Beranda / Romansa / Istri Dadakan Paman Nathen / 01 - Gurauan Berbuntut Rencana Pernikahan

Share

Istri Dadakan Paman Nathen
Istri Dadakan Paman Nathen
Penulis: Putri_Pratama

01 - Gurauan Berbuntut Rencana Pernikahan

Suara deheman pelan mengudara, berhasil memecahkan keheningan yang menyelimuti ruang makan di kediaman keluarga Wilson, tepat saat semua penghuni di sana, meletakan peralatan makan dari genggaman.

Elena Wilson mengedarkan pandangan, menatap satu persatu pasang manik mata yang tertuju ke arahnya sambil menebar senyum hangat, sebelum kemudian wanita berusia enam puluh tujuh tahun itu, memokuskan atensi ke arah Nathen Shawn Wilson - sang putra.

"Jadi, mau tidak mau pernikahanmu harus dibatalkan?" Elena menatap Nathen yang duduk di sampingnya, sendu.

Membuang napas kasar, pribadi tampan berusia tiga puluh dua tahun itu menundukan kepala, sekilas. "Mau tidak mau."

Elena mendengkus sembari melemaskan persendian di bahunya. "Sejak awal Ibu memang sudah tidak setuju, kau memiliki hubungan dengan Vivian."

"Aku satu suara dengan Nenek." Felicia Eleana Smith yang duduk saling berhadapan dengan Nathen, menimpali tiba-tiba.

Nathen menoleh ke arah gadis cantik berusia dua puluh dua tahun itu, menatapnya tajam. "Anak kecil, kau tahu apa? Jangan ikut campur dalam urusan orang dewasa."

Feli mencebikan bibir, kesal. "Berhenti memanggilku anak kecil. Paman tidak lihat, sekarang aku sudah dewasa?" Gadis bersurai gelap lurus dengan panjang hampir sepinggang itu berprotes pada sang paman.

Nathen tersenyum sinis. "Yang terlihat dewasa hanya tubuhmu saja."

Balas tersenyum, lebih terkesan menyeringai, penuh kepuasan, Feli menatap remeh Nathen. "Jadi sekarang Paman mengakui, jika aku memiliki tubuh yang seksi?"

Nathen memutar bola matanya jengah. "Terserah apa katamu."

Zea dan Dean - kedua orang tua Feli yang juga ada di sana, terkekeh gemas menyaksikan perdebatan antara sang putri dan Nathen.

"Felicia, berhenti menggoda Paman'mu." Zea mencoba memberi sang putri peringatan, juga membantu Nathen - sang adik sambung yang terlihat mulai kesal.

Feli menoleh ke arah sang ibunda. "Ibu, aku sedang tidak menggoda Paman. Aku hanya mencoba menghiburnya."

Nathen yang memperhatikan tingkah sang keponakan hanya menggeleng dan tersenyum tipis.

"Paman Nathen pasti sedang sangat sedih saat ini." Feli kemudian menoleh ke arah Nathen, menunjukan raut wajah yang menunjukan kesan iba. "Iya kan, Paman?"

Gadis cantik pemilik gigi bergingsul itu tersenyum, menggoda paman tampannya yang memiliki selisih usia sepuluh tahun darinya itu. "Percayalah Paman. Kau adalah pria yang tampan. Banyak gadis yang pastinya mau menjadi istrimu. Dua minggu menjelang pernikahan, aku yakin, kau bisa menemukan pengganti Vivian."

Nathen mendengkus. "Kau pikir menemukan calon istri baru, semudah mengganti ponsel genggam?"

Feli terkekeh. "Sayang saja, Paman adalah Pamanku. Jika bukan, aku bersedia saja menggantikan Vivian dan menjadi istrimu."

Elena menoleh ke arah Feli. "Kau serius, Fel?"

Feli menoleh, mengangguk semangat sambil tersenyum. "Tentu saja. Siapa yang tidak mau jadi pengantin dari seorang Tuan Muda Nathen yang tampan?"

***

"Oh, Ibu, ayolah. Bicarakan kembali rencana pernikahan ini dengan Nenek dan juga Paman Nathen. Malam itu aku hanya bercanda. Aku tidak sungguh-sungguh mau menikah dengan Pamanku sendiri." Felicia merengek, mengekori sang ibu yang tengah memilih gaun pengantin di butik milik sahabatnya.

"Tidak bisa, Sayang. Keputusan Nenekmu sudah bulat. Satu minggu lagi, kau akan menikah dengan Nathen."

Mulut Felicia menganga, bersamaan dengan matanya yang agak membulat, menatap sang ibu dengan tatapan tidak percaya. "Ibu, Paman Nathen itu adalah Pamanku. Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengannya?"

"Tentu saja bisa. Kau tahu sendiri, jika Paman Nathen hanyalah anak angkat dari nenekmu. Jadi kenapa tidak? Nenekmu bahkan sudah resmi membatalkan adopsinya terhadap Nathen."

"Lalu Ibu setuju begitu saja dengan rencana gila Nenek?"

"Rencana gila katamu?" Zea menghentikan aktifitas, membuat Feli melakukan hal yang sama.

Memutar tubuh, memposisikan diri untuk menghadap sang putri, Zea menatap tajam Feli beberapa saat, kemudian membuang napas kasar. "Kau yang memberi usulan, jadi terima saja konsekuensinya."

Feli mencebikan bibir sembari menghentak kesal. "Aku hanya bercanda waktu itu, Bu."

Zea berdecak. "Tapi Nenekmu menganggapmu serius, Feli. Sekarang berhentilah merengek dan coba gaun ini."

Wanita berusia empat puluh lima tahun itu memberikan beberapa gaun pengantin ke dalam dekapan sang putri.

Mendapati putri satu-satunya itu hanya diam, Zea menatapnya keheranan. "Apa lagi yang kau tunggu?"

"Ibu ...." Feli masih setia saja merengek, berharap sang ibu luluh, lantas bersedia membantunya merubah keputusan Elena, yakni membatalkan pernikahan yang mendadak melibatkan dirinya.

"Kau mau aku membantumu untuk mencoba gaun itu?" Seseorang tiba-tiba menimpali perbincangan yang terjadi antara Felicia dan Zea.

Sontak hal itu tak gagal mengait atensi ibu dan anak tersebut. Feli dan Zea menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara.

Feli memutar bola mata jengah, mendapati saat itu Nathen tengah berdiri tepat di belakang tubuhnya.

Nathen tersenyum, lalu melambaikan tangannya ke arah Feli. "Hai, Calon Istri."

Zea hanya tersenyum, menatap adik sambungnya itu lembut. Ia seratus persen setuju, kala tiga hari yang lalu, tiba-tiba sang ibu mengatkan, jika beliau setuju dengan usulan Feli.

Usulan yang Feli sendiri anggap sebagai candaan, pada acara makan malam satu minggu yang lalu.

Zea tahu, bahwa Nathen adalah pria yang baik dan bertanggung jawab, pun masa depan Feli menurutnya akan terjamin, jika Feli menikah dengan adik sambungnya tersebut..

"Menyebalkan!" Feli berjalan melewati Nathen, sengaja menyenggol lengan pria tampan itu, menuju sebuah ruang ganti.

"Nona, saya akan membantu anda mencoba gaunnya." Salah satu pelayan berucap seraya menghampiri Feli.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

Sengaja sekali Feli menunjukan sikap ketus, sebab terlanjur benar-benar merasa kesal, terjebak dalam sebuah rencana pernikahan dengan pamannya sendiri.

Padahal, dirinya malam itu benar-benar bercanda saat mengatakan, jika ia bersedia menggantikan Vivian - perempuan yang merupakan calon istri Nathen yang melarikan diri, atau lebih tepatnya, memutuskan untuk mundur menikahi Nathen, karena dihamili oleh selingkuhannya.

Zea dan Nathen yang menatap kepergian Feli, lantas menggeleng tak habis pikir.

"Jangan khiraukan dia. Suasana hatinya memang sedang kurang baik." Nathen menerangkan pada pelayan yang sebelumnya menawarkan bantuan pada Feli, tapi langsung mendapatkan penolakan mentah.

Sang pelayan tersenyum seraya membungkukan sedikit tubuhnya, sekilas. "Kalau begitu, saya permisi dulu."

***

"Menyebalkan! Semua orang menyebalkan!"

Feli yang sudah berada di salah satu bilik dari ruang ganti, terus mengaduh, kesal sendiri sembari berusaha mengenakan gaun pengantin yang telah sang ibu pilihkan.

Sedikit kesulitan untuk menaikan zipper yang ada di area punggung, tangan gadis itu sampai pegal. Ia membuang napas kasar seraya menurunkan kedua lengan, pun membiarkan pandangannya menengadah, menatap langit-langit.

"Berhenti mengomel, bisa tidak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status