"Ngaca sana! Sekali-sekali Mama itu harus memperhatikan penampilan. Pakai bedak, pakai lipstik, jangan seperti babu!"Firda terkejut mendengar ucapan Rayan. Selama sepuluh tahun usia pernikahan mereka, baru kali ini suaminya mengungkit masalah wajah dan penampilannya. Firda hanya diam, ingin membantah juga percuma karena Rayan langsung pergi meninggalkannya. Apalagi Rayan baru saja pulang kerja. Mungkin dia sedang lelah, begitu yang ada di pikiran Firda. Dia tidak ingin berburuk sangka meskipun jelas-jelas Rayan menghinanya.Firda menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, menenangkan perasaannya sendiri. Dia lalu bangkit dari duduknya dan pergi menyiapkan makan malam untuk suaminya yang berada di kamar mandi.Setelah mandi dan berganti pakaian, Rayan langsung berpamitan. Dia tak peduli dengan makan malam yang sudah Firda siapkan."Ma ... aku pergi dulu, diajak makan-makan sama bapak-bapak di blok sebelah. Ada yang ulang tahun.""Iyaa." Hanya itu jawaban Firda karena mau m
Nasihat temannya membuat hatinya nyeri tapi Firda sendiri bukan tipe orang yang suka menuduh tanpa bukti. Firda bukan tipe orang yang suka membuat keributan apalagi dengan suami sendiri.Baginya suami adalah salah satu tiket utama menuju surga. Bahkan dari awal pernikahannya Firda sudah membolehkan suaminya menikah lagi asal dengan ijinnya.Firda berkata demikian karena tak mau suaminya selingkuh. Karena perselingkuhan jika ketahuan akan lebih menyakitkan.Dengan menggendong putrinya yang baru berusia tiga tahun, Firda pergi menuju Rumah Sakit Harapan dengan mobil bersama tetangganya. Bagi orang yang mengenalnya, Rayan adalah sosok yang baik, ramah dan ringan tangan. Jadi jangan heran, kalau tetangganya yang mendengar Rayan kecelakaan berlomba saling menawarkan bantuan.Sampailah mereka di Rumah Sakit Harapan dan langsung menuju ruang UGD. Kaki Rayan harus dioperasi karena tulangnya patah. Namun, para tetangganya tidak ada yang setuju karena jika dioperasi penyembuhannya akan lebih la
Firda melanjutkan langkahnya ke belakang untuk membuatkan minuman dan juga menyiapkan beberapa camilan untuk mereka. Dari dapur Firda mendengar suara mereka yang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Tamu suami istri itu sama-sama humoris. Rayan juga sebenarnya orang yang ramah dan suka bercanda. Hanya saja semua itu hanya dengan teman-temannya, bukan dengan istrinya.Itulah yang sering membuat Firda sedih, suaminya terlihat lebih bahagia dengan orang lain dibanding saat berdua dengan dirinya."Silakan diminum," kata Firda dengan sopan, sambil meletakkan hidangan di atas meja.Rayan mengenalkan tamu yang datang ke rumahnya saat ini pada Firda."Ini Mbak Maya dan suaminya Pak Yahya. Mbak Maya ini guru ngaji di salah satu mushola yang menerima bantuan dari perusahaan. Kebetulan aku yang mengurus bantuan itu dan ternyata tetangganya Mbak Maya juga temanku SMP. Jadi kita sering bertemu kalau ada waktu berkunjung ke mushola, sekalian mampir silaturahmi," jelas Rayan dengan senyum ya
Suatu hari nanti kamu akan diuji dengan orang yang sangat kamu cintai.Karena tanpa kamu sadari kamu telah meletakkan dia sebagai cinta pertamamu.Sedang Allah tidak menyukai itu.***"Ma ... nanti malam teman-teman SMP-ku mau main ke sini. Ada yang baru datang dari Kalimantan. Tolong siapkan hidangan, belikan saja nasi bebek sama buah atau camilan. Minumnya sediakan kopi hitam," perintah Rayan pada Firda yang sedang menjemur pakaian."Iya, Pa, berapa orang kira-kira yang datang?" tanya Firda tanpa menoleh ke arah Rayan. Dia masih fokus dengan pekerjaannya."Mungkin empat atau lima orang saja kok, Ma," jawab Rayan."Baik, Pa, nanti sore Mama belikan," balas Firda."Uangnya aku letakkan di meja dapur." "Iya."Setelah meletakkan dua lembar uang berwarna merah, Rayan berjalan tertatih menuju kamarnya. Terlihat olehnya, Syifa bermain sendiri di depan televisi. Rayan duduk bersandar di atas ranjang lalu meraih ponsel yang ada di bawah bantal. Tersenyum dirinya saat melihat notifikasi pes
"Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan. Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hati seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi. Rayan masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.Bukannya Firda tak ingin marah. Bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya. Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan tapi Firda tak mau membahasnya sekarang.Pantas saja Rayan
Hati ....Tetaplah berprasangka baik pada apupun yang terjadi, pada siapapun yang datang dan pergi.Jangan menyimpan dendam dan marah pada keadaan.Percayalah, bahwa setiap ujian yang datang, hadir untuk menguatkan.***"Pa, ada tagihan dari kartu kredit lima juta. Bulan kemarin tagihan sudah menipis lho, sudah mau lunas hutang kita. Setiap bulan aku berusaha rutin membayar. Aku ingin hutang kita cepat lunas. Belum kredit rumah ini, sudah dua bulan ini belum terbayar.""Dua bulan kemarin Papa hanya menerima gaji pokok saja karena kecelakaan. Jadi aku memang sengaja membayar lebih tagihan kartu kreditnya, bayar rumahnya masih belum bisa, Pa.Tapi ini, kenapa Papa ambil uang dari kartu kredit tanpa sepengetahuanku? Buat apa, Pa?" tanya Firda pada Rayan, setelah mereka selesai makan malam.Tadi siang Firda mendapatkan surat tagihan dari bank, satu tagihan kartu kredit dan yang satu lagi tagihan KPR rumah yang mereka tempati sekarang. Dari awal Firda kurang setuju dengan kartu kredit itu.
Tiba-tiba Firda pingsan tak sadarkan diri. Rayan pun membawa tubuh Firda ke tempat tidur dan membaringkannya. Rayan menangis melihat istrinya. Apalagi Syifa semakin kencang tangisnya. Sambil berusaha menyadarkan Firda dan menenangkan buah hatinya, Rayan mengucapkan kata maaf tanpa henti. Rayan sadar, dia tak mau ditinggal sang istri.Firda pingsan, karena dia sudah tak kuat lagi berbulan-bulan menahan amarah dan sakit hati. Kepercayaan pada Rayan hilang sudah. Firda kecewa karena suami yang disangka setia ternyata akhirnya selingkuh juga.Setelah siuman, Firda melirik Rayan di sampingnya dengan Syifa yang sudah terlelap dalam gendongannya. Melihat Firda yang sudah sadar dari pingsannya, Rayan membaringkan Syifa dengan hati-hati di kamar sebelah. Jangan sampai Syifa bangun karena pertengkaran orangtuanya."Maafkan aku, maafkan aku, jangan pergi, Ma. Aku sayang Mama, aku nggak mau kamu pergi. Kalau kamu jijik sama aku, biar aku saja yang pergi," ucap Rayan sambil menciumi tangan istrin
Pernikahan adalah perjuangan.Berhasil mempertahankan waktu demi waktu umur pernikahan merupakan sebuah karunia sekaligus prestasi bagi kedua mempelai.***Beberapa hari ini suasana rumah tangga Firda sudah kembali tenang dan terlihat bahagia. Firda pun berusaha legowo memaafkan suaminya. Rayan pun demikian, berusaha mengambil hati Firda kembali. Setelah pulang kerja, mandi dan makan malam, Rayan tak pernah lagi keluyuran atau pun begadang dengan teman-temannya. Berusaha bangun pagi sendiri dan tidak terlambat lagi ke tempat kerja. Meskipun Firda masih belum mau disentuhnya, Rayan tak berani memaksa. Rayan sangat mengerti jika istrinya masih butuh waktu. Bagi Rayan, dimaafkan kesalahannya kali ini saja sudah sangat bahagia.Firda pun merasa cukup senang karena Rayan kembali seperti dulu lagi, sebelum mengenal teman-temannya yang sekarang. Firda dan Rayan menempati rumah mereka di perumahan ini sudah hampir lima tahun. Dulu mereka menempati rumahnya saat perumahan masih baru saja se