Dasar tua bangka!" umpat Liza merasa kesal dengan sikap Ayra yang seolah sedang meremehkan dirinya.

Ayra refleks mengangkat wajah. Ia tidak terima dikatakan begitu. Gadis itu maju selangkah, menatap tajam ke arah Liza hingga membuatnya terdiam. Nyali wanita itu mendadak jadi ciut saat melihat tatapan Ayra menjadi begitu menakutkan.

"Kamu bilang apa tadi? Bisa ulangi lagi," tantang Ayra.

"Halah, kamu nggak usah pura-pura nggak dengar, Ay. Nyatanya memang begitu 'kan? Kamu memang tua bangka. Liza ini sebentar lagi mau nikah. Lah, kamu sendiri kapan?" sindir mama tirinya tersenyum sinis.

Dengan santai Ayra kembali mundur. Ia balik menatap mama tirinya dengan senyuman tak kalah sinis. "Tenang saja, Ma. Besok Ayra bakal menikah kok. Kalian tunggu saja."

Related chapters

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Menabrak

    Dengan santai Ayra kembali mundur. Ia balik menatap mama tirinya dengan senyuman tak kalah sinis. "Tenang saja, Ma. Besok Ayra bakal menikah kok. Kalian tunggu saja." Usai berkata demikian, Ayra langsung masuk ke mobil lantas menutup pintunya dengan keras. Keluarga tirinya terdiam merasa sedikit terkejut dengan perkataan Ayra barusan. Mereka menatap kepergian Ayra hingga menghilang di jalanan. Liza langsung berdecak sebal tak menyangka Ayra berani bersikap demikian. Biasanya gadis yang menurutnya dungu itu hanya diam saja dan tak melawan. Tapi, kini? Apa yang ia lihat sungguh diluar perkiraannya. "Dia beneran nggak sih, Ma? Bisa gawat kalo gini," ucap Liza menatap mamanya dengan raut wajah khawatir. "Halah, kamu tenang saja sih, Liz. Ayra itu nggak punya pacar. Mana mungkinlah dia besok bisa langsung nikah. Lagian siapa sih cowok yang mau sama dia yang perawan tua itu," ujar mamanya mencoba menenangkan putrinya walau dalam hati sebenarnya ia pun merasa khawatir. "Tapi, Ma ...,""

    Last Updated : 2024-07-20
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Sebuah Tawaran

    "Oke, oke, baiklah. Bisa Anda berhenti bicara? Saya tak punya waktu untuk mendengar perkataan yang menurut saya nggak penting. Sekarang Anda mau makan di mana? Restoran?" tawar Ayra. Pria itu langsung tersenyum sumringah. Melihatnya, Ayra memutar bola mata malas. Dalam hati ia mati-matian menahan diri untuk tidak terpancing emosi. Ayra melirik sekilas ke arah arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk bersantai sebelum pergi ke kampus. "Ayolah, saya tak punya banyak waktu. Anda hanya buang-buang waktu saya berdiri diam di situ. Mau makan tidak sih!" sentak Ayra mulai merasa gerah berdiri di jalanan. "Hm, saya mau makan di restoran masakan padang, Nona," ucap pria tadi tanpa malu."Hm, baiklah. Ayo, saya tak punya waktu!" Ayra langsung berlalu pergi masuk ke mobilnya. "Hei! Apa lagi? Ayo, cepetan!" teriak Ayra dari dalam mobil saat melihat pria tadi masih berdiri diam di tempatnya. "Masuk!" Ayra langsung membuka pintu mobil saat pr

    Last Updated : 2024-07-20
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Pernikahan Mendadak

    Rey tertawa tipis. Ia mengambil segelas air minum lantas menenggaknya hingga tandas, tak lupa kentang goreng pun ia lalap hingga tak bersisa. Ayra yang melihat itu kembali melongo. Sebegitu laparnya pria kampungan dihadapannya ini. Baru saja selesai makan dalam porsi yang banyak, dia ternyata juga melalap apa yang tersisa."Kenapa?" tanya Rey saat menyadari Ayra menatapnya. "Sudah selesai makannya? Saya harus pergi," jawab Ayra tanpa basa basi. Baru saja ia ingin memanggil seorang pelayan untuk membayar, tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membuka ponsel lantas mengangkat panggilan."Apa! Ya, baik. Saya segera ke sana." Rey hanya memperhatikan dan menyimak pembicaraan Ayra yang entah ia tidak tahu dengan siapa. Tampaknya Ayra baru saja menerima panggilan penting. Itu terbukti dari raut wajahnya yang terlihat begitu khawatir.Ayra langsung menutup ponsel saat panggilan sudah berakhir. Ia beranjak dan bersiap pergi. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada Papanya. Gegas ia membay

    Last Updated : 2024-07-20
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Pulang Ke Rumah.

    JEBAKAN CEO (JODOH SALAH PILIH) 5"Bagaimana? Sah?" "Sah!" Acara sakral itupun berakhir. Kini Ayra sudah menyandang gelar baru. Menjadi seorang istri dari pria yang baru saja ia kenal dan tidak ia tahu asalnya. "Terimakasih, Nak ...,""Rey, panggil saja Rey, Pak," potong Rey saat tahu papa mertua ingin bicara padanya. "Terimakasih, berjanjilah untuk menjaga putri saya. Saya kasihi dan sayangi dia dengan segenap hati saya, kini saya serahkan putri saya padamu. Jika nanti hatimu berubah, tolong lepaskan dia secara baik-baik," pesan Raditya pada sang menantu. Rey mengangguk. Ayra langsung merengkuh tubuh Papanya lantas menangis terisak di bahu lelaki terkasihnya itu. "Papa tolong jangan pergi tinggalkan Ayra," ucap Ayra lirih. "Memangnya papa mau pergi kemana?" tanya Raditya membelai pucuk kepala putrinya. Ia tersenyum merasa lega melihat putrinya sudah menikah. "Papa!" pekikan Ayra tertahan. Raditya langsung tertawa lepas melihat tingkah Ayra yang menyangka dirinya akan meningga

    Last Updated : 2024-07-20
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kamu menginginkannya, bukan?

    "Rey, ini, ambil!" Raditya melempar kontak mobil Ayra ke arah Rey. Dengan sigap pria itu langsung menangkapnya. "Eh, sini kembalikan! Kenapa kamu ambil kontak mobil saya," ucap Ayra berusaha merebut kontak mobilnya dari tangan Rey. "Ayra, kamu apaan sih! Biar Rey yang menyetir mobil. Dia ini suami kamu lho," ujar Raditya mengingatkan. "Duh, Papa. Kayak nggak tahu aja sama dia. Papa kira dia bisa menyetir mobil?" ledek Ayra menatap malas ke arah Rey, suaminya."Sini, berikan padaku kontaknya!" Ayra kembali merebut paksa kontak mobil dari tangan Rey."Ayra!" Raditya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya. "Sudahlah, Pa. Ayo, kita berangkat!" ajak Ayra langsung beranjak pergi keluar ruangan. "Oh, ya. Sekalian kamu bawa barang-barangnya ke mobil," lanjut Ayra hingga membuat Rey menghentikan langkah. Begitupun Raditya, ia menghela napas panjang, sangat menyayangkan sikap Ayra yang tidak mencerminkan sebagai seorang istri."Maafkan putri saya, Rey. Dia memang begitu," jelas Rad

    Last Updated : 2024-07-23
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kamu menyukainya?

    "Kamu menginginkannya, bukan?" Rey tersenyum menyeringai. "What?" Wajah Ayra langsung memerah. Ia berusaha mendorong tubuh Rey dengan sekuat tenaga hingga membuat handuk yang melilit tubuhnya hampir saja terlepas. Rey dengan cepat menahan tangan Ayra lantas menarik pinggangnya. Kini tubuh mereka berdekatan tanpa jarak sejengkal pun. Tatapan mereka saling mengunci dengan deru napas yang memburu."Kamu terlalu galak dan menggoda. Aku suka wanita seperti mu. Tapi ...," ucapan Rey menggantung. Matanya menjelajahi tiap lekuk wajah istrinya yang begitu ayu dan cantik tanpa polesan sedikitpun."Apa?" potong Ayra memberanikan diri menatap balik suaminya. "Ternyata kamu sulit untuk dijinakkan," balas Rey tersenyum tipis. Tatapannya berubah sayu dengan napas yang menyapu ceruk leher Ayra. "Baguslah kalau begitu. Sekarang minggir!" sentak Ayra berusaha melepas diri dari suaminya. "Apa kamu tidak merasakannya? Hm," bisik Rey semakin mempererat pegangan tangannya yang masih memeluk pinggang A

    Last Updated : 2024-07-27
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Uang Recehan.

    "Kamu menyukainya?" goda Rey dengan senyum menyeringai. Ayra tersentak. Wajahnya langsung memerah. Jujur, ia begitu malu kedapatan memperhatikan tubuh suaminya, malu untuk mengakui bahwa dirinya menyukai apa yang ada pada pria dihadapannya itu. "Ini baju ganti untukmu. Aku mau pergi jalan-jalan ke luar sama Papa," ucap Ayra langsung memalingkan wajah. Ia bergegas keluar kamar tanpa bicara lagi. Berdekatan dengan Rey hanya akan menodai otak dan matanya. Walau ia selalu berkata tidak menyukai pria itu. Namun, hatinya malah berkata sebaliknya. "Kemana? Tunggu, aku ikut!" seru Rey. Ia dengan cepat mengenakan pakaiannya. Ayra tak menyahut. Ia langsung menutup pintu lantas pergi menuruni anak tangga. Rey kembali tersenyum, merasa yakin bahwa Ayra pasti menyukai dirinya. *"Pa, bagaimana kalau malam ini kita makan bersama di luar saja? Suami Ayra yang traktir. Mama ingin menantu kita dekat dengan keluarga," usul Sarah duduk di samping Raditya. Raditya menoleh sekilas. Matanya memicing

    Last Updated : 2024-07-28
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mereka harus tahu siapa dirimu.

    Ayra baru pulang ke rumah saat jam sudah menunjukan pukul 12 malam. Suasana rumah tampak begitu sepi. Ia melangkah dengan gontai menuju kamar. Baru saja ingin membuka pintu kamar, ia dikejutkan oleh suara orang memanggilnya. Ayra berdecak, merasa yakin jika itu adalah Rey. Namun, saat membalikkan tubuh ternyata itu adalah Papanya. "Ayra." Ayra langsung menoleh ke arah suara. "Papa? Kok belum tidur?" tanyanya merasa lega. Hampir saja ia memaki kalau tidak melihat wajah Papanya. "Kamu darimana saja baru pulang malam begini? Suamimu mana?" tanya Raditya balik. Matanya memicing menatap putrinya.Ayra menghembuskan napas kasar. Ia langsung berbalik, membuka pintu kemudian masuk kamar tanpa menjawab pertanyaan Papanya. "Ayra, jawab papa! Suamimu mana? Kenapa tidak ikut pulang denganmu?" ulang Raditya mengikuti langkah putrinya. "Ayra tidak tahu, Pa. Sudahlah, Ayra capek. Biar saja dia di luaran sana. Toh, asalnya memang hidup di luaran kok," jawab Ayra langsung menghempaskan tubuhnya

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa Dia?

    "Ck, beraninya kamu mengancam mama, Ay! Ingat, mama pastikan kamu jadi gembel di jalanan. Mama akan lakukan apapun untuk mendapatkan semuanya. Ayo, Liz. Kita pergi saja dari sini!"Sarah menghentakkan kakinya lantas keluar dari ruangan diikuti oleh Liza. Ayra hanya diam menatap dua wanita yang telah hadir dalan kehidupan Papanya itu hingga menghilang dibalik pintu.Ayra hanya menghela napas panjang. Ia membalikkan tubuhnya, kembali duduk kemudian meraih tangan Papanya. Wajah tua keriput itu tampak begitu tenang seolah tak ada beban sedikitpun dalam hidup. Padahal Ayra tahu Papanya itu sedang tengah menyimpan begitu banyak beban dan kesedihan semenjak mama kandungnya pergi. "Papa, bangunlah. Ayra datang, Pa. Tolong, ku mohon jangan begini. Ayra butuh Papa," ucap Ayra mulai terisak. Sekuat apapun Ayra bertahan dalam kesedihan, ia tak akan mampu untuk melewati semuanya sendirian. Ia masih butuh Papanya sebagai sandaran dan tempat berkeluh kesah. Hanya Raditya satu-satu pria yang begitu

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Lumpuh

    Waktu terus berlalu. Ayra begitu semangat menginjakkan kakinya memasuki kampus. Beberapa hari lagi ia menuju wisuda. Segala persiapan sudah matang. Ia akhirnya bisa menyelesaikan skripsi kuliahnya dengan baik. Ayra begitu yakin bahwa dirinya pasti mampu menggantikan Papanya dalam mengurus perusahaan. Ia sudah cukup paham bagaimana cara kerja perusahaan Papanya yang bergerak di bidang properti itu.Tanpa Ayra sadari jika disetiap langkahnya selalu diawasi oleh seorang pria di kejauhan. Kemana-mana Ayra selalu sendiri bila berpergian. Ia sama sekali tidak pernah berpikir untuk jalan dengan pria lain karena masih sadar bahwa dirinya sudah berbeda status. Meskipun ia tidak pernah bertemu dengan suaminya, Rey. Namun, ia masih menganggap status pernikahan mereka.Ayra melangkah santai menuju ruangannya. Hingga saat ia masuk dan ingin duduk, tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membuka layar benda tersebut lantas mengangkat panggilan. "Halo, ada apa Mbak Asih?" tanyanya saat tahu ternya

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bingkisan untuk Ayra

    Raditya menarik tangan Ayra mengajaknya pergi. Ia juga meminta Sarah dan Liza agar berbarengan dengannya. Namun, Sarah menolak dengan alasan bawa mobil sendiri. Dengan terpaksa Ayra pun mengikuti Papanya walau dalam hati sebenarnya ia masih begitu kesal, terutama pada Raditya. Ia tak menyangka Papanya membiarkan Liza pergi begitu saja. Membawa berkas perusahaan yang menurutnya sangat penting. "Ayra, ayo naik!" panggil Raditya saat melihat putrinya hanya berdiri diam di samping mobil."Iya, Pa!" sahut Ayra malas. Raditya langsung melajukan mobil saat Ayra sudah masuk. Dalam perjalanan sesekali terdengar hembusan napas kasar dari mulut wanita cantik itu."Kamu kenapa sih, Ay? Marah-marah terus begitu," ucap Raditya memecah keheningan. Ia tahu putri kandungnya itu sedang marah, itu bisa ia lihat dari raut wajahnya yang tak seperti biasanya."Papa yang kenapa? Kenapa papa biarkan mereka pergi begitu saja. Papa tahu, mereka itu sudah mengambil berkas penting perusahaan papa. Apa papa m

DMCA.com Protection Status