Viona Zoe terpaksa menerima perjodohan dari kakeknya dengan seorang duda. Bahkan dia memutuskan hubungan dengan kekasihnya dan berusaha menerima suaminya, Frank Ed Gilson. Namun saat Viona mencintai Frank, dia mendapatkan sebuah kenyataan pahit yang di berikan oleh suaminya. Dimana dia melihat Frank dan mantan istrinya tidur bersama hingga kesakitan itu penyebabnya kecelakaan dan dia di hidupkan kembali ke tiga bulan sebelum kedatangan mantan istri suaminya.
View MoreBrak
Pintu bercat putih dan kuat itu dibuka dengan kasar. Seorang wanita berdiri dengan wajah memerah dan air mata menggenang menahan tangis. Wanita yang memakai dress selutut berwarna putih dengan motif bunga tulip itu perlahan melangkah. Bahkan saking terkejut karena seseorang mengirimkan sebuah foto dia lupa menggunakan alas kaki.
Langkahnya terasa berat, nafasnya semakin berat dan sesak. Hatinya sangat sakit, karena tidak percaya dengan foto itu dia ingin membuktikannya. Ruangan temaram dengan samar-samar aroma parfum yang dia kenal, semakin dia masuk, semakin dia mengenal aroma tersebut.
Deg
Air mata yang menggenang itu mengalir membelah pipinya. Bibirnya sedikit terbuka, dadanya seperti kesulitan memompa oksigen.
"Hah."
Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Tidak mempercayai kenyataan di depannya, seperti sebuah mimpi yang sangat menyakitkan. Kilat petir yang terlihat di gorden berwarna cokelat terasa terang seakan menghantam hatinya dengan tancapan bagaikan anak panah yang menembus tubuhnya.
"Frank." Suaranya begitu lirih. Pantas saja suaminya terasa berbeda. Selama menikah dia mencoba menerima suaminya, mencintai putra tirinya, menerima nasibnya menikah dengan seorang duda, tapi apa yang dia dapatkan. Sebuah penghianatan dari suami dan mantan istrinya.
Jadi selama ini hanya dirinya mencintai Frank, tapi tidak sebaliknya. Frank masih mencintai mantan istrinya, ternyata dia hanyalah istri pajangan di atas nakas.
"Frank!!!" Teriak Viona.
Kelopak mata yang lentik itu terangkat ke atas. Bola mata berwarna cokelat seperti segelas susu itu terbuka melebar. Dia beranjak dan merasakan kepalanya terasa berat.
"Viona?"
"Frank kau sudah bangun?" Tanya seorang wanita di sampingnya.
Frank menoleh dan melihat mantan istrinya berada di sampingnya tanpa menggunakan benang sehelai pun. Dia melihat tubuhnya yang kekar tanpa memakai busana.
"Vi …"
"Kau! Kau pria brengsek Frank! Kau, kau menghianati ku?"
"Vi ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku dan …."
"Cukup!" Viona menunjuk wajah Frank. "Cukup! Jadi selama ini kau mengabaikan ku dan sering pulang larut malam hanya ingin bersama dengan mantan istri mu? Frank aku menerima mu dengan tulus bahkan aku korbankan kebahagiaan ku." Viona menepuk dadanya yang terasa terhimpit oleh ribuan batu yang tajam. "Aku mencintai mu, tapi ini balasan mu? Secepatnya kita akan bercerai."
"Vi .. Viona, ini tidak seperti yang kamu bayangkan."
Viona berlari masuk ke dalam pintu lift. Tubuhnya bergetar menahan tangis yang hampir meledak, dia ingin berteriak dan mengeluarkan isi hatinya.
Sampai di lantai bawah, terlihat beberapa orang memandang Viona dengan tatapan aneh. Namun Viona terus berlari keluar dan masuk ke dalam mobilnya, menancapkan gas mobilnya dan melajukannya dengan kencang.
Dia memukul setir mobilnya dan menangis serta berteriak. Kesetiaannya selama ini tidak ada artinya bagi Frank. Pernikahan yang awalnya tidak dia inginkan dan terpaksa menerimanya. "Aku membenci mu Frank."
"Aku membenci mu."
Dia tak tau lagi harus mengeluarkan kesakitan hatinya seperti apa? Haruskah ia mengeluarkan hatinya dan jantungnya. Frank bagaikan jantung yang membuatnya merasa hidup.
Sebuah cahaya terang dari sampingnya. Viona menoleh, dia pasrah dengan kehidupannya.
Bruk
Mobil Viona menghantam sebuah truk dan membuat mobil itu berguling hingga dua kali.
Samar-samar dia mendengarkan teriakan seseorang dari jauh. Viona melihat suaminya berlari ke arahnya dan menatapnya penuh dengan kebencian.
....
"Hah!" Viona memegangi dadanya yang terasa sesak. Seandainya bisa, saat itu juga dia bisa memuntahkan darah.
"Viona!" Kakek Damian dan Papa Ardey memanggil serempak namanya.
"Viona ada apa?" Tanya Kakek Damian dengan wajah khawatir. Melihat wajah pucat Viona dia semakin takut. Keningnya yang sudah berkerut semakin berkerut.
Viona melihat sekelilingnya, ada sang Kakek, papa Ardey, mertuanya dan Frank Ed Gilson suaminya dan putra tirinya Jaxon Ed Gilson.
"Viona, ada apa?" Tanya Kakek Damian. Dia merasa aneh pada sang cucu yang tiba-tiba memegang dadanya. Sejak tadi, cucunya itu melamun tanpa berbicara sedikit pun.
"Frank, kamu antar istri mu ke kamarnya. Mungkin dia tidak enak badan," ucap papa Ardey menyanggah.
"Baiklah Pa. Aku akan mengantarkan Viona ke kamar," jawab Frank. Sebelum pergi, dia mengusap pucuk kepala sang anak yang berada di sampingnya.
Jaxon tersenyum, lalu kedua matanya menatap Viona dengan rasa takut.
Selama sebulan ini, Viona sebagai ibu tirinya tidak pernah menyapanya. Viona bersikap ketus padanya, tidak mau menerimanya dan tentunya pernikahannya dengan sang ayah.
Frank tersenyum hangat, dia merangkul Viona. Namun senyuman itu luntur setelah beberapa langkah.
"Istirahatlah, jangan berpura-pura sakit. Aku tahu kamu tidak suka dengan pertemuan keluarga ini setelah satu bulan pernikahan kita. Sama dengan diriku, yang tidak menginginkan lebih pernikahan ini."
Viona terdiam, bukan karena dia takut. Tapi tubuhnya masih syok, bukankah dia mengalami kecelakaan dan melihat Frank. Tanpa dia sadar air matanya mengalir. Rahangnya mengeras mengingat pengkhianatan Frank. Dia yang dulunya tidak menyukainya dan putranya berusaha menyukainya hingga ia menyadari bahwa dialah yang bodoh.
Viona menghentikan langkahnya. Dia menepis kasar tangan Frank yang merangkulnya. "Kapan kita akan bercerai?" Tanya Viona dengan nada dingin.
"Secepatnya, sepertinya kau tidak sabar bercerai dengan ku? Tunggu Daddy dan Kakek tenang, anggap saja pernikahan ini mainan." Frank tersenyum sinis pada istri mudanya itu. Sama dengannya yang tak menyukai pernikahan ini apa lagi saat melihat Viona bersikap acuh pada putranya, sungguh dia membencinya.
Pernah dia melihat Jaxon menangis karena ketakutan melihat Viona, namun dia diam saja dan menenangkan putranya. "Kau tenang saja aku tidak akan mencintai mu," ucap Frank. Namun aneh hatinya merasa sakit seaolah tidak terima. "Kau juga tidak perlu bersikap baik pada Jaxon karena dia tidak membutuhkan sosok ibu seperti mu."
"Apa mantan istri mu yang pantas?" Tanya Viona. Dia memang merasa bersalah pada Jaxon karena mengabaikannya, tapi dia berubah dan menerimanya. Setelah dia memutuskan mencintai suami dan anaknya, tapi yang dia dapatkan sebuah pengkhianatan.
Frank menghentikan langkahnya, tepat beberapa langkah di depan pintu kamar Viona sedangkan Viona berada di depan pintu. Dengan kasar Frank menarik lengan Viona hingga menghadap ke arahnya. "Jangan pernah menyebut namanya. Kau tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga ku."
Inilah pria yang dia cintai setulus hatinya tapi merobek hatinya tanpa tersisa. "Tenang saja, aku tidak akan mencintai mu. Kita memang menikah tapi hanya status dan aku tidak akan memberikan hati ku pada mu."
Hati ku telah mati bersamaan dengan pengkhianatan mu Frank batin Viona menatap nanar.
"Jika kau bertemu dengan mantan istrinya, cepatlah menikah karena aku ingin bebas dari pernikahan ini."
"Kau merasa sial? Aku juga merasa sial. Aku merasa sial karena harus menerima pernikahan yang tidak aku inginkan dan satu atap dengan wanita yang tidak aku cintai. Kau hanyalah bayangan dan tidak seperti mantan istri ku, ah bukan tapi istri ku karena begitu dia kembali aku akan segera bersamanya dan menceraikan mu."
"Huh!" Frank berdecih, dia langsung meninggalkan Viona sendirian di depan kamarnya tanpa membawanya masuk dulu.
Hari silih berganti, bulan pun berganti, kini tak terasa sudah setahun berlalu, Viona dengan telaten menemani Jaxon ke sekolah, layaknya seperti ibu. Kini ia sepenuhnya memaafkan Frank dan menerima kehadirannya kembali di kehidupan. Sedangkan Belian telah di penjara di ruangan khusus yang Frank buat sendiri karena telah terbukti kecelakaan yang menimpa Arel itu ulah dari Beliana.Lika liku kehidupan dan tancapan tajam yang telah mereka lalui kini telah sirna dengan ucapan janji setia kedua. Pernikahan keduanya hanya di hadiri oleh beberapa saudara. Padahal Frank meminta pernikahan mereka di meriahkan, namun Viona begitu enggan untuk di meriahkan. Ia tidak mempermasalahkannya jika harus sederhana. Frank menarik pinggang Viona dan kemudian mencium bibirnya. "Aku akan memintanya lagi."Jaxon, kakek Damian dan tuan Ardey tersenyum bahagia. Mereka kini bisa melihat bersatunya Frank dan Viona dengan landasan cinta. Mereka berharap Viona dan Frank bahagia hingga akhir hayatnya. Sedangkan A
"Aku tidak bisa melindungi mu, maafkan aku. Kau tak perlu memaafkan aku, tapi aku mohon akuilah Jaxon sekalipun dia bukan anak kandung mu. Aku hanya meminta mu memperhatikan Jaxon."Air mata Viona menetes keluar. Sesaknya seakan menghentikan detakan jantungnya. Frank menggenggam tersenyum, ia pun memalingkan wajahnya ke arah kanan. Ia memejamkan kedua matanya hingga air matanya mengalir lewat sudut kedua matanya itu.Viona menggigit bibir bawahnya. Tangannya gemetar ingin menyentuh pipi Frank. Ternyata selama ini ia salah paham pada Frank dan ternyata Frank kembali ke masa lalu.Viona beranjak ia meninggalkan Frank dan duduk di kursi tunggu, ia butuh ketenangan di hatinya. Ia pun menutupi wajahnya."Viona. " Kenan memegang bahu Viona. "Kau kenapa? bagaimana dengan Frank?""Dia tidak apa-apa, bagaimana keadaan Axel?""Dia baik-baik saja dan keadananya baik. Dua hari lagi Axel akan operasi, sahabat ku sudah menemukan pendonor.""Viona terima kasih karena sudah menyayangi Axel. Kau ibu t
Tiga hari kemudian.Jaxon begitu senang bertemu dengan ibunya diam-diam walaupun ia harus mendapatkan sindiran pedas dari Axek, ketidaksukaannya padanya. Tiap ke sekolah dan pulang sekolah, Viona, Axel dan Kenan mengajaknya jalan-jalan. Ayahnya pun beberapa sudah membaik. Namun masih terkadang menangis dalam diam.Frank menyandarkan kepalanya ke dinding, hatinya merasakan kesakitan mendengarkan obrolan Viona dan putranya. Ia bersyukur Viona kembali, ia berharap apa yang ia lihat adalah Viona.Begitu obrolan Jaxon berakhir, Frank bergegas pergi ke kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang menunggu Jaxon berpamitan padanya."Daddy." Jaxon berlari ke arah Frank. "Jaxon berangkat dulu Dad, biarkan sopir nanti yang menjemput Jaxon. Daddy istirahat saja."Frank mengangguk dan mencium kening Jaxon. "Ya, Daddy menyayangi mu."Sesampainya di sekolahnya, ia bertemu dengan Viona, Aleta, Axel dan Kenan. Viona memang sengaja menunggu kedatangannya sebelum masuk ke sekolahnya."Sayan
Pada malam harinya, Viona telah sampai di mansion Frank. Dia bergegas masuk dan berlari. Ia tidak sabar melihat Jaxon."Viona.""Kakek." Viona memeluk kakek Damian dengan erat. "Dimana Jaxon?" tanya Viona."Dia ada di kamar Frank." Viona bergegas ke kamar Frank. Dia membuka pintu kamarnya dan melebarkan kedua matanya. Ia melihat Frank di tahan oleh kedua penjaga. Sedangkan Jaxon menangis. "Daddy.""Aku harus menolong Viona!" teriak Frank. Dia menendang salah satu penjaga yang menahan di lengan kanannya. "Daddy." Tanpa sadar Jaxon terjatuh ke lantai akibat Frank yang menepis tangannya. Frank memukul penjaga yang menahan lengan kirinya dan berlari, namun langkahnya berhenti ketika melihat Viona di ambang pintu."Viona." Suaranya merendah. Tidak ingin membuang kesempatan. Ia berlari meneluk Viona dengan erat. "Viona kau selamat, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku. Sungguh aku tidak melakukannya, aku fi jebak oleh Beliana. Aku tidak melakukannya. Aku mohon percaya pada ku." Seoran
Satu Bulan Kemudian.Kakek Damian menatap mansion mewah didepannya. Sebenarnya ia begitu enggan untuk menginjakkan lagi kadua kakinya ke mansion mantan menantunya. Seandainya bukan karena Viona yang kemarin menyuruhnya melihat keadaan Jaxon karena anak itu tidak bisa di hubungi sama sekali, bahkan Viona menanyakannya pada Aleta dan Aleta mengatakan Jaxon menjauhinya serta kadang tidak masuk sekolah, hasilnya pun tidak mendapatkan jawaban apa pun."Tuan." Sapa seorang pelayan. Dia tersenyum ramah pada mertua majikannya. "Apa Jaxon di dalam?" tanya kakek Damian.Ketua pelayan itu melirik pelayan di sampingnya. "Ada tuan, silahkan tuan masuk."Kakek Damian pun masuk, ia duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Jaxon. Sedangkan di tempat lain.Jaxon menggenggam tangan seorang pria. Pria itu seperti orang linglung, dia hanya diam dan di suapi makannya dan kadang tidak memakannya. Kadang dia menangis dan tidak ada yang bisa menghentikannya."Daddy sampai kapan seperti ini?" tanya Ja
"Frank aku sudah memaafkan mu, tapi tolong jangan mengganggu hidup ku lagi." Viona mengatupkan kedua tangannya seraya memohon kepada pria di depannya."Viona." Sapa seorang pria dari arah pintu. Dia terkejut melihat semua adegan di depannya itu. Ia pun melangkah menghampiri Viona, niat hati ingin melihat keadaan Viona. Ia takut terjadi sesuatu pada Viona yang melihat wajahnya terlihat layu.Viona melihat ke arah lainnya. Kenan menatap pria di depannya yang terlihat persis seperti Jaxon. "Siapa dia Viona?""Dia mantan suami ku," jawab Viona dengan jelas.Kenan tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia bingung harus menempatkan posisinya di masa lalu Viona. "Maaf aku datang di waktu yang salah." Ia memutuskan untuk pergi dan memberikan ruang pada mereka."Tunggu Kenan." Viona menahan langkah kaki Kenan. "Aku harus memperkenalkan mu.""Frank berdirilah, rasanya tidak sopan jika aku memperkenalkan mu seperti ini. Kenan kau duduklah temani Frank."Kenan menoleh, ia tidak yakin dengan perkata
Keesokan harinya.Viona membawa Axel, Aleta dan Jaxon ke tempat bermain anak-anak. Ketiga bocah itu senang sekali bermain bola kecil dan beberapa mainan lainnya. Sedangkan Daniel dan Kenan pun ikut megawasi serta kedua pria itu terkadang ikut bermain dengan anak-anak. Viona duduk di sebuang kursi berwarna cokelat, ia menatap Jaxon dan jantungnya terasa panas. Ada sakit namun tak terlihat. Axel mengikuti pandangan Viona. Ia semakin tak suka dengan Jaxon, timbul rasa benci di hatinya. Dengan hati kesal ia mendekat ke Jaxon. Ia tidak ingin perhatian Viona tertuju pada Jaxon. "Jaxon bagaimana kalau kita bermain mobil?" tanya Axel. Ia ingin sekali membuat Jaxon kalah padanya."Aku tidak mau bermain," ucap Jaxon. Awalnya ia memang tidak ingin bermain namun karena di paksa oleh Axel ia pun ikut bermain. Tidak ingin beradu mulut, ia pun pergi menghampiri Viona."Mommy." Sapa Jaxon. Dia duduk di samping Viona. "Sudah capek sayang." Viona membawa sebuah kain untuk mengelap keringat Jaxon d
Kenan menatap jauh Viona dan Jaxon, ia merasa aneh dengan kedua orang itu. Seolah mereka saling mengenal. Ia merasa keduanya tidak asing lagi, bahkan saat melihat wajah Viona tadi yang terkejut ia merasa Viona sangat mengenal Jaxon."Siapa Jaxon?" Ia bertanya-tanya, mungkin nanti ia akan bertanya pada Viona."Daddy." Axel menatap Viona dan Jaxon. Ia cemburu pada Jaxon yang dekat dengan Viona, ia takut Viona akan di rampas olehnya. "Sayang.""Daddy aku tidak suka dengan Jaxon. Dia mengambil Mommy," tuturnya dengan pipi mengembang.Kenan membawa Axel ke dalam pelukannya dan menggendongnya. "Kenapa? Jaxon datang kesini bersama dengan Aleta, dia membawa kado untuk mu.""Aku tidak peduli, Mommy terlalu dekat dengannya. Sebaiknya Daddy usir saja dia.""Aleta akan sedih jika Axel seperti ini. Apa Axel mau Aleta sedih?"Axel menggelengkan kepalanya. Namun ia sangat khawatir ibunya akan pergi."Sudah sayang, jangan khawatir. Daddy akan berbicara dengan Mommy dan Mommy tidak akan meninggalkan
"Viona kau tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggu jawaban mu." Kenan bangkit dari kursinya menuju ke arah Axel. "Tunggu, bagaimana dengan ulang tahun Axel?" tanya Viona."Aku sudah mempersiapkannya, tiga hari lagi. O iya akan ada teman ku yang datang dari luar kota. Mungkin Axel juga merindukan temannya." Senyum merakah menghiasi wajah Kenan, pria itu terlihat tampan dan manis.Kenan kembali melangkah pergi meninggalkan Viona.Keesokan harinya.Jaxon mendekati anak perempuan yang duduk sendiri dan memakan bakalnya. Ia tersenyum melihat anak perempuan manis itu seandainya bukan karena informasi, ia tidak mungkin mau untuk mendekatinya."Kau sendiria?" tanya Jaxon. Setelah kepergian Viona. Ia tidak pernah membawa bekal lagi."Iya, kau mau?" tawarnya. Dia memperlihat sandwich satunya yang berada di kotak bekalnya. Jaxon menggelengkan kepalanya. "Tidak, oh iya kamu tidak menghubungi teman mu lagi, yang kemarin?" tanya Jaxon. Ia ingin tau bagaimana keadaan ibunya.Anak bernama Aleta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments