"Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan.
Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hati seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi.Rayan masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.Bukannya Firda tak ingin marah. Bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya. Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan tapi Firda tak mau membahasnya sekarang.Pantas saja Rayan akhir-akhir ini jarang sekali meminta haknya sebagai suami. Jika meminta pun, gairahnya sudah tak seperti dulu lagi. Firda berpikir jika semua itu karena Rayan terlalu sibuk dan lelah karena pekerjaannya. Atau tak ada waktu karena Rayan selalu begadang dengan teman-temannya.Firda tahu betul jika dirinya sudah tidur, Rayan tak pernah tega membangunkannya. Dengan alasan tak tega karena istrinya capek seharian mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat putrinya.Kembali mengingat masa-masa itu, di saat mereka masih sering berbicara dan bercerita sampai dini hari setelah melakukan hubungan suami istri, Firda kembali meneteskan airmata. Miris sekali keadaan rumah tangganya sekarang.Apakah nasibnya akan sama dengan kakak-kakaknya yang gagal dalam berumah tangga? Lalu, jika memang suaminya selingkuh dan sudah tak mencintainya lagi, buat apa mempertahankan rumah tangganya?Dalam diam Firda menangis tanpa suara. Sakit hatinya karena perselingkuhan suami yang sangat dicintainya.Teringat dulu kakak-kakak Firda menentang pernikahannya dengan Rayan tapi Firda tak putus asa. Bersama Rayan, Firda berjuang meraih restu mereka, dengan bantuan ibu Firda tentunya.Hanya ibunya yang merestui hubungannya dengan Rayan. Karena waktu itu Firda akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan pamannya. Sementara Siti tak ingin memaksa Firda untuk menerima perjodohan.Siti hanya ingin putrinya bahagia dengan pilihannya sendiri. Betapa bahagianya Firda memiliki ibu seperti Siti. Semakin deras saja airmata Firda mengingat kembali semuanya. Hatinya sungguh hancur tapi dia sendiri bingung harus bagaimana.Tak ingin larut dalam kesedihan dan airmata, Firda bangkit berjalan ke belakang mengambil air wudhu dan kembali bermunajat pada Allah mengadukan masalahnya. Hanya itu yang membuat hatinya kembali tenang.Lewat tengah malam, teman-teman Rayan pun pulang. Seperti biasanya, Firda segera membereskan sisa-sisa makanan dan juga piring serta gelas-gelas yang kotor untuk dibawa ke dapur.Setelah selesai semuanya Firda lalu ke kamar dan merebahkan dirinya yang sudah lelah dan ingin segera tidur. Namun, ternyata keinginannya harus tertunda karena sang suami langsung mengajaknya bicara."Ma, aku diberi minyak dari Kalimantan, namanya minyak bintang. Katanya ampuh untuk patah tulang sepertiku, semoga saja bisa segera pulih lagi, ya. Tapi ada syaratnya, tidak boleh ditaruh di dalam rumah.""Sakit itu datangnya dari Allah dan yang menyembuhkan juga Allah. Jangan terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu, takut jatuhnya syirik nanti," jawab Firda."Kamu ini selalu begitu, namanya juga usaha kan nggak apa-apa, apalagi ini juga gratis dikasih teman. Harusnya bersyukur karena temanku ada yang perduli dan kalau memang bisa cepat sembuh kan aku juga bisa cepat masuk kerja. Apa kamu nggak suka kalau aku sembuh, apa kamu mau aku terus-terusan seperti ini?" Rayan mulai emosi.Firda pun menjawab dengan lesu, "Iyaa, maaf. Semoga cocok dan segera sembuh dan bisa berjalan normal lagi, aku sudah mengantuk, aku mau tidur."Firda sangat lelah, lelah fisik dan juga lelah pikiran serta hatinya. Dia bukan orang yang setuju dengan pengobatan seperti itu karena menurutnya hanya mengundang jin ke dalam rumah.Firda sadar meskipun tidak bisa melihat jin atau setan, tetapi dia sering merasakan jika sedari awal tinggal di rumahnya ini Firda sering mengalami gangguan.Akan tetapi Firda tak pernah terlalu menjadikannya pikiran. Hidupnya sudah banyak ujian. Masih banyak urusan yang jauh lebih penting daripada memikirkan setan yang bergentayangan.***Dua bulan berlalu, meskipun agak pincang, Rayan sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat. Percaya atau tidak, minyak bintang yang dibawakan oleh temannya dari Kalimantan itu memang benar-benar ampuh. Rayan sudah tidak berobat lagi ke Kyai Guntur. Bahkan sudah seminggu yang lalu Rayan sudah kembali bekerja.Semua tetangga dan teman-teman Rayan pun heran. Dalam waktu kurang dari tiga bulan Rayan sudah bisa berjalan tanpa tongkatnya walaupun agak sedikit pincang. Bahkan sebulan kemudian, Rayan pun sudah bisa berjalan seperti biasa.Dengan memegang sebuah kertas di tangan, Firda berbicara pada dirinya sendiri, "Sekarang saatnya aku menyelesaikan semua masalah!"Hati ....Tetaplah berprasangka baik pada apupun yang terjadi, pada siapapun yang datang dan pergi.Jangan menyimpan dendam dan marah pada keadaan.Percayalah, bahwa setiap ujian yang datang, hadir untuk menguatkan.***"Pa, ada tagihan dari kartu kredit lima juta. Bulan kemarin tagihan sudah menipis lho, sudah mau lunas hutang kita. Setiap bulan aku berusaha rutin membayar. Aku ingin hutang kita cepat lunas. Belum kredit rumah ini, sudah dua bulan ini belum terbayar.""Dua bulan kemarin Papa hanya menerima gaji pokok saja karena kecelakaan. Jadi aku memang sengaja membayar lebih tagihan kartu kreditnya, bayar rumahnya masih belum bisa, Pa.Tapi ini, kenapa Papa ambil uang dari kartu kredit tanpa sepengetahuanku? Buat apa, Pa?" tanya Firda pada Rayan, setelah mereka selesai makan malam.Tadi siang Firda mendapatkan surat tagihan dari bank, satu tagihan kartu kredit dan yang satu lagi tagihan KPR rumah yang mereka tempati sekarang. Dari awal Firda kurang setuju dengan kartu kredit itu.
Tiba-tiba Firda pingsan tak sadarkan diri. Rayan pun membawa tubuh Firda ke tempat tidur dan membaringkannya. Rayan menangis melihat istrinya. Apalagi Syifa semakin kencang tangisnya. Sambil berusaha menyadarkan Firda dan menenangkan buah hatinya, Rayan mengucapkan kata maaf tanpa henti. Rayan sadar, dia tak mau ditinggal sang istri.Firda pingsan, karena dia sudah tak kuat lagi berbulan-bulan menahan amarah dan sakit hati. Kepercayaan pada Rayan hilang sudah. Firda kecewa karena suami yang disangka setia ternyata akhirnya selingkuh juga.Setelah siuman, Firda melirik Rayan di sampingnya dengan Syifa yang sudah terlelap dalam gendongannya. Melihat Firda yang sudah sadar dari pingsannya, Rayan membaringkan Syifa dengan hati-hati di kamar sebelah. Jangan sampai Syifa bangun karena pertengkaran orangtuanya."Maafkan aku, maafkan aku, jangan pergi, Ma. Aku sayang Mama, aku nggak mau kamu pergi. Kalau kamu jijik sama aku, biar aku saja yang pergi," ucap Rayan sambil menciumi tangan istrin
Pernikahan adalah perjuangan.Berhasil mempertahankan waktu demi waktu umur pernikahan merupakan sebuah karunia sekaligus prestasi bagi kedua mempelai.***Beberapa hari ini suasana rumah tangga Firda sudah kembali tenang dan terlihat bahagia. Firda pun berusaha legowo memaafkan suaminya. Rayan pun demikian, berusaha mengambil hati Firda kembali. Setelah pulang kerja, mandi dan makan malam, Rayan tak pernah lagi keluyuran atau pun begadang dengan teman-temannya. Berusaha bangun pagi sendiri dan tidak terlambat lagi ke tempat kerja. Meskipun Firda masih belum mau disentuhnya, Rayan tak berani memaksa. Rayan sangat mengerti jika istrinya masih butuh waktu. Bagi Rayan, dimaafkan kesalahannya kali ini saja sudah sangat bahagia.Firda pun merasa cukup senang karena Rayan kembali seperti dulu lagi, sebelum mengenal teman-temannya yang sekarang. Firda dan Rayan menempati rumah mereka di perumahan ini sudah hampir lima tahun. Dulu mereka menempati rumahnya saat perumahan masih baru saja se
Firda hanya menarik napas panjang. Rasa sakit kembali memenuhi dada tapi dia hanya diam, mendengarkan sahabatnya yang ternyata curiga dengan suaminya."Seperti orang pacaran saja mereka. Rasanya tak pantas meskipun kelihatannya bercanda. Tapi aku menilainya kok beda ... menurut aku nggak pantas saja. Aku tahu Fir, kamu nggak pernah suudzon sama suamimu. Tapi apa salahnya kalau waspada. Hanya berniat berjaga-jaga saja Fir, biar rumah tangga kita selamat dari gangguan orang ketiga. Aku juga lihat Mas Rayan penampilannya berbeda, sekarang gaul banget sepertinya. Nggak seperti dulu, sederhana, cuek sama penampilan. Lihat sekarang, penampilan dan gayanya kayak anak remaja. Sementara kamu, aku yakin pasti dari dulu sampai sekarang sama saja." Rani menjelaskan secara panjang lebar alasan dia menelepon Firda saat ini. Menggoda Firda dengan sedikit bercanda mengenai Rayan dan juga dirinya. Tanpa Rani ketahui bahwa hal itu mengingatkan Firda pada masalah beberapa hari yang lalu, yang berusaha
Seiring waktu ....Kedewasaan kita kian terbentuk dari reaksi kita terhadap kekecewaan-kekecewaan yang datangnya tidak bisa kita perkirakan.Luka itu mendewasakan.***"Apa? Kok sudah surat peringatan ke tiga. Kapan yang pertama dan yang keduanya? Kesalahan apa yang sudah Papa lakukan?" tanya Firda yang sangat terkejut mendengarnya.Bagaimana mungkin tiba-tiba suaminya mendapatkan surat peringatan ke tiga, sementara dia tak pernah mendengar suaminya mendapat surat peringatan yang pertama atau pun yang ke dua.Dengan perasaan takut, malu dan kepala yang masih menunduk, Rayan menjawab pertanyaan Firda dengan sedikit gelisah."Eemm ... anu ... emm ... maaf, Ma ... maafkan aku, surat peringatan yang pertama dan yang ke dua sudah beberapa bulan yang lalu. Hanya saja aku tak memberitahumu. Aku sering tidak masuk tanpa izin, aku juga sering terlambat masuk kerja. Hari ini aku disuruh memilih, jika tak ingin dikeluarkan dari perusahaan aku bisa tetap bekerja dengan syarat menjadi karyawan bia
Firda sangat tahu bagaimana sifat suaminya itu. Rayan bukan orang yang mau bersabar jika ada yang menegurnya, meskipun itu atasannya. Firda yakin, sebentar lagi Rayan pasti akan mengundurkan diri dari perusahaannya. "Hemm ... aku berhenti kerja saja, ya, aku sudah nggak nyaman lagi di sana. Apalagi kalau nanti jadi karyawan biasa, aku malu, belum lagi gajinya pasti hanya cukup buat makan saja sementara kebutuhan kita banyak sekali, Ma." Tepat sekali ... dugaan Firda tak salah lagi. Menghela napas panjang, Firda berusaha menenangkan diri. Urusan yang satu masih belum benar-benar terlupakan, ditambah lagi sekarang masalah yang baru lagi. Firda berpikir dan mencoba berbicara kepada suaminya agar mau menyingkirkan egonya dan bekerja kembali. "Setidaknya Papa masih menerima gaji meskipun hanya cukup untuk makan. Kalau kamu resind, lalu kita dapat uang darimana untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap harinya?" "Temanku yang dari Kalimantan kemarin memberi tawaran pekerjaan, katanya ada low
"Alhamdulillah, aku sudah dapat pinjaman dari temanku, tapi hanya bisa buat bayar KPR dua bulan saja. Untuk sementara itu dulu saja, yang penting bulan depan tidak disita rumah kita," ucap Rayan sambil melepaskan baju kerjanya.Firda mengangguk saja, sambil berlalu membawa baju kotor ke belakang dan menyiapkan makan malam untuk suaminya. Setelah mandi dan makan malam, Rayan duduk di depan televisi sambil bersenda gurau dengan putrinya. Terkadang moment seperti itulah yang membuat Firda berat untuk meninggalkan suaminya. Rayan sangat menyayangi putrinya dan Syifa pun terlihat sangat bahagia jika sedang bersama papanya.Setelah Syifa terlelap, Rayan mengajak berbincang-bincang istrinya. Dilihatnya Firda yang belum mengantuk sedang melipat pakaian yang baru diangkatnya dari jemuran."Ma, aku mau ganti nomor ponsel saja, ya. Rasanya kok nggak nyaman sekali sekarang.""Kenapa, Pa, ada masalah lagi, kah? Bukannya nomor pacar-pacar online Papa sudah diblokir semua. Apa masih ada yang menele
Berumah tangga itu ibarat ngopi.Kadangkala ada pihak ke tiga yang mencampuri.Otomatis menambah gurih, tapi bisa pula sebaliknya.Taruhlah seperti krimer atau susu.Jika kebanyakan, maka berpotensi mengurangi kenikmatan.Krimer itu bisa berwujud ipar-ipar atau saudara.Sementara susu itu anggap saja mertua.Campuran lain yang mematikan adalah sianida.Kalau yang ini sudah pasti kenangan masa lalu sebelum menikah.Bisa juga orang baru yang akhirnya jadi yang ketiga.Maka buanglah jauh-jauh.Pastikan gelasnya bersih sebelum menuang kopi yang baru.***Memandang wajah di depan cermin, Firda merasa rendah diri dengan keadaan dirinya. Wajahnya terlihat tua dari usianya. Tak pernah sekali pun selama ini Firda memperhatikannya. Namun Firda pun sadar, uang dari mana untuk berhias diri. Jangankan untuk perawatan, bisa makan tiap hari dan membeli susu putrinya saja sudah alhamdulillah. Pantas saja Rayan sempat berpaling darinya.Firda sadar karena mereka yang di luar sana terutama yang ada di