Share

Istri dari Surga
Istri dari Surga
Penulis: Mama fia

Part 1

"Ngaca sana! Sekali-sekali Mama itu harus memperhatikan penampilan. Pakai bedak, pakai lipstik, jangan seperti babu!"

Firda terkejut mendengar ucapan Rayan. Selama sepuluh tahun usia pernikahan mereka, baru kali ini suaminya mengungkit masalah wajah dan penampilannya.

Firda hanya diam, ingin membantah juga percuma karena Rayan langsung pergi meninggalkannya. Apalagi Rayan baru saja pulang kerja. Mungkin dia sedang lelah, begitu yang ada di pikiran Firda. Dia tidak ingin berburuk sangka meskipun jelas-jelas Rayan menghinanya.

Firda menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, menenangkan perasaannya sendiri. Dia lalu bangkit dari duduknya dan pergi menyiapkan makan malam untuk suaminya yang berada di kamar mandi.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Rayan langsung berpamitan. Dia tak peduli dengan makan malam yang sudah Firda siapkan.

"Ma ... aku pergi dulu, diajak makan-makan sama bapak-bapak di blok sebelah. Ada yang ulang tahun."

"Iyaa." Hanya itu jawaban Firda karena mau melarang pun pasti akan berujung pertengkaran.

Pulang kerja, mandi, ganti baju, setelah itu pasti Rayan akan pergi lagi, dengan berbagai alasan. Entah itu ada yang ulang tahun, mencari uang tambahan, dicari pak ini, dicari pak itu. Sudah hampir beberapa bulan ini sikap Rayan berubah. Bahkan seringkali Rayan pulang larut malam padahal besok pagi dia harus bekerja.

Jika Firda menegurnya, Rayan pasti akan marah. Akhirnya membuat Firda bosan dan tak lagi menasihatinya. Dibiarkan saja suaminya pergi dan pulang sesuka hati. Walaupun terkadang sampai pulang dini hari, Firda tak peduli lagi.

Firda bukan menantu yang gaji suaminya dipegang ibu mertuanya. Bukan pula istri yang tak pernah diberi nafkah. Bukan juga istri yang suaminya lebih mementingkan saudaranya. Tidak seperti cerita yang ada di novel yang sering dia baca dan Firda sangat bersyukur.

Rayan setiap hari pulang. Gajinya utuh Firda yang pegang meskipun terkadang masih kurang. Suaminya juga seorang yang penyayang. Namun, akhir-akhir ini Rayan menjadi manusia yang paling menyebalkan bahkan menakutkan.

Rayan sangat menyayangi Syifa—putrinya. Bahkan setiap ada kesempatan, Rayan selalu mengajak putrinya bicara dan bercanda. Hanya saja akhir-akhir ini Rayan begitu cuek pada isttinya. Itu yang membuat Firda sedih.

Setiap hari ada saja hal-hal kecil yang memancing emosi Rayan. Mulai dari cucian yang katanya kurang bersih, rumah yang kurang rapi, sampai wajah istrinya yang tak pernah berhias pun dikomentari.

Padahal selama ini Rayan tak pernah protes terhadap hal-hal yang seperti itu. Jika ditanya baik-baik, pasti jawabannya, "Jangan terlalu dipikirkan, mungkin aku lagi suntuk banyak kerjaan."

Firda pun tak pernah lagi membahasnya, dia hanya akan diam saja jika suaminya marah-marah. Dia tak pernah membantah perkataan Rayan, apalagi ikut terpancing emosinya. Diam lebih baik, daripada melayani orang yang emosi dan berujung pada pertengkaran yang semakin memperkeruh suasana.

Seperti malam ini, entah jam berapa Rayan pulang. Jam dua belas tadi malam, Firda masih belum melihat suaminya di kamar mereka.

***

Pagi harinya ....

Braaakk!!

Firda sangat terkejut mendengar suara pintu yang ditutup dengan sangat kencang. Dia sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapan.

Firda berlari ke teras depan. Dilihatnya Rayan sudah duduk di atas kendaraan roda duanya sambil memandang tajam ke arahnya.

"Jam berapa ini? Aku sudah terlambat sekali. Sial!! Sial!!"

Setelah itu, langsung saja Rayan berangkat dengan mengendarai motornya dengan wajah yang menahan marah. Marah karena bangun kesiangan dan pasti akan terlambat sampai di tempat kerja.

Marah karena Firda terlambat membangunkannya. Padahal berulang kali Firda berusaha membangunkan Rayan dengan berbagai macam cara. Namun, Rayan selalu membalasnya dengan bentakan.

Kejadian itu hampir setiap hari dialami Firda. Rayan selalu bangun siang karena malamnya begadang. Akhirnya Firda yang selalu menjadi sasaran amukan.

Firda hanya menghela napas panjang sambil memegang dadanya yang berdegup kencang. Hampir setiap pagi dia merasakan senam jantung karena kelakuan suaminya itu.

Setelah kepergian Rayan, Firda masuk kembali dan melanjutkan pekerjaan rumah. Tak lupa Firda memandikan putri kecilnya. Setelah putrinya sudah cantik dan wangi, Firda lalu menyuapinya sambil menonton film kartun yang ada di televisi.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, ponsel Firda berdering. Dilihatnya nama yang ada di layar yang ternyata adalah Rayan.

"Ma, aku kecelakaan. Tolong ke Rumah Sakit Harapan, ya." Suara lemah Rayan di seberang sana memberi kabar kalau dirinya kecelakaan.

Firda kembali menarik napas dalam-dalam dan mengucap istighfar. Dirinya tak lagi terkejut dengan berita dari Rayan. Dia sudah terbiasa karena sang suami dalam setahun ini sering mengalami kejadian yang serupa.

Firda akhirnya pergi ke rumah tetangganya mencari bantuan untuk pergi ke rumah sakit melihat keadaan suaminya. Dia tidak ada kendaraan lagi. Satu-satunya kendaraan yang mereka miliki adalah motor yang dipakai Rayan bekerja.

Dengan langkah gontai dan pikiran yang mulai meresahkan jiwa, Firda berjalan pulang. Teman rasa saudara yang baru saja dia kabari mengenai suaminya yang kecelakaan mengingatkannya lagi.

Selama ini Firda tak pernah berpikiran negatif kepada Rayan, meskipun banyak teman yang sudah menasihatinya.

"Coba sekali-kali kamu cek ponsel suamimu. Apalagi ponsel yang dipassword pasti ada apa-apanya. Bukannya suudzon, hanya saja berjaga-jaga agar rumah tangga kita aman karena jaman sekarang pelakor ada di mana-mana. Suami yang sering kecelakaan itu biasanya sering dzolim pada istrinya. Pasti suamimu sudah macam-macam tanpa sepengetahuanmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status