Beranda / CEO / Istri Palsu Tuan Presdir / Bab 24. Istri Palsu Tuan Presdir

Share

Bab 24. Istri Palsu Tuan Presdir

Penulis: FitrianiYuriKwon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zayyan keluar dari mobil dengan langkah tergesa-gesa. Dia masuk ke dalam mansion mewah tersebut, lalu mencari keberadaan Zea.

Saat Zayyan ingin masuk ke dalam kamar mereka. Seketika langkah kakinya terhenti ketika melihat Zea, Ar dan Zavier yang sudah ada di meja makan. Tidak ada Leigh, Ruth dan Grace di sana karena pagi-pagi tadi mereka sudah berangkat melaksanakan aktifitas masing-masing.

"Daddy!" panggil Ar.

Sontak Zavier dan Zea ikut melihat ke arah pria itu. Raut wajah Zea langsung berubah, tetapi dia berusaha tenang dan mencoba tak gugup.

Zayyan berjalan ke arah tiga orang itu. Tatapannya tampak sendu dan merasa bersalah.

"Daddy, ayo salapan. Mommy sudah memasak untuk kita!" seru Ar menghampiri Zayyan lalu menggandeng tangan ayahnya itu.

Lidah Zayyan masih berkelut. Tatapan matanya tertuju pada Zea yang malah yang malah tersenyum manis padanya, seolah tak terjadi sesuatu pada mereka.

"Ayo, Kak. Makan!" ajak Zea menarik kursi untuk lelaki itu.

Zayyan menurut, apalagi tang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 25. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Zea!" "Aw, Kak! Sakit!" rintih Zea ketika Zevanya menarik tangannya dengan kasar. "Mana uang yang aku minta?" tanya Zevanya dengan mata tajamnya melihat sang adik. "Uang apa sih, Kak?" Zea mengusap lengannya yang terasa sakit akibat cengkraman tangan Zevanya. "Kau lupa atau pura-pura lupa?" ketus Zevanya. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa!" tolak Zea. "Apa susahnya sih, Zea? Kau tinggal meminta saja uang pada Zayyan!" sentak Zevanya yang geram pada adiknya itu. Tok tok tok!"Nona." Terdengar Lewi memangil nama Zevanya. "Apakah Anda sudah selesai berganti pakaian? Sebentar lagi kita pemotretan tuan Zayyan dan tuan Morgan sudah menunggu Anda!" lapor Lewi."Kak, aku harus keluar!" Zea berusaha melepaskan diri dari sang kakak. "Enak saja. Hari ini aku akan kembali menjadi Zevanya!" Zevanya mendorong tubuh adiknya tinggal terjerembab di atas lantai. Lalu wanita itu keluar dan mengunci pintu mengurung sang adik. "Apakah Anda sudah berganti pakaian, Nona?" tanya Lewi. "Kau tidak lihat,

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 26. Istri Palsu Tuan Presdir

    Zayyan mengusap wajahnya dengan kasar ketika tak menemukan Zea. Lelaki itu tampak duduk dengan tak tenang. Beberapa kali dia mengumpat kasar dan memaki benda-benda di dekatnya. "Kau tidak bisa pergi dariku, Zea!" tekan Zayyan. Tiba-tiba pintu ruangan Zayyan terbuka. Tampak Zevanya berjalan masuk ke dalam ruangan suaminya itu. "Kau kenapa, Sayang?" tanya Zevanya tersenyum licik. Zayyan yang baru menyadari kehadiran sang istri. Dia menatap wanita itu tajam. "Apa yang kau lakukan di sini, Zevanya?!" tanyanya dengan nada dingin dan juga tajam. "Apa yang salah jika aku menemui suamiku?" Zayyan tak menanggapi. Jika istrinya itu sudah kembali padanya pasti hanya ada satu yaitu, uang. Zevanya duduk di pangkuan sang suami. Lalu dia mengelus dada lelaki itu dengan lembut. "Jangan sentuh-sentuh, Jalang!" sentak Zayyan mendorong wanita itu hingga jatuh. "Zayyan!" Zevanya merengut kesal. Dia berdiri sudah payah karena gaunnya yang sangat pendek. "Apa yang kau inginkan?" tanya Zayyan taj

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 27. Istri Palsu Tuan Presdir

    Zea mengusap punggung Zayyan, walau dia tidak tahu kenapa lelaki ini memeluknya kian erat? "Kak.""Biarkan sebentar saja! Aku hanya ingin memelukmu," pinta Zayyan mengeratkan pelukannya. Ar kecil melihat sang ayah yang tak seperti biasa. Dalam hati anak kecil itu bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa ayahnya itu tampak gelisah. "Jangan membuatku takut lagi," ungkap Zayyan tanpa sadar. Zea terdiam lalu menghela napas panjang. Tadi saat dia berada di rumah ayahnya, Samuel datang dan mengatakan bahwa terjadi sesuatu pada Ar. Hal itulah yang membuat Zea segera pulang, tetapi saat sampai di mansion Ar malah baik-baik saja dan bermain dengan para pelayan. "Iya, Kak. Aku minta maaf ya!" Zea melepaskan pelukan sang kakak ipar. Dia usap dengan lembut pipi suami kakaknya itu. "Aku tidak ke mana-mana, aku di sini bersama kalian," sambungnya kemudian. Zayyan mengangguk seperti anak kecil. Biarlah seperti ini terus, berpura-pura tidak tahu jika wanita yang di depannya ini bukan

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 28. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Mommy, ayo naik!" ajak Ar. Zea menghembuskan napasnya kasar. Walaupun selama ini tidur seranjang dengan Zayyan, tetapi dia tidak pernah merasa secangung ini. Apa karena kejadian panas yang pernah dia lewati bersama sang kakak ipar? "Apa kau akan terus berdiri di situ?" sindir Zayyan kesal. "Memangnya aku harus berdiri di mana, Kak?" tanya Zea polos. "Mommy, cepat naik ke atas ranjang. Ar sudah mengantuk!" desak Ar menguap beberapa kali. Melihat Zea yang diam saja. Zayyan sontak turun dari ranjang, lalu mengangkat tubuh gadis itu akan berbaring di atas ranjang. "Kakak." Sejenak tatapan keduanya bertemu dengan jantung saling berpacu. Wajah Zea merah merona beriringan dengan irama jantung Zayyan. "Maaf, Kak." Segera Zea memalingkan wajahnya. "Setidaknya di depan Ar bersikap baik sedikit lah," bisik Zayyan sebelum akhirnya bangkit dari tubuh wanita itu. Zea memaksa senyum. Lalu bangun dan duduk di samping Ar. "Ar sudah mengantuk?" tanyanya lembut. "Iya, Mommy," jawab Ar terse

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 29. Istri Palsu Tuan Presdir

    Zea membuka mata perlahan. Wanita itu terkejut ketika sudah berada di tengah dua pria tampan sekaligus. Tangan Zayyan dan Ar memeluk petit Zea dengan posesif. "Aduh, kenapa aku bisa tiba-tiba di tengah? Bukannya semalam aku di dekat Ar?" Zea mendengus kesal ketika sudah bergerak. Apalagi tangan Zayyan yang besar itu semakin erat memeluknya. Ditambah tangan mungil Ar yang juga melingkar di sana. "Kak," panggilnya. "Kak, bangun! Aku susah gerak." Bukannya bangun, lelaki itu malah semakin erat memeluk wanita yang berada di sampingnya ini. Tubuh Zea begitu hangat dan nyaman. Dia tak mau kehilangan pelukan ini sampai kapanpun. Bolehkah Zayyan berharap jika Zea akan berdiri di sampingnya setiap waktu? "Kakak!" Zea sedikit gerah, apalagi sudah pagi. Sontak kedua pria berbeda usia dan generasi itu mengeliat di dekat Zea. Wajah bantal keduanya justru terlihat menggemaskan di mata Zea. "Pagi, Son," sapa Zea pada Ar. Ar perlahan membuka matanya. Wajah pertama yang dia lihat adalah Zea. S

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 30. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Kak, besok aku ada pemotretan di vila tuan Morgan!" ucap Zea meletakan secangkir kopi kental di atas meja Zayyan. "Vila?" Kening Zayyan mengerut. "Iya, Kak. Soalnya kontrak yang bulan lalu belum selesai," jawab Zea. Sebenarnya dia tidak paham sekali masalah dunia modeling. Namun, demi perannya sebagai Zevanya, perlahan Zea mulai mempelajari kehidupan sang kakak. "Batalkan!" tegas Zayyan. "Tapi, Kak–""Aku akan bayar semua denda kontrak itu. Mulai sekarang, kau fokus saja menjadi istriku, melayani aku dan Ar!" tekan Zayyan menutup berkas di atas mejanya.Zea menghela napas panjang. Dia benar-benar tak bisa lepas sedikitpun dari jeratan Zayyan yang terus mengikatnya. Padahal lelaki ini sudah tahu kalau dirinya bukanlah Zevanya, tetapi Zayyan masih keukeh menahannya. "Kenapa diam? Kau tidak suka dengan keputusanku?" Zayyan menatap wanita itu dengan tajam. Jelas dia tidak mau istri palsunya itu berduaan saja dengan laki-laki lain. "Bukan begitu, Kak. Aku bosan saja tinggal di rumah

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 31. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Kak, kenapa sih mukanya kusut amat?" Shania terus saja menggoda Sean yang enggan peduli padanya. "Pulang sana!" usir Sean malas. "Dih, jahat amat sih, Kak, sama adik sendiri," sindir Shania. "Eh, Kak. Di mana Kak Zea, tumben tidak ada di sini? Atau Kakak sudah ungkapin perasaan Kakak ke dia?" Sean terdiam. Shania memang menjadi teman curhatnya, ketika dia galau jika berhubungan dengan Zea. Sean menggelengkan kepalanya dengan helaan napas panjang. "Lho, kenapa, Kak?" tanya Shania heran. "Zea sudah tidak bekerja di sini," jawabnya dengan nada berat. Shania terkejut, gadis yang masih berstatus mahasiswa kedokteran semester tujuh itu menatap sang kakak dengan penuh tanda tanya. Tak heran jika Sean terlihat murung seperti ini karena memang Zea satu-satunya wanita yang bisa membuat seorang Sean tersenyum. "Kak Zea ke mana, Kak?" tanya Shania penasaran. "Shan!" Mata Sean berkaca-kaca. Kadang dia tak malu menangis di depan adiknya itu jika sudah merasa benar-benar hancur. "Iya, Kak

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 32. Istri Palsu Tuan Presdir

    "Haduh, habislah aku!" teriak Zea dalam hati. Wanita itu tersenyum kikuk sembari menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung harus jawab apa? Apalagi melihat tatapan mata Zayyan yang seperti siap mengulitinya hidup-hidup. "Hem, tadi aku mencari angin segar di taman, Kak," sangkal Zea. "Bawa tas dan memakai pakaian seperti ini?" Zayyan menatap Zea dari ujung kaki sampai ujung rambut. "Di luar dingin, Kak. Jadi aku pakai jacket," jawabnya lagi. Zayyan berjalan mendekat ke arah Zea. Sebenarnya dia benar-benar ingin mengekang Zea agar tak ke mana-mana. Namun, dia takut jika wanita itu merasa tak nyaman dan nanti malah pergi meninggalkan dirinya. "Kenapa keluar dingin-dingin? Kau meninggalkan Ar sendirian!" Zea melirik ke arah keponakannya yang tertidur, wanita merasa bersalah karena tadi pergi tanpa izin pada Ar. "Maaf, Kak!" Zea lagi-lagi menunduk. Wanita itu berjalan mundur, saat Zayyan mendekatinya. Lalu Zayyan mendekati telinga Zea hingga membuat wanita itu bergi

Bab terbaru

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 8. (Ending)

    Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 7.

    "Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 6.

    Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 5

    "Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 4.

    "Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 3.

    Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 2.

    "Melihat tuan Zavier dan nona Shania yang menikah, aku jadi ingin menikah," ujar Niko mendesah. "Memang punya calon?" Josua melirik sahabatnya. "Ada, banyak," jawab Niko penuh percaya diri. Jika dia mau banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi istrinya. Namun, wanita-wanita itu hanya mengincar harta dan ketampanannya saja. Niko ingin menemukan wanita yang tulus mencintai dirinya, seperti Zea mencintai Zayyan contohnya. Sementara Samuel terdiam saja. Dia melihat betapa cantik dan bahagianya Shania duduk di pelaminan bersama lelaki terbaik pilihannya. Lagi-lagi, pria itu tersenyum kecut karena selalu gagal dalam hal percintaan. Padahal selain jatuh cinta pada Zea berkali-kali, ia juga menyukai Shania dan berharap wanita itu akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Namun, apalah daya jodoh memang tidak selalu bisa dipaksakan. "Hem!" Josua berdehem di dekat telinga Samuel. "Kenapa?" tanyanya. Walaupun sudah tahu, tetapi sengaja bertanya untuk sekedar basa-basi. "Tidak," kilah Sam

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 1. Wedding Day Zavier & Shania

    Shania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis cantik berstatus model itu tampak tersenyum lebar, ketika gaun mewah tersebut melekat dengan sempurna di tubuh ramping dan juga mungilnya."Kak, apa aku sudah cantik?" tanyanya pada sang kakak yang sedari menunggunya. "Cantik!" balas Sean. "Apa kak Zavier akan terpesona padaku?" tanyanya lagi yang seolah belum puas. "Tidak," jawab Sean. Shania mendengkus kesal. Ia menatap kakaknya malas. "Kakak." "Sudahlah, jangan terlalu lama. Zavier sudah menunggu," ujar Sean terkekeh melihat wajah kesal adiknya. Lagian Shania terus bertanya, apa dia cantik? Apa Zavier akan terpesona padanya? Sean saja bosan dengan pertanyaan tersebut. "Ayo, Kak!" ajak Shania. "Tapi..." Gadis itu mendesah pelan. "Tapi, kenapa?" Sean menatap adiknya. Shania tersenyum kecut. Di hari bahagia harusnya dikelilingi oleh orang tua serta orang-orang yang menyayanginya. Namun, tidak dengan Shania sang ayah dan sang ibu bahkan tak meluangkan waktu sedikitpun untu

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Ekstra part 3. (Ending)

    Zayyan bangun pagi sekali. Sementara Zea masih terlelap nyaman. Sejak hamil, wanita ini tak hanya manja tapi juga sedikit pemalas. "Sayang, bangun!" panggil Zayyan"Sudah siang ya, Kak?" Zea sontak duduk sembari mengucek matanya. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan sejuta nyawanya yang terasa hilang ke alam mimpi. "Iya, Sayang. Ayo cuci muka dulu!" Zayyan menyimak selimut mereka. "Iya, Kak." "Kakak gendong, ya." Zayyan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Usia kehamilan Zea sudah memasuki bulan keenam. Jadi masa mengidamnya pun sudah berkurang hanya manjanya masih kuat. "Kak, maaf merepotkan mu," ucap Zea tak enak hati. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku ingin kau terus manja-manja padaku." Zayyan mencolek dagu istrinya dengan gemas. "Ehem, tidak mungkin aku manja terus, Kak. Sudah ayo cuci muka, kita harus siapkan sarapan untuk anak-anak," ajak Zea. Setelah mencuci muka dan gosok gigi kedua pasangan itu keluar dari kamar mandi. Seperti biasa aktivitas pagi adalah mengur

DMCA.com Protection Status