Share

Part 5

"Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan.

Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hati seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.

Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi.

Rayan masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.

Bukannya Firda tak ingin marah. Bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya. Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan tapi Firda tak mau membahasnya sekarang.

Pantas saja Rayan akhir-akhir ini jarang sekali meminta haknya sebagai suami. Jika meminta pun, gairahnya sudah tak seperti dulu lagi. Firda berpikir jika semua itu karena Rayan terlalu sibuk dan lelah karena pekerjaannya. Atau tak ada waktu karena Rayan selalu begadang dengan teman-temannya.

Firda tahu betul jika dirinya sudah tidur, Rayan tak pernah tega membangunkannya. Dengan alasan tak tega karena istrinya capek seharian mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat putrinya.

Kembali mengingat masa-masa itu, di saat mereka masih sering berbicara dan bercerita sampai dini hari setelah melakukan hubungan suami istri, Firda kembali meneteskan airmata. Miris sekali keadaan rumah tangganya sekarang.

Apakah nasibnya akan sama dengan kakak-kakaknya yang gagal dalam berumah tangga? Lalu, jika memang suaminya selingkuh dan sudah tak mencintainya lagi, buat apa mempertahankan rumah tangganya?

Dalam diam Firda menangis tanpa suara. Sakit hatinya karena perselingkuhan suami yang sangat dicintainya.

Teringat dulu kakak-kakak Firda menentang pernikahannya dengan Rayan tapi Firda tak putus asa. Bersama Rayan, Firda berjuang meraih restu mereka, dengan bantuan ibu Firda tentunya.

Hanya ibunya yang merestui hubungannya dengan Rayan. Karena waktu itu Firda akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan pamannya. Sementara Siti tak ingin memaksa Firda untuk menerima perjodohan.

Siti hanya ingin putrinya bahagia dengan pilihannya sendiri. Betapa bahagianya Firda memiliki ibu seperti Siti. Semakin deras saja airmata Firda mengingat kembali semuanya. Hatinya sungguh hancur tapi dia sendiri bingung harus bagaimana.

Tak ingin larut dalam kesedihan dan airmata, Firda bangkit berjalan ke belakang mengambil air wudhu dan kembali bermunajat pada Allah mengadukan masalahnya. Hanya itu yang membuat hatinya kembali tenang.

Lewat tengah malam, teman-teman Rayan pun pulang. Seperti biasanya, Firda segera membereskan sisa-sisa makanan dan juga piring serta gelas-gelas yang kotor untuk dibawa ke dapur.

Setelah selesai semuanya Firda lalu ke kamar dan merebahkan dirinya yang sudah lelah dan ingin segera tidur. Namun, ternyata keinginannya harus tertunda karena sang suami langsung mengajaknya bicara.

"Ma, aku diberi minyak dari Kalimantan, namanya minyak bintang. Katanya ampuh untuk patah tulang sepertiku, semoga saja bisa segera pulih lagi, ya. Tapi ada syaratnya, tidak boleh ditaruh di dalam rumah."

"Sakit itu datangnya dari Allah dan yang menyembuhkan juga Allah. Jangan terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu, takut jatuhnya syirik nanti," jawab Firda.

"Kamu ini selalu begitu, namanya juga usaha kan nggak apa-apa, apalagi ini juga gratis dikasih teman. Harusnya bersyukur karena temanku ada yang perduli dan kalau memang bisa cepat sembuh kan aku juga bisa cepat masuk kerja. Apa kamu nggak suka kalau aku sembuh, apa kamu mau aku terus-terusan seperti ini?" Rayan mulai emosi.

Firda pun menjawab dengan lesu, "Iyaa, maaf. Semoga cocok dan segera sembuh dan bisa berjalan normal lagi, aku sudah mengantuk, aku mau tidur."

Firda sangat lelah, lelah fisik dan juga lelah pikiran serta hatinya. Dia bukan orang yang setuju dengan pengobatan seperti itu karena menurutnya hanya mengundang jin ke dalam rumah.

Firda sadar meskipun tidak bisa melihat jin atau setan, tetapi dia sering merasakan jika sedari awal tinggal di rumahnya ini Firda sering mengalami gangguan.

Akan tetapi Firda tak pernah terlalu menjadikannya pikiran. Hidupnya sudah banyak ujian. Masih banyak urusan yang jauh lebih penting daripada memikirkan setan yang bergentayangan.

***

Dua bulan berlalu, meskipun agak pincang, Rayan sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat. Percaya atau tidak, minyak bintang yang dibawakan oleh temannya dari Kalimantan itu memang benar-benar ampuh. Rayan sudah tidak berobat lagi ke Kyai Guntur. Bahkan sudah seminggu yang lalu Rayan sudah kembali bekerja.

Semua tetangga dan teman-teman Rayan pun heran. Dalam waktu kurang dari tiga bulan Rayan sudah bisa berjalan tanpa tongkatnya walaupun agak sedikit pincang. Bahkan sebulan kemudian, Rayan pun sudah bisa berjalan seperti biasa.

Dengan memegang sebuah kertas di tangan, Firda berbicara pada dirinya sendiri, "Sekarang saatnya aku menyelesaikan semua masalah!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status