Share

Part 2

Nasihat temannya membuat hatinya nyeri tapi Firda sendiri bukan tipe orang yang suka menuduh tanpa bukti. Firda bukan tipe orang yang suka membuat keributan apalagi dengan suami sendiri.

Baginya suami adalah salah satu tiket utama menuju surga. Bahkan dari awal pernikahannya Firda sudah membolehkan suaminya menikah lagi asal dengan ijinnya.

Firda berkata demikian karena tak mau suaminya selingkuh. Karena perselingkuhan jika ketahuan akan lebih menyakitkan.

Dengan menggendong putrinya yang baru berusia tiga tahun, Firda pergi menuju Rumah Sakit Harapan dengan mobil bersama tetangganya. Bagi orang yang mengenalnya, Rayan adalah sosok yang baik, ramah dan ringan tangan. Jadi jangan heran, kalau tetangganya yang mendengar Rayan kecelakaan berlomba saling menawarkan bantuan.

Sampailah mereka di Rumah Sakit Harapan dan langsung menuju ruang UGD. Kaki Rayan harus dioperasi karena tulangnya patah. Namun, para tetangganya tidak ada yang setuju karena jika dioperasi penyembuhannya akan lebih lama.

Akhirnya setelah berunding dengan semua tetangga, Rayan dibawa ke pengobatan alternatif yang cukup terkenal di kota itu. Meskipun antriannya sangat panjang tapi para tetangga Rayan tetap setia menemani mereka. 

Firda pun hanya pasrah. Hanya melihat dan menuruti apa kata mereka. Bicara pun juga percuma karena selain tak punya pengetahuan dan pengalaman tentang hal-hal seperti itu, Firda juga takut salah bicara. Firda tak mau suaminya yang sedang menahan sakit itu tersulut emosi.

Tepat pukul enam sore, mereka sampai di rumah. Firda dibuat sibuk dengan banyaknya tamu yang datang melihat keadaan Rayan. Firda hanya menyediakan kopi dan teh hangat saja untuk mereka. Untuk camilan, para tamunya sudah membawa sendiri-sendiri sebagai buah tangan yang tak sedikit jumlahnya.

Mereka berkumpul di teras sambil mengobrol dan bercanda sampai lewat tengah malam. Bagi Firda hal seperti itu sudah biasa. Firda menunggu mereka di kamar sambil menidurkan putrinya. 

Setelah mereka pulang, Firda keluar dan langsung membereskan teras yang penuh dengan sampah bekas makanan, juga gelas bekas minum yang berantakan.

Rayan berjalan tertatih menggunakan tongkat ke kamar dan langsung merebahkan tubuhnya. Firda hanya memperhatikan. Entah do'a atau mantra apa yang diucapkan oleh orang yang disebut Kyai Guntur di tempat pengobatan alternatif tadi. 

Firda benar-benar masih tak percaya melihat keadaan Rayan. Setelah bagian kaki yang patah disentuh oleh Kyai Guntur, Rayan langsung bisa berdiri meskipun harus memakai tongkat. Padahal sebelumnya, jelas-jelas Rayan hanya bisa berbaring, kakinya pun sulit digerakkan. 

Bulu kuduk Firda sampai meremang mengingat hal itu. Harusnya Firda bersyukur tapi dia justru merasa ketakutan.

"Sudahlah, kenapa aku harus memikirkannya? Kalau Pak Kyai itu ngobatinnya pakai jin juga aku nggak bisa berbuat apa-apa," gumam Firda. Dia pun segera merebahkan tubuhnya yang sudah terasa lelah di samping putrinya.

***

Pagi harinya seperti biasa, Firda bangun subuh untuk menjalankan ibadah sholat, dzikir pagi lalu mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan rumah.

Setelah memandikan Syifa, Firda lalu ke kamar untuk mengantarkan sarapan untuk Rayan. Dilihatnya Rayan berbaring sambil senyum-senyum sendiri memandang ponselnya. 

Firda pun bertanya, "Kenapa senyum-senyum? Sedang baca pesan dari siapa, Pa?"

"Siapa sih, Ma, ini baca pesan di group. Kamu nggak usah mikir aneh-aneh!" jawab Rayan dengan nada ketus.

"Siapa yang mikir aneh-aneh? Mama nggak bilang apa-apa kok Papa tiba-tiba sewot," gerutu Firda dengan suara lirih tapi Rayan masih bisa mendengarnya.

"Sudah sana! Pagi-pagi kamu sudah membuat mood-ku berantakan," bentak Rayan sambil memandang tajam istrinya. 

Firda menarik napas dalam lalu beranjak berdiri, setelah meletakkan nampan yang dibawanya di atas kursi yang ada di dekat ranjang.

Firda berlalu dari kamar dan melanjutkan tugasnya sambil melihat putrinya yang sedang bermain di depan televisi. 

Hatinya terkadang lelah tapi selalu berusaha tegar. Suaminya yang tengah diberikan Allah musibah, ternyata masih saja sama, tak berubah sama sekali.

"Astaghfirullah ... sabar, niatkan semua karena Allah," ucap Firda dalam hati, menghibur diri sendiri.

Firda tak ingin orang-orang tahu tentang hatinya yang sesungguhnya. Rayan adalah pasangan hidup, belahan jiwa, yang tidak pantas jika aibnya diceritakan kepada orang lain terutama tetangga.

Apalagi Rayan adalah suami pilihannya sendiri. Bukan karena perjodohan. Mereka bertemu di tempat kerja berbeda divisi dan Firda memutuskan berhenti kerja setelah menikah dan fokus dengan rumah tangganya.

***

Dua minggu kemudian Firda menghitung amplop dari tetangga dan teman-teman yang menjenguk Rayan.

"Alhamdulillah, dapat uang tiga juta lebih, Pa. Semoga bisa menutupi kebutuhan kita bulan ini," kata Firda kepada Rayan dengan kedua mata berbinar.

Teman-teman Rayan memang rata-rata orang kaya, belum lagi buah tangannya, camilan dan bermacam-macam buah-buahan. Firda sampai membagi-bagikan kembali kepada tetangganya.

Rayan hanya diam saja karena dia tahu kebutuhan rumah tangganya sangat banyak jumlahnya. Membayar KPR, angsuran motor, angsuran kartu kredit, belum lagi sekarang harus menyediakan uang untuk pengobatan dirinya.

Gaji memang seutuhnya dipegang Firda. Namun, jika sudah untuk membayar semua angsuran pastinya uang gajinya tidaklah cukup untuk satu bulan. Rayan sadar akan hal itu, tetapi dia terkadang tak mau tahu.

"Assalamu'alaikum ...." 

Terdengar seseorang mengucap salam dari depan pagar rumah.

Wa'alaikumussalaam," jawab Firda sambil berjalan ke depan dan membukakan pintu dan pagar untuk tamunya. 

Tampaklah sepasang suami istri yang baru pertama kali dilihatnya. 

"Pak Rayan ada, Mbak?" tanya wanita yang ada di hadapannya sambil tersenyum lebar.

"Ada, silakan masuk dan duduk dulu biar saya panggilkan," jawab Firda.

Sebelum Firda beranjak menuju kamar, ternyata Rayan sudah terlebih dahulu datang, berjalan sendiri dengan tongkat menghadap tamunya. 

Dapat dilihat oleh Firda jika wajah suaminya sangat cerah dan bahagia. Dari cara bicaranya pun terlihat jelas jika Rayan sangat senang dengan kedatangan mereka. Baju Rayan juga sudah ganti dengan kaos terbagus yang ada di lemari.

"Sepertinya suamiku sudah tahu kalau akan ada tamu. Tumben dia sudah rapi sebelum aku panggil. Padahal biasanya meskipun teman-temannya yang datang dia nggak siap secepat ini. Siapa dia?" tanya Firda dalam hati. 

Firda benar-benar merasa heran dengan kelakuan Rayan, membuatnya mulai curiga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status