Share

Part 7

Tiba-tiba Firda pingsan tak sadarkan diri. Rayan pun membawa tubuh Firda ke tempat tidur dan membaringkannya. Rayan menangis melihat istrinya. Apalagi Syifa semakin kencang tangisnya. 

Sambil berusaha menyadarkan Firda dan menenangkan buah hatinya, Rayan mengucapkan kata maaf tanpa henti. Rayan sadar, dia tak mau ditinggal sang istri.

Firda pingsan, karena dia sudah tak kuat lagi berbulan-bulan menahan amarah dan sakit hati. Kepercayaan pada Rayan hilang sudah. Firda kecewa karena suami yang disangka setia ternyata akhirnya selingkuh juga.

Setelah siuman, Firda melirik Rayan di sampingnya dengan Syifa yang sudah terlelap dalam gendongannya. Melihat Firda yang sudah sadar dari pingsannya, Rayan membaringkan Syifa dengan hati-hati di kamar sebelah. Jangan sampai Syifa bangun karena pertengkaran orangtuanya.

"Maafkan aku, maafkan aku, jangan pergi, Ma. Aku sayang Mama, aku nggak mau kamu pergi. Kalau kamu jijik sama aku, biar aku saja yang pergi," ucap Rayan sambil menciumi tangan istrinya.

Firda hanya diam saja. Wajahnya pucat dan pipinya basah penuh dengan tetesan air mata. Firda merasakan pusing dan sakit sekali kepalanya.

Firda sendiri pun bingung akan berbuat apa. Jika memaafkan, apa dia akan sanggup menjalani dengan ikhlas pernikahan yang sudah ternoda ini. Namun, rumah siapa yang akan dia tuju jika dia pergi? 

"Apa salahku, Pa? Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik dan menuruti semua apa yang kamu perintahkan. Aku selalu berusaha menjadi istri yang kamu inginkan. Kamu bilang A aku ikut, kamu nyuruh B aku nurut. Kamu suka marah-marah tanpa alasan juga aku selalu diam saja. Tapi apa yang kudapatkan sekarang?" 

Meskipun badannya masih terasa lemas, Firda memaksakan diri untuk bicara. Air mata yang sempat berhenti, kembali mengalir deras. 

"Kalau memang sudah nggak cinta harusnya bicara. Aku tidak akan menuntut apa-apa. Bahkan kamu sepertinya sudah nggak punya malu lagi. Banyak sekali pacarmu. Apa maksud semua ini, Pa? Ingat, kamu punya anak perempuan yang harus dijaga!" Firda meluapkan isi hatinya dengan napas yang memburu.

"Aku hanya iseng saja, aku juga tidak pernah bertemu, apalagi tidur dengan mereka. Sungguh, kamu harus percaya. Aku akan berubah, aku tak akan berbuat seperti itu lagi. Jangan pergi, jika kamu pergi lebih baik aku bunuh diri," jawab Rayan sambil terus memohon pada Firda.

"Papa bohong! Papa sudah pernah tidur dengan Mbak Maya. Aku sudah membaca pesan kalian berdua. Aku tak bisa dibohongi lagi, aku bukan anak kecil yang tak tahu apa-apa. Aku tidak bodoh. Aku tahu pembicaraan kalian bukan hanya sekedar pesan seks saja seperti sama pacar-pacar kamu yang lainnya. Aku tahu, aku juga merasakan akhir-akhir ini kamu juga berbeda denganku, bahkan kamu sudah beberapa bulan tidak pernah menyentuhku. Kamu tidak bisa lagi berbohong padaku dan aku jijik denganmu. Aku jijik!!" teriak Firda sambil beranjak dari tempat tidur dan menuju lemari pakaiannya. Firda akan pergi, begitulah tekadnya meskipun tak tahu ke mana tujuannya.

Rayan memeluk Firda dari belakang, Rayan terus menerus memohon dan meminta maaf pada istrinya. Firda meronta menghindari pelukan suaminya. Firda takut dengan hatinya yang akan luluh melihat Rayan seperti itu. Firda takut tekadnya melemah karena cinta dan sayangnya pada Rayan yang menggebu.

"Tolong, maafkan aku. Aku tahu kesalahanku kali ini sangat besar, aku tahu kamu jijik padaku, tapi tolong maafkan aku, Ma. Tolong maafkan aku, tolong jangan pergi, tolong tetaplah di rumah ini. Aku janji akan berubah, aku janji tak akan mengulanginya lagi." Rayan terus memohon pada Firda sambil berlutut dan memegang kaki istrinya. Terlihat sangat menyedihkan, wajah Rayan pun penuh dengan air mata. Terlihat pula rasa sesal yang begitu dalam dari lubuk hatinya.

Firda tak bergeming, tubuhnya hanya diam tak mampu bergerak, kaku. Bibirnya pun kelu tak mampu mengucap kata. Melihat istrinya hanya diam saja, Rayan pun bangkit dan berdiri.

"Baiklah, jika kamu nggak mau memaafkan aku, jangan harap melihatku lagi esok hari! Aku akan bunuh diri di jalanan besok pagi. Mama tak akan pernah lihat aku lagi jika kamu benar-benar pergi," seru Rayan tak mau kalah sambil membersihkan sisa-sisa air mata.

Rayan juga menangis. Dia sebenarnya sangat malu karena sudah ketahuan berselingkuh. Apalagi jika sampai ada teman atau tetangganya yang juga mengetahuinya. Rayan tak ingin tercoreng nama baiknya. Lebih baik mati, begitu pikirnya.

Ini yang ditakutkan Firda. Dia tahu suaminya adalah orang yang terkadang masih labil seperti remaja. Dan Firda juga bingung dengan keadaan dirinya yang harus bagaimana. Suaminya selalu seperti itu jika ada masalah.

Pernah sekali Rayan mencoba bunuh diri karena kehilangan pekerjaan dan dibohongi temannya. Jika sudah putus asa, Rayan pasti akan berbuat nekat tanpa memikirkan istri dan putrinya. 

Sikap Rayan yang terkadang labil, membuat Firda tak pernah bisa meninggalkannya. Firda tak tahu lagi, apa yang harus dilakukannya saat ini. Pergi atau memaafkan dan tetap bertahan? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status