Beranda / CEO / JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH ) / Kamu menginginkannya, bukan?

Share

Kamu menginginkannya, bukan?

Penulis: Ariirma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 15:22:16

"Rey, ini, ambil!" Raditya melempar kontak mobil Ayra ke arah Rey. Dengan sigap pria itu langsung menangkapnya.

"Eh, sini kembalikan! Kenapa kamu ambil kontak mobil saya," ucap Ayra berusaha merebut kontak mobilnya dari tangan Rey.

"Ayra, kamu apaan sih! Biar Rey yang menyetir mobil. Dia ini suami kamu lho," ujar Raditya mengingatkan.

"Duh, Papa. Kayak nggak tahu aja sama dia. Papa kira dia bisa menyetir mobil?" ledek Ayra menatap malas ke arah Rey, suaminya.

"Sini, berikan padaku kontaknya!" Ayra kembali merebut paksa kontak mobil dari tangan Rey.

"Ayra!" Raditya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya.

"Sudahlah, Pa. Ayo, kita berangkat!" ajak Ayra langsung beranjak pergi keluar ruangan.

"Oh, ya. Sekalian kamu bawa barang-barangnya ke mobil," lanjut Ayra hingga membuat Rey menghentikan langkah. Begitupun Raditya, ia menghela napas panjang, sangat menyayangkan sikap Ayra yang tidak mencerminkan sebagai seorang istri.

"Maafkan putri saya, Rey. Dia memang begitu," jelas Raditya merasa bersalah pada sang menantu.

"Tenang saja, Pak. Ini hal biasa bagi saya," ungkap Rey tersenyum.

Mobil yang dikendarai Ayra, akhirnya melaju dengan kecepatan tinggi. Entah, mengapa rasanya ia ingin segera tiba di rumah. Sementara Papa dan suaminya yang duduk di jok kursi bagian belakang tampak sedang berbincang santai.

Tiba di rumah, Ayra langsung turun tanpa mengajak suaminya masuk. Lagi dan lagi, Raditya hanya bisa menghela napas. Ia melihat di sekeliling, suasana rumah yang baru ia tinggal beberapa minggu ini tampak begitu sepi.

"Asih, apa keperluan saya sudah kau siapkan?"

"Sudah, Tuan. Semuanya ada di kamar Anda," jawab Asih mengambil koper pakaian dari tangan Rey. Langkah wanita itu terhenti, ia menatap Rey dengan kedua alis mengernyit.

"Maaf, Tuan. Dia siapa?" tanya Asih.

"Dia suami Ayra. Tolong kamu tunjukkan pada dia dimana kamarnya Ayra," ucap Raditya menatap putrinya yang sudah duluan menaiki tangga menuju kamar.

Asih melongo, kembali menatap Rey dari atas hingga bawah kaki. Ia masih belum percaya jika pria berpenampilan aneh itu ternyata suami Nona Muda, Ayra.

"Asih, kenapa kamu masih di situ? Ayo bawa dia ke kamar Ayra." Asih tersentak. Wanita itu langsung mengangguk lantas mengajak Rey naik ke lantai atas.

"Tuan Muda, mari ikut saya." Rey mengangguk. Ia mengikuti wanita itu sambil memandangi sekeliling dalam rumah.

"Ini kamarnya, Tuan."

"Baik, Terimakasih." Asih mengangguk lantas pamit pergi.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Rey langsung memegang gagang pintu kemudian mendorongnya pelan. Sebelum melangkah masuk, ia menyembulkan kepalanya ke dalam melihat keadaan dalam kamar.

Sepi.

"Hm, nggak ada orang. Lebih baik aku langsung masuk dan tidur," gumamnya tersenyum.

Tanpa pikir lagi, Rey langsung masuk dan menuju ranjang. Ia langsung membaringkan tubuh kekarnya di atas sana dengan posisi telentang. Perlahan ia memejamkan mata, menikmati kenyamanan udara dalam kamar yang begitu harum.

"Arrrrrrgh!"

Rey langsung melonjak kaget saat mendengar suara teriakan. Ia gegas bangun dan melihat sekeliling. Tampak Ayra sedang berdiri di bibir pintu kamar mandi sambil menutup bagian dadanya yang hanya mengenakan handuk.

"Kamu! Kenapa masuk ke sini, hah!?" sentak Ayra.

Rey menatap tak berkedip ke arah Ayra. Dia berdiri diam mematung tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hal itu tentu saja membuat Ayra semakin merasa tidak nyaman. Ia pikir otak Rey mulai berkelana yang tidak-tidak karena menatap tubuh dirinya yang saat ini hanya terbalut handuk.

"Kamu kenapa diam di situ? Cepat keluar!" usir Ayra sambil menunjuk ke arah pintu.

"Tidak, ini kamar kita. Papamu bilang kita berdua tidur di kamar ini," balas Rey menggeleng. Ia menolak untuk keluar dari kamar sebab kamar ini juga menjadi kamarnya. Ayra adalah istrinya. Jadi, sudah menjadi hak nya memasuki kamar Ayra kapanpun ia mau.

Ayra melongo, merasa tidak percaya dengan apa yang Rey katakan. Tidur berdua? Oh, tidak. Sampai kapanpun ia tak pernah sudi tidur dengan pria kampungan seperti Rey. Baik itu seranjang maupun sekamar, ia tidak akan pernah mau. Sekalipun jika sang Papa akan marah padanya, ia juga tak peduli.

"Jangan harap. Aku tidak pernah sudi tidur berdua denganmu. Sekarang, cepat kamu keluar dari sini! Aku mau ganti baju." Ayra mendekati Rey lantas mendorong bahunya agar segera keluar. Namun, Rey dengan sigap menahan tangan Ayra.

Ayra terkejut. Rey balik mendorong Ayra hingga punggung belakang gadis itu menabrak dinding. Pria itu mengurungnya dengan dua tangan, wajah mereka berdekatan dengan posisi saling tatap.

"Mau apa kamu?"

"Tubuhmu. Kamu tidak akan bisa menahan ku," balas Rey dengan napas memburu.

Wajah Ayra langsung memerah, entah karena apa. Antara malu dan marah, itu yang ia rasakan untuk saat ini. Ia menatap mata elang Rey yang begitu tajam dan menghipnotis seolah akan menelannya bulat-bulat. Jujur, dalam hati sebenarnya saat ini ia merasa sangat takut.

Rey tersenyum merasa telah berhasil menjinakkan sang istri yang menurutnya terlalu galak. Perlahan, dengan berani ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ayra.

Gadis itu hanya diam. Ia memejamkan mata, dan berusaha menghindari kontak mata dengan suaminya. Saat ini ia merasakan jantungnya berdetak begitu kencang dan tak beraturan seakan mau keluar dari tempatnya karena rasa takut dan perasaan ... yang entah ia tidak tahu apa penyebabnya.

"Aku tahu," ucap Rey hingga membuat Ayra perlahan membuka mata. Gadis itu masih diam ditempatnya dan tak bicara sepatah katapun.

"Kamu menginginkannya, bukan?" lanjut Rey tersenyum menyeringai.

"What?" Wajah Ayra langsung memerah. Ia langsung mendorong tubuh Rey sekuat tenaga hingga membuat handuk yang melilit tubuhnya hampir saja terlepas.

Bab terkait

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kamu menyukainya?

    "Kamu menginginkannya, bukan?" Rey tersenyum menyeringai. "What?" Wajah Ayra langsung memerah. Ia berusaha mendorong tubuh Rey dengan sekuat tenaga hingga membuat handuk yang melilit tubuhnya hampir saja terlepas. Rey dengan cepat menahan tangan Ayra lantas menarik pinggangnya. Kini tubuh mereka berdekatan tanpa jarak sejengkal pun. Tatapan mereka saling mengunci dengan deru napas yang memburu."Kamu terlalu galak dan menggoda. Aku suka wanita seperti mu. Tapi ...," ucapan Rey menggantung. Matanya menjelajahi tiap lekuk wajah istrinya yang begitu ayu dan cantik tanpa polesan sedikitpun."Apa?" potong Ayra memberanikan diri menatap balik suaminya. "Ternyata kamu sulit untuk dijinakkan," balas Rey tersenyum tipis. Tatapannya berubah sayu dengan napas yang menyapu ceruk leher Ayra. "Baguslah kalau begitu. Sekarang minggir!" sentak Ayra berusaha melepas diri dari suaminya. "Apa kamu tidak merasakannya? Hm," bisik Rey semakin mempererat pegangan tangannya yang masih memeluk pinggang A

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Uang Recehan.

    "Kamu menyukainya?" goda Rey dengan senyum menyeringai. Ayra tersentak. Wajahnya langsung memerah. Jujur, ia begitu malu kedapatan memperhatikan tubuh suaminya, malu untuk mengakui bahwa dirinya menyukai apa yang ada pada pria dihadapannya itu. "Ini baju ganti untukmu. Aku mau pergi jalan-jalan ke luar sama Papa," ucap Ayra langsung memalingkan wajah. Ia bergegas keluar kamar tanpa bicara lagi. Berdekatan dengan Rey hanya akan menodai otak dan matanya. Walau ia selalu berkata tidak menyukai pria itu. Namun, hatinya malah berkata sebaliknya. "Kemana? Tunggu, aku ikut!" seru Rey. Ia dengan cepat mengenakan pakaiannya. Ayra tak menyahut. Ia langsung menutup pintu lantas pergi menuruni anak tangga. Rey kembali tersenyum, merasa yakin bahwa Ayra pasti menyukai dirinya. *"Pa, bagaimana kalau malam ini kita makan bersama di luar saja? Suami Ayra yang traktir. Mama ingin menantu kita dekat dengan keluarga," usul Sarah duduk di samping Raditya. Raditya menoleh sekilas. Matanya memicing

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mereka harus tahu siapa dirimu.

    Ayra baru pulang ke rumah saat jam sudah menunjukan pukul 12 malam. Suasana rumah tampak begitu sepi. Ia melangkah dengan gontai menuju kamar. Baru saja ingin membuka pintu kamar, ia dikejutkan oleh suara orang memanggilnya. Ayra berdecak, merasa yakin jika itu adalah Rey. Namun, saat membalikkan tubuh ternyata itu adalah Papanya. "Ayra." Ayra langsung menoleh ke arah suara. "Papa? Kok belum tidur?" tanyanya merasa lega. Hampir saja ia memaki kalau tidak melihat wajah Papanya. "Kamu darimana saja baru pulang malam begini? Suamimu mana?" tanya Raditya balik. Matanya memicing menatap putrinya.Ayra menghembuskan napas kasar. Ia langsung berbalik, membuka pintu kemudian masuk kamar tanpa menjawab pertanyaan Papanya. "Ayra, jawab papa! Suamimu mana? Kenapa tidak ikut pulang denganmu?" ulang Raditya mengikuti langkah putrinya. "Ayra tidak tahu, Pa. Sudahlah, Ayra capek. Biar saja dia di luaran sana. Toh, asalnya memang hidup di luaran kok," jawab Ayra langsung menghempaskan tubuhnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bukan anak jalanan.

    "Setelah ini kau akan nyaman berada di sini, Rey. Mereka harus tahu siapa dirimu. Kamu adalah menantuku!" tegas Raditya lagi. Raditya beranjak menghampiri meja kerjanya lantas duduk di kursi kerajaan. Ia membuka beberapa berkas di atas meja kemudian mulai membubuhkan tanda tangan pada berkas-berkas tersebut.Sementara Rey sendiri sedang bersantai seorang diri. Ia pun beranjak menghampiri jendela kaca berukuran besar lantas melihat pemandangan di bawah sana. Ia memperhatikan hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang di jalanan, mengingat saat-saat dirinya berada ditempat yang bising. Ia menyunggingkan senyum karena upaya penyamaran dirinya kini berhasil. Puas menatap jalanan dari atas, Rey membalikkan tubuh. Kini ia memperhatikan suasana dalam ruangan kerja Papa mertuanya. Beberapa perlengkapan interior terpampang di sana. Pandangannya langsung tertuju pada sebuah foto berukuran sedang yang tergantung di sudut dinding tepat dibelakang kursi tempat Papa mertuanya duduk. Rey kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Malu aku menikah denganmu!

    "What? Memangnya kamu siapa berani bicara begitu? Heh, Liz. Asal kamu tahu ya, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan apa yang telah aku genggam. Ck, kamu kira aku ini bodoh, hah?! Jangan mimpi!" Ayra menatap tajam saudara tirinya. "Halah, kamu nggak tahu aja apa yang kami pegang, Ay. Lihat ini, ini adalah milik kamu bukan?" Sarah mengambil alih map dari tangan putrinya. Tanpa membukanya, ia hanya menunjukan map tersebut pada Ayra sambil tersenyum penuh kemenangan. Mata Ayra menyipit. Apa maksud mama tirinya itu? Jangan-jangan ... ah, gawat. Bagaimana jika mereka telah mengambil semua yang ada pada Papanya tanpa sepengetahuan dirinya? Ayra terdiam, berpikir keras mencari jalan untuk menjatuhkan keluarga tirinya yang begitu licik. "Bagaimana, Ay? Sudahlah, kamu sudah kalah. Lebih baik kamu pergi secepatnya dari sini! Karena semua ini akan menjadi milik kami, paham kamu!" lanjut Sarah menggertak. Ayra mencoba tetap tenang. Ia tersenyum, "Tidak, Ma! Aku tidak akan pergi dari sini se

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Pulanglah!

    Rey tak memperdulikan istrinya yang terus saja mengoceh tak jelas. Ia begitu menikmati hidangannya, tak peduli jika orang-orang sedang tengah memperhatikan dirinya. Jujur, sebenarnya dalam hati Rey cukup merasa tersinggung dengan penghinaan Ayra. Namun, demi menjaga agar misinya tetap aman, ia memilih tetap bertahan. "Rey!" sentak Ayra merasa kesal karena suaminya seolah tak memperdulikan dirinya. "Ya," sahut Rey santai."Aarrrrrrh! Kamu benar-benar menyebalkan, Rey! Ayo kita pergi dari sini. Buang saja makanan mu!" Ayra menarik paksa tangan suaminya. "Tapi, Ay. Aku belum selesai," balas Rey bergegas menghabiskan makanannya. Hampir saja ia tersedak kalau saja tidak mengambil minum. "Sudahlah, lupakan!" sentak Ayra semakin kesal.Mereka kembali menaiki mobil. Kali ini Ayra yang mengemudi. Sepanjang perjalanan, wanita itu tak hentinya mengomel. Menyudutkan Rey dengan berbagai hinaan yang menyakitkan. Ayra tidak sadar bahwa apa yang telah ia lakukan itu salah dan telah mengubah kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Reynaldi Thomson

    "Tuan Thomson?" Sopir yang membawa penumpang laki-laki itu tampak kaget saat melihat wajah aslinya. "Bawa saya pulang, Max!" ujar Rey melepas semua yang menempel di wajahnya. Mulai dari rambut serta bulu-bulu yang ada di bagian pipinya. Rey, pria yang sudah menikah dengan Ayra itu ternyata memiliki nama panggilan lain. Reynaldi Thomson, nama yang mungkin tidak asing lagi di kalangan orang-orang besar. Karena itulah ia tidak pernah menyebutkan nama aslinya dihadapan keluarga Ayra. Ia hanya tidak ingin orang-orang mengenal kehidupan dan dunianya. Pria berperawakan tinggi itu ternyata memiliki kekuasaan. Bukan seperti orang kampungan yang sering istrinya katakan. Bahkan penampilannya kini jauh lebih berbeda. Ia lebih tampan dan bersih setelah rambut dan bulu palsu itu di lepas dari wajahnya."Baik, Tuan!" Mobil yang di atasnya ada tulisan taksi itu langsung melaju dengan kecepatan tinggi. Rey tidak asing lagi dengan sopir pribadinya itu. Sebelum menghadang mobil Max tadi, ia terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Yang itu palsu

    "Merana? Bagaimana bisa kamu tahu dia merana, Max?" tanya Rey menautkan kedua alisnya. Max tertawa renyah. "Saya bisa melihatnya dari sini, Tuan. Dia sedang duduk seorang diri di kursi taman," ucapnya di seberang."Kau ambil gambarnya, Max. Kirim padaku segera!" lanjut Rey langsung menutup panggilan. Entah, mengapa hatinya mendadak resah setelah mendengar penuturan Max, asistennya. Apa yang terjadi? Kenapa dengan Ayra? Ting!Terdengar notif pesan masuk dari gawai milik Rey. Gegas ia meraih ponselnya yang baru saja ia letakkan di atas meja lantas membuka aplikasi berlogo hijau. Sudut bibir Rey langsung melengkung. Ia tersenyum saat melihat foto Ayra sedang duduk sendirian di kursi taman. Wajah ayu yang ia rindukan itu tampak tak seperti biasanya yang begitu galak dan cerewet. "Apa yang kamu pikirkan, Ayra? Memikirkan diriku kah? Hm," gumam Rey menatap lekat foto wajah istrinya. "Tetap awasi dia, Max. Besok kamu kembali lagi ke sini!" "Baik, Tuan!" Rey kembali menutup ponselnya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08

Bab terbaru

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa Dia?

    "Ck, beraninya kamu mengancam mama, Ay! Ingat, mama pastikan kamu jadi gembel di jalanan. Mama akan lakukan apapun untuk mendapatkan semuanya. Ayo, Liz. Kita pergi saja dari sini!"Sarah menghentakkan kakinya lantas keluar dari ruangan diikuti oleh Liza. Ayra hanya diam menatap dua wanita yang telah hadir dalan kehidupan Papanya itu hingga menghilang dibalik pintu.Ayra hanya menghela napas panjang. Ia membalikkan tubuhnya, kembali duduk kemudian meraih tangan Papanya. Wajah tua keriput itu tampak begitu tenang seolah tak ada beban sedikitpun dalam hidup. Padahal Ayra tahu Papanya itu sedang tengah menyimpan begitu banyak beban dan kesedihan semenjak mama kandungnya pergi. "Papa, bangunlah. Ayra datang, Pa. Tolong, ku mohon jangan begini. Ayra butuh Papa," ucap Ayra mulai terisak. Sekuat apapun Ayra bertahan dalam kesedihan, ia tak akan mampu untuk melewati semuanya sendirian. Ia masih butuh Papanya sebagai sandaran dan tempat berkeluh kesah. Hanya Raditya satu-satu pria yang begitu

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Lumpuh

    Waktu terus berlalu. Ayra begitu semangat menginjakkan kakinya memasuki kampus. Beberapa hari lagi ia menuju wisuda. Segala persiapan sudah matang. Ia akhirnya bisa menyelesaikan skripsi kuliahnya dengan baik. Ayra begitu yakin bahwa dirinya pasti mampu menggantikan Papanya dalam mengurus perusahaan. Ia sudah cukup paham bagaimana cara kerja perusahaan Papanya yang bergerak di bidang properti itu.Tanpa Ayra sadari jika disetiap langkahnya selalu diawasi oleh seorang pria di kejauhan. Kemana-mana Ayra selalu sendiri bila berpergian. Ia sama sekali tidak pernah berpikir untuk jalan dengan pria lain karena masih sadar bahwa dirinya sudah berbeda status. Meskipun ia tidak pernah bertemu dengan suaminya, Rey. Namun, ia masih menganggap status pernikahan mereka.Ayra melangkah santai menuju ruangannya. Hingga saat ia masuk dan ingin duduk, tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membuka layar benda tersebut lantas mengangkat panggilan. "Halo, ada apa Mbak Asih?" tanyanya saat tahu ternya

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bingkisan untuk Ayra

    Raditya menarik tangan Ayra mengajaknya pergi. Ia juga meminta Sarah dan Liza agar berbarengan dengannya. Namun, Sarah menolak dengan alasan bawa mobil sendiri. Dengan terpaksa Ayra pun mengikuti Papanya walau dalam hati sebenarnya ia masih begitu kesal, terutama pada Raditya. Ia tak menyangka Papanya membiarkan Liza pergi begitu saja. Membawa berkas perusahaan yang menurutnya sangat penting. "Ayra, ayo naik!" panggil Raditya saat melihat putrinya hanya berdiri diam di samping mobil."Iya, Pa!" sahut Ayra malas. Raditya langsung melajukan mobil saat Ayra sudah masuk. Dalam perjalanan sesekali terdengar hembusan napas kasar dari mulut wanita cantik itu."Kamu kenapa sih, Ay? Marah-marah terus begitu," ucap Raditya memecah keheningan. Ia tahu putri kandungnya itu sedang marah, itu bisa ia lihat dari raut wajahnya yang tak seperti biasanya."Papa yang kenapa? Kenapa papa biarkan mereka pergi begitu saja. Papa tahu, mereka itu sudah mengambil berkas penting perusahaan papa. Apa papa m

DMCA.com Protection Status