Suatu hari nanti kamu akan diuji dengan orang yang sangat kamu cintai.
Karena tanpa kamu sadari kamu telah meletakkan dia sebagai cinta pertamamu.Sedang Allah tidak menyukai itu.***"Ma ... nanti malam teman-teman SMP-ku mau main ke sini. Ada yang baru datang dari Kalimantan. Tolong siapkan hidangan, belikan saja nasi bebek sama buah atau camilan. Minumnya sediakan kopi hitam," perintah Rayan pada Firda yang sedang menjemur pakaian."Iya, Pa, berapa orang kira-kira yang datang?" tanya Firda tanpa menoleh ke arah Rayan. Dia masih fokus dengan pekerjaannya."Mungkin empat atau lima orang saja kok, Ma," jawab Rayan."Baik, Pa, nanti sore Mama belikan," balas Firda."Uangnya aku letakkan di meja dapur." "Iya."Setelah meletakkan dua lembar uang berwarna merah, Rayan berjalan tertatih menuju kamarnya. Terlihat olehnya, Syifa bermain sendiri di depan televisi. Rayan duduk bersandar di atas ranjang lalu meraih ponsel yang ada di bawah bantal. Tersenyum dirinya saat melihat notifikasi pesan dari sang guru mengaji. Hidup Rayan menjadi berwarna setelah mengenal Maya. Berawal dari perkenalan di salah satu media sosial dan berlanjut di dunia nyata. Saling curhat, saling memuji, dan sekarang mereka mulai bermain hati. ***Sore hari, setelah semua pekerjaan rumahnya selesai, Firda pergi ke warung nasi bebek bersama putrinya. Firda sangat bersyukur karena Syifa adalah anak yang pendiam dan jarang sekali rewel. Syifa tidak pernah mau dititipkan kepada orang lain bahkan dengan papanya sendiri. Meskipun Rayan suka sekali bercanda dengan putrinya tapi Syifa masih saja tak pernah mau jika ditinggal hanya berdua dengan Rayan.Rayan pun enggan jika harus berdua saja dengan putrinya. Dia akan bingung sendiri jika Syifa menangis. Firda juga lebih tenang jika putrinya ikut dengannya karena jika Firda terlalu lama pergi meninggalkan mereka, maka Rayan pun akan marah.***Setelah sholat isya', Firda menyiapkan semua hidangan. Sementara Rayan sudah siap menunggu di teras rumahnya. Tidak lama kemudian, yang ditunggu pun datang. Meskipun hanya berlima tapi suaranya terdengar heboh. Setelah menyajikan hidangannya, Firda langsung masuk kamar dan bermain dengan putrinya.Begitulah Firda, dìa hanya bagian menyiapkan hidangan untuk tamu Rayan. Jarang sekali dia ikut mengobrol. Apalagi tamunya Rayan laki-laki, tak pantas jika dia ikut bergabung dengan mereka.Di sela-sela percakapan bersama teman-temannya, ponsel Rayan berdering. Dilihatnya nama "Ibu" terpampang di layar ponsel itu. Dengan terpaksa dia memanggil istrinya."Ma, ada telepon dari ibu!" teriak Rayan memanggil Firda.Dengan langkah tergesa, Firda berjalan ke teras lalu kembali ke kamar. Dia lupa kalau dari sore tadi ponselnya sendiri mati dan sampai sekarang belum diaktifkan."Assalamu'alaikum, bagaimana kabarmu, Firda? Kamu dan keluargamu baik-baik saja, kan?" tanya Bu Siti—ibu Firda."Alhamdulillah baik, Bu. Ibu juga apa kabar di sana?" Mendengar suara ibunya saja sudah membuatnya bahagia."Alhamdulillah, ibu sehat, Nduk. Ibu hanya ingin kasih kabar kalau masmu Fauzan sudah bercerai. Anak-anaknya ikut ibunya semua. Memang sudah jalannya mau bagaimana lagi. Kamu jadi istri yang baik, ya, Nduk. Jaga suamimu, jaga keluargamu, jaga rumah tanggamu. Jangan seperti mas-masmu. Ibu sebenarnya sedih, ibu malu, tapi mau bagaimana lagi. Kalau sudah tidak cocok, daripada diteruskan malah semakin banyak masalah," cerita Siti, membuat Firda menarik napas dalam-dalam. "Nggih, Bu, insyaa Allah Firda akan berusaha sebaik-baiknya. Semoga anak-anaknya Mas Fauzan bisa menerima semua ini dengan hati yang ikhlas," jawab Firda.Hanya itu yang bisa Firda do'akan. Dia juga sudah lama mendengar kabar keretakan rumah tangga kakaknya.Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan ibunya melalui ponsel suaminya, Firda pun memutuskan percakapan mereka.Baru saja Firda ingin mengembalikan ponsel pada Rayan, tanpa sengaja Firda melihat notifikasi pesan masuk dari seseorang yang diberi nama ST.Hai, bagaimana kabarmu, Sayang? Aku kangen banget nih.Degh!!Ponsel Rayan masih menyala dan belum terkunci lagi, kesempatan ini digunakan oleh Firda. Dibukanya pesan-pesan yang ada di semua aplikasi yang ada di ponsel suaminya.Gemetar seluruh tubuhnya, bergemuruh isi dadanya, terasa nyeri hatinya, terisak menahan luka. Prasangka buruk yang selalu menghantuinya terjadi sudah.Banyak pesan mesra bahkan juga pesan yang tidak sepantasnya di ponsel Rayan. Namun yang tidak disangkanya, bukan hanya kepada satu orang wanita saja. Entah berapa, Firda tak sempat menghitungnya. Malu rasanya jika harus meneruskan membaca semuanya.Firda membaca pesan di aplikasi pesan dan salah satu media sosial Rayan dengan cepat. Ini adalah waktu yang tepat. Kesempatan membaca ponsel suaminya mungkin tak akan datang lagi untuk yang kedua kali. Firda juga takut jika waktunya tak akan cukup.Namun, ada salah satu nama yang menjadi pusat perhatian Firda. Nama yang baru saja mengirim pesan. Sungguh, Firda tak menyangka Rayan bisa melakukannya."Astaghfirullah ... Ya Allah, aku harus bagaimana?""Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan. Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hati seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi. Rayan masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.Bukannya Firda tak ingin marah. Bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya. Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan tapi Firda tak mau membahasnya sekarang.Pantas saja Rayan
Hati ....Tetaplah berprasangka baik pada apupun yang terjadi, pada siapapun yang datang dan pergi.Jangan menyimpan dendam dan marah pada keadaan.Percayalah, bahwa setiap ujian yang datang, hadir untuk menguatkan.***"Pa, ada tagihan dari kartu kredit lima juta. Bulan kemarin tagihan sudah menipis lho, sudah mau lunas hutang kita. Setiap bulan aku berusaha rutin membayar. Aku ingin hutang kita cepat lunas. Belum kredit rumah ini, sudah dua bulan ini belum terbayar.""Dua bulan kemarin Papa hanya menerima gaji pokok saja karena kecelakaan. Jadi aku memang sengaja membayar lebih tagihan kartu kreditnya, bayar rumahnya masih belum bisa, Pa.Tapi ini, kenapa Papa ambil uang dari kartu kredit tanpa sepengetahuanku? Buat apa, Pa?" tanya Firda pada Rayan, setelah mereka selesai makan malam.Tadi siang Firda mendapatkan surat tagihan dari bank, satu tagihan kartu kredit dan yang satu lagi tagihan KPR rumah yang mereka tempati sekarang. Dari awal Firda kurang setuju dengan kartu kredit itu.
Tiba-tiba Firda pingsan tak sadarkan diri. Rayan pun membawa tubuh Firda ke tempat tidur dan membaringkannya. Rayan menangis melihat istrinya. Apalagi Syifa semakin kencang tangisnya. Sambil berusaha menyadarkan Firda dan menenangkan buah hatinya, Rayan mengucapkan kata maaf tanpa henti. Rayan sadar, dia tak mau ditinggal sang istri.Firda pingsan, karena dia sudah tak kuat lagi berbulan-bulan menahan amarah dan sakit hati. Kepercayaan pada Rayan hilang sudah. Firda kecewa karena suami yang disangka setia ternyata akhirnya selingkuh juga.Setelah siuman, Firda melirik Rayan di sampingnya dengan Syifa yang sudah terlelap dalam gendongannya. Melihat Firda yang sudah sadar dari pingsannya, Rayan membaringkan Syifa dengan hati-hati di kamar sebelah. Jangan sampai Syifa bangun karena pertengkaran orangtuanya."Maafkan aku, maafkan aku, jangan pergi, Ma. Aku sayang Mama, aku nggak mau kamu pergi. Kalau kamu jijik sama aku, biar aku saja yang pergi," ucap Rayan sambil menciumi tangan istrin
Pernikahan adalah perjuangan.Berhasil mempertahankan waktu demi waktu umur pernikahan merupakan sebuah karunia sekaligus prestasi bagi kedua mempelai.***Beberapa hari ini suasana rumah tangga Firda sudah kembali tenang dan terlihat bahagia. Firda pun berusaha legowo memaafkan suaminya. Rayan pun demikian, berusaha mengambil hati Firda kembali. Setelah pulang kerja, mandi dan makan malam, Rayan tak pernah lagi keluyuran atau pun begadang dengan teman-temannya. Berusaha bangun pagi sendiri dan tidak terlambat lagi ke tempat kerja. Meskipun Firda masih belum mau disentuhnya, Rayan tak berani memaksa. Rayan sangat mengerti jika istrinya masih butuh waktu. Bagi Rayan, dimaafkan kesalahannya kali ini saja sudah sangat bahagia.Firda pun merasa cukup senang karena Rayan kembali seperti dulu lagi, sebelum mengenal teman-temannya yang sekarang. Firda dan Rayan menempati rumah mereka di perumahan ini sudah hampir lima tahun. Dulu mereka menempati rumahnya saat perumahan masih baru saja se
Firda hanya menarik napas panjang. Rasa sakit kembali memenuhi dada tapi dia hanya diam, mendengarkan sahabatnya yang ternyata curiga dengan suaminya."Seperti orang pacaran saja mereka. Rasanya tak pantas meskipun kelihatannya bercanda. Tapi aku menilainya kok beda ... menurut aku nggak pantas saja. Aku tahu Fir, kamu nggak pernah suudzon sama suamimu. Tapi apa salahnya kalau waspada. Hanya berniat berjaga-jaga saja Fir, biar rumah tangga kita selamat dari gangguan orang ketiga. Aku juga lihat Mas Rayan penampilannya berbeda, sekarang gaul banget sepertinya. Nggak seperti dulu, sederhana, cuek sama penampilan. Lihat sekarang, penampilan dan gayanya kayak anak remaja. Sementara kamu, aku yakin pasti dari dulu sampai sekarang sama saja." Rani menjelaskan secara panjang lebar alasan dia menelepon Firda saat ini. Menggoda Firda dengan sedikit bercanda mengenai Rayan dan juga dirinya. Tanpa Rani ketahui bahwa hal itu mengingatkan Firda pada masalah beberapa hari yang lalu, yang berusaha
Seiring waktu ....Kedewasaan kita kian terbentuk dari reaksi kita terhadap kekecewaan-kekecewaan yang datangnya tidak bisa kita perkirakan.Luka itu mendewasakan.***"Apa? Kok sudah surat peringatan ke tiga. Kapan yang pertama dan yang keduanya? Kesalahan apa yang sudah Papa lakukan?" tanya Firda yang sangat terkejut mendengarnya.Bagaimana mungkin tiba-tiba suaminya mendapatkan surat peringatan ke tiga, sementara dia tak pernah mendengar suaminya mendapat surat peringatan yang pertama atau pun yang ke dua.Dengan perasaan takut, malu dan kepala yang masih menunduk, Rayan menjawab pertanyaan Firda dengan sedikit gelisah."Eemm ... anu ... emm ... maaf, Ma ... maafkan aku, surat peringatan yang pertama dan yang ke dua sudah beberapa bulan yang lalu. Hanya saja aku tak memberitahumu. Aku sering tidak masuk tanpa izin, aku juga sering terlambat masuk kerja. Hari ini aku disuruh memilih, jika tak ingin dikeluarkan dari perusahaan aku bisa tetap bekerja dengan syarat menjadi karyawan bia
Firda sangat tahu bagaimana sifat suaminya itu. Rayan bukan orang yang mau bersabar jika ada yang menegurnya, meskipun itu atasannya. Firda yakin, sebentar lagi Rayan pasti akan mengundurkan diri dari perusahaannya. "Hemm ... aku berhenti kerja saja, ya, aku sudah nggak nyaman lagi di sana. Apalagi kalau nanti jadi karyawan biasa, aku malu, belum lagi gajinya pasti hanya cukup buat makan saja sementara kebutuhan kita banyak sekali, Ma." Tepat sekali ... dugaan Firda tak salah lagi. Menghela napas panjang, Firda berusaha menenangkan diri. Urusan yang satu masih belum benar-benar terlupakan, ditambah lagi sekarang masalah yang baru lagi. Firda berpikir dan mencoba berbicara kepada suaminya agar mau menyingkirkan egonya dan bekerja kembali. "Setidaknya Papa masih menerima gaji meskipun hanya cukup untuk makan. Kalau kamu resind, lalu kita dapat uang darimana untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap harinya?" "Temanku yang dari Kalimantan kemarin memberi tawaran pekerjaan, katanya ada low
"Alhamdulillah, aku sudah dapat pinjaman dari temanku, tapi hanya bisa buat bayar KPR dua bulan saja. Untuk sementara itu dulu saja, yang penting bulan depan tidak disita rumah kita," ucap Rayan sambil melepaskan baju kerjanya.Firda mengangguk saja, sambil berlalu membawa baju kotor ke belakang dan menyiapkan makan malam untuk suaminya. Setelah mandi dan makan malam, Rayan duduk di depan televisi sambil bersenda gurau dengan putrinya. Terkadang moment seperti itulah yang membuat Firda berat untuk meninggalkan suaminya. Rayan sangat menyayangi putrinya dan Syifa pun terlihat sangat bahagia jika sedang bersama papanya.Setelah Syifa terlelap, Rayan mengajak berbincang-bincang istrinya. Dilihatnya Firda yang belum mengantuk sedang melipat pakaian yang baru diangkatnya dari jemuran."Ma, aku mau ganti nomor ponsel saja, ya. Rasanya kok nggak nyaman sekali sekarang.""Kenapa, Pa, ada masalah lagi, kah? Bukannya nomor pacar-pacar online Papa sudah diblokir semua. Apa masih ada yang menele