Nasihat temannya membuat hatinya nyeri tapi Firda sendiri bukan tipe orang yang suka menuduh tanpa bukti. Firda bukan tipe orang yang suka membuat keributan apalagi dengan suami sendiri.
Baginya suami adalah salah satu tiket utama menuju surga. Bahkan dari awal pernikahannya Firda sudah membolehkan suaminya menikah lagi asal dengan ijinnya.Firda berkata demikian karena tak mau suaminya selingkuh. Karena perselingkuhan jika ketahuan akan lebih menyakitkan.Dengan menggendong putrinya yang baru berusia tiga tahun, Firda pergi menuju Rumah Sakit Harapan dengan mobil bersama tetangganya. Bagi orang yang mengenalnya, Rayan adalah sosok yang baik, ramah dan ringan tangan. Jadi jangan heran, kalau tetangganya yang mendengar Rayan kecelakaan berlomba saling menawarkan bantuan.Sampailah mereka di Rumah Sakit Harapan dan langsung menuju ruang UGD. Kaki Rayan harus dioperasi karena tulangnya patah. Namun, para tetangganya tidak ada yang setuju karena jika dioperasi penyembuhannya akan lebih lama.Akhirnya setelah berunding dengan semua tetangga, Rayan dibawa ke pengobatan alternatif yang cukup terkenal di kota itu. Meskipun antriannya sangat panjang tapi para tetangga Rayan tetap setia menemani mereka. Firda pun hanya pasrah. Hanya melihat dan menuruti apa kata mereka. Bicara pun juga percuma karena selain tak punya pengetahuan dan pengalaman tentang hal-hal seperti itu, Firda juga takut salah bicara. Firda tak mau suaminya yang sedang menahan sakit itu tersulut emosi.Tepat pukul enam sore, mereka sampai di rumah. Firda dibuat sibuk dengan banyaknya tamu yang datang melihat keadaan Rayan. Firda hanya menyediakan kopi dan teh hangat saja untuk mereka. Untuk camilan, para tamunya sudah membawa sendiri-sendiri sebagai buah tangan yang tak sedikit jumlahnya.Mereka berkumpul di teras sambil mengobrol dan bercanda sampai lewat tengah malam. Bagi Firda hal seperti itu sudah biasa. Firda menunggu mereka di kamar sambil menidurkan putrinya. Setelah mereka pulang, Firda keluar dan langsung membereskan teras yang penuh dengan sampah bekas makanan, juga gelas bekas minum yang berantakan.Rayan berjalan tertatih menggunakan tongkat ke kamar dan langsung merebahkan tubuhnya. Firda hanya memperhatikan. Entah do'a atau mantra apa yang diucapkan oleh orang yang disebut Kyai Guntur di tempat pengobatan alternatif tadi. Firda benar-benar masih tak percaya melihat keadaan Rayan. Setelah bagian kaki yang patah disentuh oleh Kyai Guntur, Rayan langsung bisa berdiri meskipun harus memakai tongkat. Padahal sebelumnya, jelas-jelas Rayan hanya bisa berbaring, kakinya pun sulit digerakkan. Bulu kuduk Firda sampai meremang mengingat hal itu. Harusnya Firda bersyukur tapi dia justru merasa ketakutan."Sudahlah, kenapa aku harus memikirkannya? Kalau Pak Kyai itu ngobatinnya pakai jin juga aku nggak bisa berbuat apa-apa," gumam Firda. Dia pun segera merebahkan tubuhnya yang sudah terasa lelah di samping putrinya.***Pagi harinya seperti biasa, Firda bangun subuh untuk menjalankan ibadah sholat, dzikir pagi lalu mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan rumah.Setelah memandikan Syifa, Firda lalu ke kamar untuk mengantarkan sarapan untuk Rayan. Dilihatnya Rayan berbaring sambil senyum-senyum sendiri memandang ponselnya. Firda pun bertanya, "Kenapa senyum-senyum? Sedang baca pesan dari siapa, Pa?""Siapa sih, Ma, ini baca pesan di group. Kamu nggak usah mikir aneh-aneh!" jawab Rayan dengan nada ketus."Siapa yang mikir aneh-aneh? Mama nggak bilang apa-apa kok Papa tiba-tiba sewot," gerutu Firda dengan suara lirih tapi Rayan masih bisa mendengarnya."Sudah sana! Pagi-pagi kamu sudah membuat mood-ku berantakan," bentak Rayan sambil memandang tajam istrinya. Firda menarik napas dalam lalu beranjak berdiri, setelah meletakkan nampan yang dibawanya di atas kursi yang ada di dekat ranjang.Firda berlalu dari kamar dan melanjutkan tugasnya sambil melihat putrinya yang sedang bermain di depan televisi. Hatinya terkadang lelah tapi selalu berusaha tegar. Suaminya yang tengah diberikan Allah musibah, ternyata masih saja sama, tak berubah sama sekali."Astaghfirullah ... sabar, niatkan semua karena Allah," ucap Firda dalam hati, menghibur diri sendiri.Firda tak ingin orang-orang tahu tentang hatinya yang sesungguhnya. Rayan adalah pasangan hidup, belahan jiwa, yang tidak pantas jika aibnya diceritakan kepada orang lain terutama tetangga.Apalagi Rayan adalah suami pilihannya sendiri. Bukan karena perjodohan. Mereka bertemu di tempat kerja berbeda divisi dan Firda memutuskan berhenti kerja setelah menikah dan fokus dengan rumah tangganya.***Dua minggu kemudian Firda menghitung amplop dari tetangga dan teman-teman yang menjenguk Rayan."Alhamdulillah, dapat uang tiga juta lebih, Pa. Semoga bisa menutupi kebutuhan kita bulan ini," kata Firda kepada Rayan dengan kedua mata berbinar.Teman-teman Rayan memang rata-rata orang kaya, belum lagi buah tangannya, camilan dan bermacam-macam buah-buahan. Firda sampai membagi-bagikan kembali kepada tetangganya.Rayan hanya diam saja karena dia tahu kebutuhan rumah tangganya sangat banyak jumlahnya. Membayar KPR, angsuran motor, angsuran kartu kredit, belum lagi sekarang harus menyediakan uang untuk pengobatan dirinya.Gaji memang seutuhnya dipegang Firda. Namun, jika sudah untuk membayar semua angsuran pastinya uang gajinya tidaklah cukup untuk satu bulan. Rayan sadar akan hal itu, tetapi dia terkadang tak mau tahu."Assalamu'alaikum ...." Terdengar seseorang mengucap salam dari depan pagar rumah.Wa'alaikumussalaam," jawab Firda sambil berjalan ke depan dan membukakan pintu dan pagar untuk tamunya. Tampaklah sepasang suami istri yang baru pertama kali dilihatnya. "Pak Rayan ada, Mbak?" tanya wanita yang ada di hadapannya sambil tersenyum lebar."Ada, silakan masuk dan duduk dulu biar saya panggilkan," jawab Firda.Sebelum Firda beranjak menuju kamar, ternyata Rayan sudah terlebih dahulu datang, berjalan sendiri dengan tongkat menghadap tamunya. Dapat dilihat oleh Firda jika wajah suaminya sangat cerah dan bahagia. Dari cara bicaranya pun terlihat jelas jika Rayan sangat senang dengan kedatangan mereka. Baju Rayan juga sudah ganti dengan kaos terbagus yang ada di lemari."Sepertinya suamiku sudah tahu kalau akan ada tamu. Tumben dia sudah rapi sebelum aku panggil. Padahal biasanya meskipun teman-temannya yang datang dia nggak siap secepat ini. Siapa dia?" tanya Firda dalam hati. Firda benar-benar merasa heran dengan kelakuan Rayan, membuatnya mulai curiga.Firda melanjutkan langkahnya ke belakang untuk membuatkan minuman dan juga menyiapkan beberapa camilan untuk mereka. Dari dapur Firda mendengar suara mereka yang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Tamu suami istri itu sama-sama humoris. Rayan juga sebenarnya orang yang ramah dan suka bercanda. Hanya saja semua itu hanya dengan teman-temannya, bukan dengan istrinya.Itulah yang sering membuat Firda sedih, suaminya terlihat lebih bahagia dengan orang lain dibanding saat berdua dengan dirinya."Silakan diminum," kata Firda dengan sopan, sambil meletakkan hidangan di atas meja.Rayan mengenalkan tamu yang datang ke rumahnya saat ini pada Firda."Ini Mbak Maya dan suaminya Pak Yahya. Mbak Maya ini guru ngaji di salah satu mushola yang menerima bantuan dari perusahaan. Kebetulan aku yang mengurus bantuan itu dan ternyata tetangganya Mbak Maya juga temanku SMP. Jadi kita sering bertemu kalau ada waktu berkunjung ke mushola, sekalian mampir silaturahmi," jelas Rayan dengan senyum ya
Suatu hari nanti kamu akan diuji dengan orang yang sangat kamu cintai.Karena tanpa kamu sadari kamu telah meletakkan dia sebagai cinta pertamamu.Sedang Allah tidak menyukai itu.***"Ma ... nanti malam teman-teman SMP-ku mau main ke sini. Ada yang baru datang dari Kalimantan. Tolong siapkan hidangan, belikan saja nasi bebek sama buah atau camilan. Minumnya sediakan kopi hitam," perintah Rayan pada Firda yang sedang menjemur pakaian."Iya, Pa, berapa orang kira-kira yang datang?" tanya Firda tanpa menoleh ke arah Rayan. Dia masih fokus dengan pekerjaannya."Mungkin empat atau lima orang saja kok, Ma," jawab Rayan."Baik, Pa, nanti sore Mama belikan," balas Firda."Uangnya aku letakkan di meja dapur." "Iya."Setelah meletakkan dua lembar uang berwarna merah, Rayan berjalan tertatih menuju kamarnya. Terlihat olehnya, Syifa bermain sendiri di depan televisi. Rayan duduk bersandar di atas ranjang lalu meraih ponsel yang ada di bawah bantal. Tersenyum dirinya saat melihat notifikasi pes
"Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan. Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hati seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi. Rayan masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.Bukannya Firda tak ingin marah. Bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya. Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan tapi Firda tak mau membahasnya sekarang.Pantas saja Rayan
Hati ....Tetaplah berprasangka baik pada apupun yang terjadi, pada siapapun yang datang dan pergi.Jangan menyimpan dendam dan marah pada keadaan.Percayalah, bahwa setiap ujian yang datang, hadir untuk menguatkan.***"Pa, ada tagihan dari kartu kredit lima juta. Bulan kemarin tagihan sudah menipis lho, sudah mau lunas hutang kita. Setiap bulan aku berusaha rutin membayar. Aku ingin hutang kita cepat lunas. Belum kredit rumah ini, sudah dua bulan ini belum terbayar.""Dua bulan kemarin Papa hanya menerima gaji pokok saja karena kecelakaan. Jadi aku memang sengaja membayar lebih tagihan kartu kreditnya, bayar rumahnya masih belum bisa, Pa.Tapi ini, kenapa Papa ambil uang dari kartu kredit tanpa sepengetahuanku? Buat apa, Pa?" tanya Firda pada Rayan, setelah mereka selesai makan malam.Tadi siang Firda mendapatkan surat tagihan dari bank, satu tagihan kartu kredit dan yang satu lagi tagihan KPR rumah yang mereka tempati sekarang. Dari awal Firda kurang setuju dengan kartu kredit itu.
Tiba-tiba Firda pingsan tak sadarkan diri. Rayan pun membawa tubuh Firda ke tempat tidur dan membaringkannya. Rayan menangis melihat istrinya. Apalagi Syifa semakin kencang tangisnya. Sambil berusaha menyadarkan Firda dan menenangkan buah hatinya, Rayan mengucapkan kata maaf tanpa henti. Rayan sadar, dia tak mau ditinggal sang istri.Firda pingsan, karena dia sudah tak kuat lagi berbulan-bulan menahan amarah dan sakit hati. Kepercayaan pada Rayan hilang sudah. Firda kecewa karena suami yang disangka setia ternyata akhirnya selingkuh juga.Setelah siuman, Firda melirik Rayan di sampingnya dengan Syifa yang sudah terlelap dalam gendongannya. Melihat Firda yang sudah sadar dari pingsannya, Rayan membaringkan Syifa dengan hati-hati di kamar sebelah. Jangan sampai Syifa bangun karena pertengkaran orangtuanya."Maafkan aku, maafkan aku, jangan pergi, Ma. Aku sayang Mama, aku nggak mau kamu pergi. Kalau kamu jijik sama aku, biar aku saja yang pergi," ucap Rayan sambil menciumi tangan istrin
Pernikahan adalah perjuangan.Berhasil mempertahankan waktu demi waktu umur pernikahan merupakan sebuah karunia sekaligus prestasi bagi kedua mempelai.***Beberapa hari ini suasana rumah tangga Firda sudah kembali tenang dan terlihat bahagia. Firda pun berusaha legowo memaafkan suaminya. Rayan pun demikian, berusaha mengambil hati Firda kembali. Setelah pulang kerja, mandi dan makan malam, Rayan tak pernah lagi keluyuran atau pun begadang dengan teman-temannya. Berusaha bangun pagi sendiri dan tidak terlambat lagi ke tempat kerja. Meskipun Firda masih belum mau disentuhnya, Rayan tak berani memaksa. Rayan sangat mengerti jika istrinya masih butuh waktu. Bagi Rayan, dimaafkan kesalahannya kali ini saja sudah sangat bahagia.Firda pun merasa cukup senang karena Rayan kembali seperti dulu lagi, sebelum mengenal teman-temannya yang sekarang. Firda dan Rayan menempati rumah mereka di perumahan ini sudah hampir lima tahun. Dulu mereka menempati rumahnya saat perumahan masih baru saja se
Firda hanya menarik napas panjang. Rasa sakit kembali memenuhi dada tapi dia hanya diam, mendengarkan sahabatnya yang ternyata curiga dengan suaminya."Seperti orang pacaran saja mereka. Rasanya tak pantas meskipun kelihatannya bercanda. Tapi aku menilainya kok beda ... menurut aku nggak pantas saja. Aku tahu Fir, kamu nggak pernah suudzon sama suamimu. Tapi apa salahnya kalau waspada. Hanya berniat berjaga-jaga saja Fir, biar rumah tangga kita selamat dari gangguan orang ketiga. Aku juga lihat Mas Rayan penampilannya berbeda, sekarang gaul banget sepertinya. Nggak seperti dulu, sederhana, cuek sama penampilan. Lihat sekarang, penampilan dan gayanya kayak anak remaja. Sementara kamu, aku yakin pasti dari dulu sampai sekarang sama saja." Rani menjelaskan secara panjang lebar alasan dia menelepon Firda saat ini. Menggoda Firda dengan sedikit bercanda mengenai Rayan dan juga dirinya. Tanpa Rani ketahui bahwa hal itu mengingatkan Firda pada masalah beberapa hari yang lalu, yang berusaha
Seiring waktu ....Kedewasaan kita kian terbentuk dari reaksi kita terhadap kekecewaan-kekecewaan yang datangnya tidak bisa kita perkirakan.Luka itu mendewasakan.***"Apa? Kok sudah surat peringatan ke tiga. Kapan yang pertama dan yang keduanya? Kesalahan apa yang sudah Papa lakukan?" tanya Firda yang sangat terkejut mendengarnya.Bagaimana mungkin tiba-tiba suaminya mendapatkan surat peringatan ke tiga, sementara dia tak pernah mendengar suaminya mendapat surat peringatan yang pertama atau pun yang ke dua.Dengan perasaan takut, malu dan kepala yang masih menunduk, Rayan menjawab pertanyaan Firda dengan sedikit gelisah."Eemm ... anu ... emm ... maaf, Ma ... maafkan aku, surat peringatan yang pertama dan yang ke dua sudah beberapa bulan yang lalu. Hanya saja aku tak memberitahumu. Aku sering tidak masuk tanpa izin, aku juga sering terlambat masuk kerja. Hari ini aku disuruh memilih, jika tak ingin dikeluarkan dari perusahaan aku bisa tetap bekerja dengan syarat menjadi karyawan bia