Happy Reading Semuanya!Mata Eva melotot, tatapan matanya mengarah pada tangan yang akan menjadi suaminya itu tampak melingkar di pinggangnya tanpa ada persetujuan dari dirinya. Ia tidak akan pernah lelah untuk mengatakan jika Zaidan bisa membuat emosi dan jantungan mendadak. “Jangan dilepas atau saya akan melakukan lebih dengan kamu,”bisik Zaidan.Eva hanya mempoutkan bibirnya dan menuruti keinginan dari lelaki yang ada di sebelahnya itu. Tatapan matanya mengarah pada gaun yang terpajang rapih di manekin ataupun pada gantungan di sepanjang dinding.Dalam harapannya ia melakukan ini dengan seseorang yang dicintainya, memilih gaun pernikahan dengan senyuman lebar. Tapi kenyataannya sekarang berbanding terbalik, ia memilih gaun dengan dosennya sendiri dan tidak ada senyuman yang bisa ia tampilkan karena tidak ada cinta disana.“Gaun pesanan atas nama Eva Zaidan.” Pandangan Eva berdalih pada lelaki di sebelahnya, Eva Zaidan? Nama siapa? Dirinya? Sejak kapan Eva memiliki nama ada kata Z
Happy Reading Semuanya!"Perfect! Ini sangat cantik!"Perempuan cantik yang tengah dipuji itu tampak tersenyum, ia juga menyukai gaun pernikahan yang sedang dikenakannya saat ini. Meskipun berbanding terbalik dengan calon suaminya tampak memasang wajah kusut seakan tidak menyetujui gaun ini."Gimana? Pilihan gue enggak salah, kan?"Zaidan memasang wajah murka disana, bagaimana bisa pilihannya dianggap benar. Ini bukan selera Zaidan."Stupid! Apa kamu ingin istriku memamerkan punggung pada orang lain? Ini terlalu terbuka dan punggung istriku bukan bahan tontonan," ungkap Zaidan membuat Eva menatap geli lelaki yang ada di sebelahnya itu.Clara yang mendengar penuturan dari sepupunya kini menoyor kepala Zaidan, ia geram. Bagaimana bisa ia mempunyai sepupu yang begitu bucin dan menyebalkan. Siapa juga yang akan berfokus pada punggung calon istrinya, tidak ada yang bisa dilihat kecuali kulit putihnya. Orang gila dan itu Zaidan. "Ini sudah cantik, itu hanya punggung! Apakah orang lain bern
Happy Reading Semuanya!Aroma hidangan sederhana yang disiapkan oleh Eva membuat lelaki yang usianya berjarak 5 tahun dari Eva tampak tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Kebahagiaan Zaidan begitu konyol, hanya karena sebuah mie instan rasa kari ayam yang sebenarnya bisa di buat langsung oleh Zaidan.Rasanya berbeda karena Eva yang membuatnya."Ini adalah makanan yang paling lezat yang pernah saya cicipi," ungkap Zaidan.Eva memasang wajah aneh, ini hanya mie instan dan rasanya tetap pada mie umumnya. Kenapa Zaidan ini semakin aneh dan membuatnya bertanya-tanya. Kepalanya menggeleng mendengar penuturan dari calon suaminya itu."Bapak berlebihan, mie instan ya hanya mie instan. Maksud Bapak lezat karena pakai telur?" Eva menggaruk kepalanya yang terasa gatal. "Karena buatan tangan kamu, semua masakan menjadi lezat meskipun terlalu lembek ataupun asin sekalipun," Bibir perempuan yang ada di depannya hanya mempout. Ia tidak menyangka akan menjadi sedekat ini dengan dosen pembimbi
Happy Reading Semuanya! Helaaan napas terdengar. Benar-benar terasa berat sekali, jujur saja ia merasa berdebar sekali karena ini hari pernikahannya. Walaupun ia menikah dengan Zaidan belum dengan menggunakan cinta dan ia tidak bisa menyusun rencana kabur serta sebagainya karena lelaki yang menjadi calon suami tampak mengikutinya tanpa memberikan celah untuk dirinya sendiri. Bahkan dalam perawatan diri. “Apakah kamu senang menikah dengan Zaidan?” Tatapan matanya mengarah pada cermin yang ada di depannya itu, ia sudah menggunakan gaun pernikahan hasil desain Clara yang amat sangat ia sukai. Perempuan yang menjadi sepupu Zaidan itu sangat tahu tentang apa kesukannya dan sekarang ia menunggu orang tuanya untuk menyaksikan Zaidan mengucapkan akad pernikahan mereka. “Apakah raut wajah aku menampilkan senyum bahagia?” tanya Eva Livy menghampiri sang adik dan hanya memasang wajah datarnya. Jika ia tidak bisa membatalkan pernikahan, maka ia bisa menjadi perusak hubungan rumah tangga adik
Happy Reading Semuanya!"Lo tahu? Kita shock sewaktu Pak Zaidan suruh kita ke cafe." Eva menatap lelaki di sebelahnya tampak tersenyum manis. Benar! Ia tidak mungkin bermain kucing-kucingan pada teman-temannya terkait dengan pernikahan. Zaidan sepertinya selalu berusaha agar dirinya tidak terjerembab dalam sesuatu yang salah, lelaki yang kini resmi menjadi suaminya selalu berada di pihak dan dibelakangnya."Bapak ajak mereka?" tanya Eva.Kepala Eva ditoyor oleh perempuan yang menjadi rekannya itu, "Heh bodoh! Bapak! Bapak! Panggil Mas. Dia suami lo!" omel Caca membuat Eva mempoutkan bibirnya menatap wajah sang suami yang ada di sebelahnya dengan wajah sedih."Dih! Pamer! Mentang-mentang sudah nikah!"Bibir Eva masih saja cemberut memandang rekan-rekannya itu, ia masih tidak menyangka dengan apa yang didengarnya barusan. Tatapannya mengarah pada Vivi yang tampak senang menceritakan sesuatu pada dirinya terkait dengan beberapa waktu lalu dimana lelaki yang menjadi suaminya mengundang k
Happy Reading Semuanya!Keuntungan dirinya memakai gaun pernikahan ini adalah ia mendapatkan kecantikan yang hakiki dan banyak dipuji oleh banyak orang, tapi kerugian yang ia miliki saat ini adalah dirinya tidak bisa melepas gaunnya sendirian. Tatapan matanya mengarah pada Zaidan tampak sibuk memainkan ponselnya untuk membalas ucapan pernikahan atau mungkin masalah pekerjaan yang belum rampung.“Enggak mungkin gue minta tolong sama Pak Zaidan, yang ada gue disangka menyerahkan tubuh gue. Bahkan ngegoda! No!!”Eva mencengkram erat gaun pernikahan yang dikenakannya saat ini dan menatap sang suami dari cermin di depannya.Eva jadi misuh sendiri, ia tidak mungkin tidur dalam keadaan menggunakan gaun pernikahan. Eva bisa dianggap gila dan menanggapi trend terbaru dengan tidur menggunakan gaun pernikahan. Pasti Zaidan juga akan mengomel dengan keadannya sekarang ini.“Pernikahan tadi cukup menguras tenaga, kan? Saya enggak tahu kalau tamu yang akan datang sebanyak itu. Pantas saja kamu menge
Happy Reading Semuanya!Lelaki yang menjadi suami dari Eva itu terdiam memasang wajah bingung pada sang istri yang diam membeku seolah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bagaimana bisa istrinya hanya terdiam di sudut tempat tidur mereka saat ini dan menunduk menatap lantai.“Eva, kamu mau tidur dimana? Sudah saya bilang untuk tidur bersama saja. Kamu jangan bersikeras ingin tidur di sofa yang keras itu, kalau tubuh kamu sakit saya enggak mau tanggung jawab.”Eva menatap sang suami yang sudah bersandar pada dashboard ranjang tidur mereka. Ini bukan seperti sesuatu yang ia harapkan, Zaidan tidak mau mengalah dengan alasan takut sakit punggung. Jujur saja Eva tidak terbiasa tidur dengan orang lain. Tapi apa yang harus saya lakukan karena konsep pernikahan atau suami istri adalah tidur bersama dengan pasangan.“Tapi Saya nggak bisa tidur sama orang lain.”Zaidan menghela napas pelan.“Makanya sekarang kamu belajar buat tidur sama orang lain, Lagian saya adalah suami kamu dan kamu adalah
Happy Reading Semuanya!Mata Zaidan yang masih terlelap tampak terbuka dan menatap bingung perempuan yang kini masih menjerit terkejut di depan meja rias tempat mereka huni saat ini. Lelaki dengan wajah tampan itu tidak mengerti kenapa Eva menjerit-jerit di pagi buta saat ini. Apakah terjadi sesuatu dengan Eva sekarang ini.“Bisa enggak sih Eva, kalau kamu ingin membangunkan saya dengan suara lembut. Atau mungkin kamu bisa bilang 'Mas... Selamat pagi, ayo bangun. Aku sudah siapkan makanan untuk Mas dan kita makan bersama.' atau...” Zaidan menghentikan perkataannya saat melihat sang istri tampak berlinang.“Bapak!!”rengek EvaZaidan dengan cepat menghampiri sang istri dan memasang wajah bingung, sumpah demi apapun Zaidan melihat kalau semalam Eva tertidur dengan nyaman dipelukannya. Dan ia tidak melakukan apapun selain mengusap kepala Eva sampai sang istri tertidur pulas, memandang Eva tidur nyenyak saja membuat hatinya tenang.“Kamu kenapa?”tanya Zaidan lembut.Eva menatap wajah sang
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha