Share

Part 4

Suatu hari nanti kamu akan diuji dengan orang yang sangat kamu cintai.

Karena tanpa kamu sadari kamu telah meletakkan dia sebagai cinta pertamamu.

Sedang Allah tidak menyukai itu.

***

"Ma ... nanti malam teman-teman SMP-ku mau main ke sini. Ada yang baru datang dari Kalimantan. Tolong siapkan hidangan, belikan saja nasi bebek sama buah atau camilan. Minumnya sediakan kopi hitam," perintah Rayan pada Firda yang sedang menjemur pakaian.

"Iya, Pa, berapa orang kira-kira yang datang?" tanya Firda tanpa menoleh ke arah Rayan. Dia masih fokus dengan pekerjaannya.

"Mungkin empat atau lima orang saja kok, Ma," jawab Rayan.

"Baik, Pa, nanti sore Mama belikan," balas Firda.

"Uangnya aku letakkan di meja dapur." 

"Iya."

Setelah meletakkan dua lembar uang berwarna merah, Rayan berjalan tertatih menuju kamarnya. Terlihat olehnya, Syifa bermain sendiri di depan televisi. 

Rayan duduk bersandar di atas ranjang lalu meraih ponsel yang ada di bawah bantal. Tersenyum dirinya saat melihat notifikasi pesan dari sang guru mengaji. 

Hidup Rayan menjadi berwarna setelah mengenal Maya. Berawal dari perkenalan di salah satu media sosial dan berlanjut di dunia nyata. Saling curhat, saling memuji, dan sekarang mereka mulai bermain hati. 

***

Sore hari, setelah semua pekerjaan rumahnya selesai, Firda pergi ke warung nasi bebek bersama putrinya. Firda sangat bersyukur karena Syifa adalah anak yang pendiam dan jarang sekali rewel. 

Syifa tidak pernah mau dititipkan kepada orang lain bahkan dengan papanya sendiri. Meskipun Rayan suka sekali bercanda dengan putrinya tapi Syifa masih saja tak pernah mau jika ditinggal hanya berdua dengan Rayan.

Rayan pun enggan jika harus berdua saja dengan putrinya. Dia akan bingung sendiri jika Syifa menangis. Firda juga lebih tenang jika putrinya ikut dengannya karena jika Firda terlalu lama pergi meninggalkan mereka, maka Rayan pun akan marah.

***

Setelah sholat isya', Firda menyiapkan semua hidangan. Sementara Rayan sudah siap menunggu di teras rumahnya. 

Tidak lama kemudian, yang ditunggu pun datang. Meskipun hanya berlima tapi suaranya terdengar heboh. Setelah menyajikan hidangannya, Firda langsung masuk kamar dan bermain dengan putrinya.

Begitulah Firda, dìa hanya bagian menyiapkan hidangan untuk tamu Rayan. Jarang sekali dia ikut mengobrol. Apalagi tamunya Rayan laki-laki, tak pantas jika dia ikut bergabung dengan mereka.

Di sela-sela percakapan bersama teman-temannya, ponsel Rayan berdering. Dilihatnya nama "Ibu" terpampang di layar ponsel itu. Dengan terpaksa dia memanggil istrinya.

"Ma, ada telepon dari ibu!" teriak Rayan memanggil Firda.

Dengan langkah tergesa, Firda berjalan ke teras lalu kembali ke kamar. Dia lupa kalau dari sore tadi ponselnya sendiri mati dan sampai sekarang belum diaktifkan.

"Assalamu'alaikum, bagaimana kabarmu, Firda? Kamu dan keluargamu baik-baik saja, kan?" tanya Bu Siti—ibu Firda.

"Alhamdulillah baik, Bu. Ibu juga apa kabar di sana?" Mendengar suara ibunya saja sudah membuatnya bahagia.

"Alhamdulillah, ibu sehat, Nduk. Ibu hanya ingin kasih kabar kalau masmu Fauzan sudah bercerai. Anak-anaknya ikut ibunya semua. Memang sudah jalannya mau bagaimana lagi. Kamu jadi istri yang baik, ya, Nduk. Jaga suamimu, jaga keluargamu, jaga rumah tanggamu. Jangan seperti mas-masmu. Ibu sebenarnya sedih, ibu malu, tapi mau bagaimana lagi. Kalau sudah tidak cocok, daripada diteruskan malah semakin banyak masalah," cerita Siti, membuat Firda menarik napas dalam-dalam. 

"Nggih, Bu, insyaa Allah Firda akan berusaha sebaik-baiknya. Semoga anak-anaknya Mas Fauzan bisa menerima semua ini dengan hati yang ikhlas," jawab Firda.

Hanya itu yang bisa Firda do'akan. Dia juga sudah lama mendengar kabar keretakan rumah tangga kakaknya.

Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan ibunya melalui ponsel suaminya, Firda pun memutuskan percakapan mereka.

Baru saja Firda ingin mengembalikan ponsel pada Rayan, tanpa sengaja Firda melihat notifikasi pesan masuk dari seseorang yang diberi nama ST.

Hai, bagaimana kabarmu, Sayang? Aku kangen banget nih.

Degh!!

Ponsel Rayan masih menyala dan belum terkunci lagi, kesempatan ini digunakan oleh Firda. Dibukanya pesan-pesan yang ada di semua aplikasi yang ada di ponsel suaminya.

Gemetar seluruh tubuhnya, bergemuruh isi dadanya, terasa nyeri hatinya, terisak menahan luka. Prasangka buruk yang selalu menghantuinya terjadi sudah.

Banyak pesan mesra bahkan juga pesan yang tidak sepantasnya di ponsel Rayan. Namun yang tidak disangkanya, bukan hanya kepada satu orang wanita saja. Entah berapa, Firda tak sempat menghitungnya. Malu rasanya jika harus meneruskan membaca semuanya.

Firda membaca pesan di aplikasi pesan dan salah satu media sosial Rayan dengan cepat. Ini adalah waktu yang tepat. Kesempatan membaca ponsel suaminya mungkin tak akan datang lagi untuk yang kedua kali. Firda juga takut jika waktunya tak akan cukup.

Namun, ada salah satu nama yang menjadi pusat perhatian Firda. Nama yang baru saja mengirim pesan. Sungguh, Firda tak menyangka Rayan bisa melakukannya.

"Astaghfirullah ... Ya Allah, aku harus bagaimana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status