Happy Reading Semuanya!
Sudah tiga hari semenjak kejadian dimana dirinya secara mendadak dilamar oleh Dosen Kampusnya, Eva tidak ingin bertemu dengan Zaidan. Sumpah demi apapun dirinya tidak ingin bertemu Zaidan meskipun harus merelakan nilai sempurnanya. Ia sudah tidak peduli ancaman nilai lainnya.
Tapi...
Sekarang adalah hari terakhir pengumpulan judul skripsi setelah diundur selama 2 hari dari waktu sebelumnya dan membuatnya mau tidak mau harus bertemu dengan Zaidan si Dosen dengan pikiran kotor. Persetan dengan segala persiapan pernikahannya.
Tok..
Tok..
Tok..
“Masuk!”
Tangan Eva membuka pintu ruangan Zaidan di depannya, sebenarnya ia tidak membuat janji seperti mahasiswi lainnya tapi sekarang ia mode kepepet dan membutuhkan Acc judul skripsinya oleh Zaidan agar dirinya masuk ke bab pertama.
“Maaf mengganggu waktunya Prof,”ucap Eva pelan.
“Kamu masih membutuhkan saya?”
Eva terdiam tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun. Tatapannya hanya mengerah pada Zaidan yang kini menutup semua aktivitas yang sedang dilakukannya. Tangan Eva meremas pelan kemeja yang dikenakan olehnya sekarang ini.
“Masih, tapi kalau Bapak berencana untuk memindahkan saya ke Dosen lain... Saya super duper enggak masalah dan malah bahagia. Karena tandanya saya enggak perlu ketemu sama Bapak lagi,” sahut Eva pelan.
Zaidan bersedekap memandang perempuan yang ada di depannya itu. Ia sudah melakukan hal lebih untuk kualifikasi agar dipercaya bisa menjadi Dosen Pembimbing perempuan yang ada di depannya.
“Saya masih marah dengan kamu, sudah bolos mata kuliah saya. Penyetoran judul skripsi kamu belum melakukannya, dan bermain kucing-kucingan dengan saya. Apakah sebegitu sulitnya sampai kamu melakukan ini?”
“Tapi...”
Iris mata elang Zaidan memperhatikan perempuan yang kini tampak menunduk menatap lantai yang ada di bawahnya itu.
“Bagaimana jika judul kamu enggak saya ACC? Apakah kamu bisa lulus tepat waktu? Kamu menikah dengan saya dan segalanya akan saya permudah,”Eva mencengkram erat kertas yang ada di tangannya.
“Saya mau lulus tepat waktu, tapi saya belum siap jika harus menikah dengan Bapak. Saya sudah stress dengan memikirkan judul skripsi dan saya juga belum siap jadi ibu rumah tangga karena saya belum mapan.”Perkataan dari Eva barusan membuat lelaki yang ada di depannya tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.
Zaidan mengetuk meja di depannya, suasana ruangan itu mendadak menjadi dingin dan Eva sama sekali tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia sudah terlalu shock mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki yang ada di depannya itu.
“Apakah saya pernah meminta kamu untuk menjadi calon istri saya dengan kriteria harus MAPAN? Saya enggak tertarik dengan hal yang seperti itu, saya menyukai kamu apa adanya dan diri kamu sekarang ini.”
Luluh dengan perkataan Zaidan? Tentu saja tidak. Kenapa ia harus luluh mendengar perkataan dari lelaki di hadapannya. Eva bukan perempuan yang seperti ada diluar sana, atau dirinya bukan rekan-rekannya yang mudah luluh begitu saja hanya karena rupawan dan perkataan manis dari Zaidan.
“Judul saya jadinya bagaimana?”tanya Eva mengalihkan pembicaraan.
Tangan Zaidan terulur dan mengambil kertas yang sedari tadi ada di tangan perempuan yang menjadi calon istrinya.
“Kamu harus mentraktir saya makan siang hari ini jika ingin saya setujui judul skripsi kamu,”
“Bapak palak mahasiswi sendiri?”tanya Eva
“Kalau begitu jangan harap saya ACC judul kamu,” sahut Zaidan.
Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya itu, “Ya sudah, tapi saya yang menentukan tempat makannya. Bapak jangan khawatir makanannya pasti enak dan Bapak suka, meskipun bukan makanan bintang lima.”
Zaidan hanya mengangguk mengiyakan perkataan dari perempuan yang ada di depannya, ia memang marah karena Eva menghindarinya meskipun ia tahu kalau Eva pasti akan membutuhkan bantuan dari dirinya. Tatapannya mengarah pada kertas yang ada di depannya itu.
“So, what did you take for this thesis? Apa permasalahan yang kamu ambil?” tanya Zaidan.
“Euhm... jujur saja ini simple masalahnya. Seperti yang kita ketahui kalau peserta didik terkadang mengalami kesulitan dalam belajar dan sebagai tenaga pendidik juga membutuhkan inovasi terbaru dalam media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik. Jadi, saya mengambil dengan tema pengembangan media pembelajaran digital menggunakan 3D.”
Zaidan mengangguk mendengar perkataan dari perempuan yang menjadi calon istrinya itu, “So, apa perbedaannya antara media pembelajaran sebelumnya? Bukankah sama saja?” Eva memperhatikan Zaidan yang ada di depannya itu.
“Euhm... seperti yang kita ketahui kalau peserta didik lebih banyak menggunakan buku sebagai media pembelajaran or maybe like PPT dan video yang berasal dari salah satu aplikasi. Jadi, saya berencana untuk membuat media dimana peserta didik juga bisa bermain dan belajar menjadi satu dan dalam inovasi terbaru menggunakan 3D animasi.”
“Good, kamu bisa mengajukan. Akan lebih bagus lagi jika kamu bekerja sama dengan tim DKV untuk membantu kamu menyelesaikan dan nanti saya bantu untuk bicara dengan mereka. Nice, kamu bisa mengembangkannya. Saya berharap kamu melakukan dengan bersungguh-sungguh, kalau kamu membutuhkan bantuan lain. Kamu bisa menghubungi saya,”Bibir Eva tersenyum manis, ia puas mendengar jawaban dari perempuan yang ada di depannya itu. Ia begitu puas.
“And kamu jangan merasa puas,” sambung Zaidan
Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya, sepertinya memang Zaidan tidak pernah memberikan kesempatan untuk dirinya bahagia.
Zaidan yang melihat Eva tampak mempoutkan bibirnya kini bergerak untuk mengecup bibir perempuan yang ada di hadapannya. Mata Eva membulat dan memukul bahunya kasar. Tatapan mata Eva hanya bisa menatap tajam lelaki yang ada di depannya itu.
“Bibir kamu manis, saya tunggu kamu di parkiran mobil khusus dosen nanti siang dan jangan bolos mata kuliah saya lagi.”
Sumpah demi apapun Eva benar-benar membenci lelaki yang ada di depannya itu, tindakan dari zaidah yang benar-benar membuatnya murka.
“Bapak kenapa sih suka banget begitu, bibir saya ternodai dan itu yang membuat saya menjadi semakin membenci Bapak. Dasar dosen mes—”
Ucapan Eva terhenti saat ada seseorang yang masuk kedalam ruangan. Zaidan menutup mulut Eva menggunakan jari tangannya agar calon istrinya tidak banyak bicara.
“Maaf Pak Zaidan saya mengganggu, nanti siang akan ada rapat fakultas jam 2 nanti. Saya harap Bapak segera hadir,”
Zaidan mengangguk mengiyakan perkataan dari lelaki yang ada di depannya itu, ia hampir saja murka karena tidak mengucapkan salam dan mengganggu kemesraan dirinya dengan Eva.
“Kalau begitu saya juga harus pamit,”ucap Eva.
“Memang saya menyuruh kamu pergi? Saya belum selesai urusannya dengan kamu.” Eva menatap tajam lelaki yang ada di depannya.
Tangan Eva bersedekap memandang Zaidan yang kini mengusap pipinya. Entah apa yang dilakukan oleh Zaidan sekarang ini.
“Saya akan menunggu kamu di parkiran untuk makan siang dan kamu harus menepati janji untuk membayarkan makanan saya.”
Eva mendorong tubuh lelaki yang ada di depannya itu, ia benar-benar muak dengan Zaidan sekarang ini. Lihat saja, ia tidak akan menepati janji agar Zaidan membenci dirinya.
To be continued...
Happy Reading Semuanya!Helaan napas terdengar begitu kasar sekarang ini. Pandangannya berdalih pada jam tangan yang dikenakannya saat ini, sudah menunjukkan pukul 13.00 siang dan sebentar lagi jam makan siang akan selesai. Bahkan ia harus rapat fakultas dengan Dosen lain. Zaidan terlalu bodoh mempercayai perkataan dari Eva yang tidak menempati janjinya.“Pak Zaidan, Anda menunggu siapa? Bukankah sekarang ada rapat fakultas?”Zaidan mengangguk mengiyakan perkataan dari lelaki yang ada di depannya, ia tidak bisa pergi. Bagaimana kalau ia pergi Eva menghampiri dan menunggu seperti dirinya sekarang ini. Mungkin saja Eva masih ada kelas dan akan berakhir sebentar lagi, tapi kalau dipikir lagi mana mungkin. Ini adalah dunia Kampus bukan anak sekolah.“Iya, Pak. Saya hanya sedang menunggu seseorang,” Lelaki di depannya hanya mengangguk dan berpamitan pada lelaki yang kini sibuk dengan ponselnya. Memang sepertinya sibuk sekali lelaki yang ada di depannya itu, sama dengan gosip yang beredar.
Happy Reading Semuanya!Perempuan muda dengan dress bewarna hitam serta style yang menampilkan bahunya. Terlihat sangat cantik, Eva hanya bisa mempoutkan bibirnya memperhatikan Zaidan tampak sibuk dengan buku menu yang ada di depannya. Ia terjebak dan selamanya akan terjebak dalam kehidupan Zaidan.“Saya tahu kamu alergi dengan udang, dan kepiting. Jadi, akan saya pesankan kamu makanan yang menurut saya bagus. Like a Steak medium rare or...”Zaidan memperhatikan perempuan yang ada di depannya tampak melipat wajahnya.“Eva....”“Bisa enggak sih Pak, kita makan di warung Bu Mirjo saja? Saya berani menjamin makanannya lebih enak ketimbang makanan di sini. Saya enggak pandai pakai pisau buat makan steak,” aku Eva membuat Zaidan tersenyum tipis.Tangannya mengusap kepala perempuan muda di depannya walaupun saat ini Eva tampak menepis tangannya. “Bapak jangan mengacau! Saya sudah mengatur rambut ini sejak setengah jam yang lalu! Kalau sampai Bapak merusak akan saya buat Bapak menyesal!” Anca
Happy Reading Semuanya! “Kak Livy,” Perempuan yang dipanggil sama sekali tidak menjawab, perasaan enggan untuk bertemu dengan sang adik masih terlihat sangat jelas. Jujur saja ia masih kecewa karena sang adik menerima pernikahan dengan orang yang ia sukai. Memang adik adalah perusak sesungguhnya. Ia dengan Zaidan dulu adalah teman sekelas. Livy menyukai Zaidan dari dulu dan Zaidan sama sekali tidak pernah melihat kehadirannya bahkan sampai sekarang. Zaidan hanya melihat Eva dan itu tidak pernah berubah meskipun Zaidan berada di luar negeri. “Kak Livy,” panggil Eva sekali lagi. “Apakah kamu enggak bisa kasih Zaidan buat kakak?” tanya Livy to the point. Eva yang ditodong pertanyaan seperti itu hanya memutar matanya malas, kakaknya bisa melakukan itu tanpa harus bertanya pada dirinya. Toh, seumur hidup Eva tidak ingin mempunyai suami seorang dosen. Eva ingin memiliki suami seorang pengusaha seperti dalam cerita novel yang sering ia konsumtif, bukan cita-citanya mempunyai suami seja
Happy Reading Semuanya! Janji harus ditepati dan di sinilah ia berada. Tempat yang amat sangat tidak ingin dirinya datangi, apalagi foto itu nantinya akan di pajang di acara pernikahan. Membayangkannya saja tubuhnya sudah merinding, Eva tidak pernah membayangkan akan seperti ini. “Kamu ganti dress yang sudah saya siapkan,” pinta Zaidan. “Bapak enggak belikan saya pakaian yang terbuka, kan?” Zaidan menatapnya aneh, “Memang kenapa kalau saya menyiapkan dress terbuka? Enggak akan ada yang lihat kamu kecuali saya,” sahut Zaidan membuat Eva ingin sekali menendang bokong dari dosen kampus nya itu. Langkahnya berjalan menuju ruang ganti dan menatap pakaian yang sudah disiapkan oleh calon suaminya itu, Zaidan memang orang gila. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Zaidan, seharusnya ia kabur saja agar tidak menikah atau mungkin menyuruh kakaknya saja. “Argh! Ini belum dimulai ambil gambar tapi kenapa gue sudah emosi sendiri! Menyebalkan sekali!” geram Eva sembari menatap cermin di de
Happy Reading Semuanya! “Kenapa kamu kasih saya cokelat?” Eva yang ditanya hanya memamerkan senyum tiga jari pada lelaki yang dalam jangka waktu 2 hari menjadi suaminya. Ia masih harus beraktivitas karena kebutuhan lainnya dan begitu pula dengan Zaidan, tidak ada drama pingit atau yang lainnya. Sangat flat sekali rencana pernikahan mereka, tidak ada embel-embel dengan kedatangan pelakor atau yang lainnya. “Saya lagi baik soalnya,” sahut Eva pelan. Tatapan Zaidan memasang wajah datar disana, “Katakan tujuan kamu apa, kalau kamu enggak memiliki tujuan saya harus menghadiri rapat dengan rektor kampus dulu untuk meneliti sejauh apa.” Tangan Eva menggaruk kepalanya, ia tidak tahu Zaidan bodoh atau memang menyebalkan lahir batin. Memang apalagi tujuannya datang menemui lelaki itu? Berharap ia akan memberikan kotak bekal atau memberikan hadiah kecupan. Haha... jika itu sebaiknya mimpi saja. “Itu... Anu... saya mau bimbingan hehe...” Terdengar helaan napas pelan, “Lalu kamu mau nyogok
Happy Reading Semuanya!Mata Eva melotot, tatapan matanya mengarah pada tangan yang akan menjadi suaminya itu tampak melingkar di pinggangnya tanpa ada persetujuan dari dirinya. Ia tidak akan pernah lelah untuk mengatakan jika Zaidan bisa membuat emosi dan jantungan mendadak. “Jangan dilepas atau saya akan melakukan lebih dengan kamu,”bisik Zaidan.Eva hanya mempoutkan bibirnya dan menuruti keinginan dari lelaki yang ada di sebelahnya itu. Tatapan matanya mengarah pada gaun yang terpajang rapih di manekin ataupun pada gantungan di sepanjang dinding.Dalam harapannya ia melakukan ini dengan seseorang yang dicintainya, memilih gaun pernikahan dengan senyuman lebar. Tapi kenyataannya sekarang berbanding terbalik, ia memilih gaun dengan dosennya sendiri dan tidak ada senyuman yang bisa ia tampilkan karena tidak ada cinta disana.“Gaun pesanan atas nama Eva Zaidan.” Pandangan Eva berdalih pada lelaki di sebelahnya, Eva Zaidan? Nama siapa? Dirinya? Sejak kapan Eva memiliki nama ada kata Z
Happy Reading Semuanya!"Perfect! Ini sangat cantik!"Perempuan cantik yang tengah dipuji itu tampak tersenyum, ia juga menyukai gaun pernikahan yang sedang dikenakannya saat ini. Meskipun berbanding terbalik dengan calon suaminya tampak memasang wajah kusut seakan tidak menyetujui gaun ini."Gimana? Pilihan gue enggak salah, kan?"Zaidan memasang wajah murka disana, bagaimana bisa pilihannya dianggap benar. Ini bukan selera Zaidan."Stupid! Apa kamu ingin istriku memamerkan punggung pada orang lain? Ini terlalu terbuka dan punggung istriku bukan bahan tontonan," ungkap Zaidan membuat Eva menatap geli lelaki yang ada di sebelahnya itu.Clara yang mendengar penuturan dari sepupunya kini menoyor kepala Zaidan, ia geram. Bagaimana bisa ia mempunyai sepupu yang begitu bucin dan menyebalkan. Siapa juga yang akan berfokus pada punggung calon istrinya, tidak ada yang bisa dilihat kecuali kulit putihnya. Orang gila dan itu Zaidan. "Ini sudah cantik, itu hanya punggung! Apakah orang lain bern
Happy Reading Semuanya!Aroma hidangan sederhana yang disiapkan oleh Eva membuat lelaki yang usianya berjarak 5 tahun dari Eva tampak tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Kebahagiaan Zaidan begitu konyol, hanya karena sebuah mie instan rasa kari ayam yang sebenarnya bisa di buat langsung oleh Zaidan.Rasanya berbeda karena Eva yang membuatnya."Ini adalah makanan yang paling lezat yang pernah saya cicipi," ungkap Zaidan.Eva memasang wajah aneh, ini hanya mie instan dan rasanya tetap pada mie umumnya. Kenapa Zaidan ini semakin aneh dan membuatnya bertanya-tanya. Kepalanya menggeleng mendengar penuturan dari calon suaminya itu."Bapak berlebihan, mie instan ya hanya mie instan. Maksud Bapak lezat karena pakai telur?" Eva menggaruk kepalanya yang terasa gatal. "Karena buatan tangan kamu, semua masakan menjadi lezat meskipun terlalu lembek ataupun asin sekalipun," Bibir perempuan yang ada di depannya hanya mempout. Ia tidak menyangka akan menjadi sedekat ini dengan dosen pembimbi
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha