Follow Instagram: SKYWORLD04 Menikah dengan dosen pembimbing yang baru saja mengajar di Kampusnya selama beberapa minggu, bukanlah cita-cita Eva. ia tidak menyangka akan mengalami pernikahan dengan orang seperti Zaidan yang pemaksa dan segala sifat Zaidan yang tidak bisa disebutkan. “Saya akan buat kamu jatuh cinta dengan saya,” ucap Zaidan. “Sumpah demi apapun saya enggak akan pernah luluh dengan Bapak dan mencintai Bapak,” ucap Eva. Apakah usaha Zaidan membuat Eva jatuh cinta benar-benar berhasil? Apakah Eva akan luluh dengan segala perhatiannya? Dan apakah mereka bisa hidup bahagia selamanya. cc.Skyworld04
Lihat lebih banyakHappy Reading Semuanya!
“Gue merasa baru kemarin semester awal terus kita di kerjain mulu sama kating dan sekarang kita sudah sampai di semester tua, Good bye kenyamanan.”
Perempuan dengan rambut panjang itu mengangguk setuju mendengar perkataan dari Vivi barusan, memang cepat sekali waktu berlalu dan kini mereka sudah masuk kedalam zona tidak nyaman lagi. Ibaratnya tahun ini adalah tahun terberat yang tidak bisa dibayangkan, tangan perempuan bernama Eva tampak mengetuk meja tempat kuliahnya pelan.
“Katanya ada dosen baru di mata kuliah geofisika dan dari kabarnya dia tampan. Speak dewa,” ucap Ana sembari menepuk pundaknya dan tersenyum penuh arti.
“Lo pasti tahu sesuatu, kan?” tanya Vivi.
“Tahu apa?” bingung Eva
“Dosen baru, kan Papa lo Kaprodi di sini. Masa iya dia enggak tahu apapun!” omel Ana
Eva menghela napas pelan, “Soal itu... gue enggak tahu, lo tahu sendiri kan ayah gue lebih tertarik dengan pengembangan media terbaru dibandingkan dosen tampan atau sejenisnya itu. Sekarang jangan pikirkan dosen tampan tapi yang harusnya kalian pikirkan adalah judul skripsi, gue ditodong mulu sama Papa gue terkait ini.”
“Lo memang enggak asyik!” keluh Vivi.
Bibir Eva hanya tersenyum dan mengedikkan bahunya tidak peduli, tangannya mengusap punggung tangannya yang terasa gatal. Ia sendiri lebih memikirkan bagaimana nasibnya dengan Logan setelah mereka hampir berpisah satu semester karena kesibukkan nya sebagai ketua BEM Kampus.
Pandangannya berdalih pada lelaki yang ada di depannya. Suasana kelas yang tadinya senyap tampak berisik karena kedatangan lelaki yang hanya memasang wajah datar memasuki kelas mereka saat ini, tatapan mata Eva mengarah pada Ana dan Eva yang kini sibuk memasang wajah kagum pada lelaki yang ada di hadapannya.
“Perkenalkan saya Muhammad Zaidan Syahrul, disini saya berprofesi atau mengajar di bagian mata kuliah Geofisika. Saya lebih senang jika kalian memanggil saya dengan sebutan Zaidan, saya lulusan Universitas Colombia dan baru kembali ke Jakarta sekitar 2 bulan yang lalu.”
“Maaf Prof, saya lihat Anda selama S1, S2, S3 berada di luar. But, kenapa Anda memilih kembali ke Jakarta? Bukankah orang yang bergelar seperti Anda akan diterima dengan lapang dada bahkan terbuka lebar untuk orang yang seperti Anda?” Eva mengangguk-angguk membenarkan perkataan dari Rafif yang sibuk dengan kertas ditangannya setelah mengajukan pertanyaan barusan.
“Its simple, saya merindukan Indonesia. And... saya lebih banyak memiliki kenalan di Indonesia ketimbang di dunia barat, apakah kalian pernah mendengar perkataan seperti ini, ‘Sejauh-sejauhnya orang pergi ke luar negeri pasti merindukan tanah kelahirannya.’ Anggap saja saya seperti itu.”
“Prof saya mau tanya,” Eva menatap tajam Ana yang ada di sebelahnya.
“Sebenarnya saya enggak terima pertanyaan, tapi karena sudah ditahap sini. Baiklah, silakan apa yang ingin kalian tanya.”
“Profesor sudah menikah?” tanya Ana
“Sory itu pertanyaan privasi,” sahut Zaidan.
“Kalau profesor jomblo alias belum menikah, saya punya teman yang bisa diajak gandengan pas wisuda nanti. Kasihan dia dianggurin sama pacarnya karena sibuk dengan urusan yang sebenarnya enggak wajib diurus,” Eva menatap tajam Ana yang kini hanya tersenyum tiga jari pada dirinya. Kode dari temannya tidak bisa ia terima, mana mungkin ia mau dengan orang sombong seperti Zaidan yang membanggakan diri di universitas Colombia.
Zaidan mengarah pada perempuan yang kini memasang raut wajah yang sama, terlihat datar. Dari seisi kelas hanya perempuan muda itu yang tidak menampilkan rasa takjub dan terpesona pada dirinya dibandingkan perempuan yang lain. Memang perempuan muda yang berbeda.
“Kita mulai pembelajaran saja,”
Seisi kelas tampak menghela napas pelan, yang diharapkan oleh mereka adalah membahas kontrak kelas yang harus dipatuhi atau sebagai macamnya bukan langsung masuk kedalam pembelajaran sekarang ini. Memang sebuah harapan yang sia-sia.
“Oh! Saya ingin bertanya satu hal disini, apakah disini ada yang mengambil tentang pengembangan media pembelajaran dan teknologi pembelajaran? Kalau ada harap segera temui saya setelah kelas selesai karena saya mempunyai rekomendasi bagus yang bisa dijadikan referensi.”
Eva hanya mengedikkan bahunya tidak tahu saat temannya tampak mengguncang tubuhnya perlahan. Ia tidak menyukai tipe bagaimana Zaidan mengajar, apalagi kelakuan lelaki itu beberapa menit yang lalu seperti seseorang habis menelan batu. Menyebalkan untuk dirinya, apalagi tatapan Zaidan pada dirinya seakan-akan ingin menerkamnya hidup-hidup.
“Lo suka sama Pak Zaidan?” bisik Ana.
“No!”
“Kenapa?” tanya Ana.
“Apa gue harus menyukai orang yang sama seperti kalian, lagian dia terlalu tua. Kalian ini kenapa sih? Gue itu ibaratnya masih menjalin hubungan sama Logan, kami belum putus seperti dugaan-dugaan kalian,” keluh Eva.
Tatapan matanya berdalih pada lelaki yang kini berada di depan kursinya sembari menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
“Kamu Eva, benar?” tanya Zaidan.
“Enggak bukan, saya Ana.”
Ana yang di sebelahnya tampak menoyor kepala Eva dan membuat sang empu kini mengaduh kesakitan akibat ulah dari perempuan yang menjadi rekan kelasnya itu. Teman-temannya memang anarkis sekali dan tega melakukan ini pada dirinya, bagaimana bisa mereka melakukan itu pada dirinya.
“Benar Pak, dia Eva. Anaknya Kaprodi fakultas Fisika,” Eva menatap kesal Vivi yang tampak cari muka pada lelaki yang ada di depannya.
“Pantas saja wajah kamu membuat saya enggak merasa asing, tolong temui saya nanti karena ada data yang harus saya berikan kepada ayah kamu dan hari ini katanya beliau sedang mengikuti seminar diluar kota.”
“Tapi Papa saya baliknya nanti siang, Bapak profesor masih bisa bertemu dengan Papa disini. Kenapa saya harus jadi BABU Profesor?” tanya Eva.
Zaidan tersenyum kemudian mendekat ke arah perempuan yang kini memundurkan tubuhnya berniat menjauh dari lelaki di hadapannya itu. Menurut Eva, dosen baru mereka adalah orang aneh yang pernah ia temukan dan bukan dosen pada umumnya.
“Saya akan memberikan poin plus kalau kamu mau membantu saya.”
“Duh! Saya enggak peduli, saya anti yang namanya jadi BABU. Kalau Profesor membutuhkan sesuatu bisa menyuruh orang lain dan jangan saya, dosen di sini saja segan dengan saya. Tapi kenapa profesor menyebalkan untuk saya?” tanya Eva.
Zaidan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, “Saya memberikan dua poin plus untuk kamu kalau kamu mau membantu saya untuk mengurus masalah ini, dan saya akan memberikan bimbingan gratis untuk kamu.”
“No... thank you. Saya sudah mendapatkan Dosen bimbingan lain yang sudah diatur, saya enggak mau Bapak profesor yang menjadi dosen pembimbing saya, meskipun Profesor adalah orang yang mudah dipercaya dan memiliki pengetahuan yang tinggi.” Zaidan tersenyum tipis dan memandang perempuan di depannya yang kini menatapnya dalam.
“Owww... so sweeettttt!!! Lirikkan pasangan mata maut, pasti akan berubah menjadi cinta.” Eva mengalihkan pandangannya dan menatap tajam perempuan yang menjadi rekannya itu.
Eva juga tidak mengerti kenapa mereka melakukan itu, intinya ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada lelaki yang ada di depannya itu. Dan ia juga berharap nantinya tidak memiliki dosen pembimbing seperti lelaki yang menyebalkan di hadapannya.
Zaidan memamerkan smirk tipisnya, “Saya bisa mengubah takdir kamu menjadi sesuatu yang mungkin enggak kamu ketahui,” bisik Zaidan membuat Eva membulat mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya.
Gila! Zaidan gila karena sudah melakukan ini pada dirinya.
To be continued
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen