Akhir pekan lain ... satu minggu setelah akhirnya Feli dan Nathen saling mengakui perasaan yang telah bersemayam dalam hati mereka, yakni mencintai satu sama lain.Seperti akhir pekan sebelumnya ... hari ini, Feli dan Nathen kembali memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di rumah, menonton rendetan film yang sudah Feli list menjadi jadwal kegiatan wajib, ketika memiliki cukup banyak waktu luang.Sepasang suami istri yang tengah hangat-hangatnya menikmati kehidpan berumah tangga itu, kini saling duduk berdampingan. Lebih tepatnya, Feli berada dalam dekapan hangat tubuh gagah Nathen di bawah naungan selimut yang sama. Semenjak malam setelah perayaan hari ulang tahun Feli, Nathen memang jadi semakin lebih sering menunjukan sikap manjanya yang suka sekali menempel pada sang istri. Suka sekali berdekatan dengan Feli, seperti sering tiba-tiba memeluk, tak jarang membuat Feli terkejut. Meski dari sebelumnya ia memang sudah begitu, tapi kini frekuen
"Feli?" Nathen menyeru seraya melangkah, mendekati Feli yang masih duduk, menikmati film yang diputar pada layar kaca di hadapannya."Siapa yang datang, Paman?" Feli menengadah, menatap nanar sosok sang suami yang berdiri tepat di samping sofa yang ia duduki.Nathen tersenyum. "Ikut denganku. Ada yang ingin bertemu denganmu. Mereka sudah menunggu di ruang tamu."Pribadi tampan itu mengulurkan tangan ke arah Feli, membuat Feli menunduk, menatap tangan sang suami, bingung."Siapa?" tanyanya Feli, sembari menengadah, mempertemukan lagi pandangannya dengan Nathen.Nathen mendesis pelan, membungkukan tubuh, mencondongkannya ke arah Feli, sebab istri cantiknya itu tak kunjung menerima uluran tangannya. Ia menepikan remot kontrol yang kala itu berada dalam genggaman Feli, meraih telapak tangan istri cantiknya, membuatnya membangkitkan diri."Lihat saja sendiri," tukas Nathen sambil tersenyum hangat, menuntun Feli menuju ruang tamu.Dengan rasa penasaran pun bingung yang mulai mendera relung,
Suara deheman pelan mengudara, berhasil memecahkan keheningan yang menyelimuti ruang makan di kediaman keluarga Wilson, tepat saat semua penghuni di sana, meletakan peralatan makan dari genggaman.Elena Wilson mengedarkan pandangan, menatap satu persatu pasang manik mata yang tertuju ke arahnya sambil menebar senyum hangat, sebelum kemudian wanita berusia enam puluh tujuh tahun itu, memokuskan atensi ke arah Nathen Shawn Wilson - sang putra."Jadi, mau tidak mau pernikahanmu harus dibatalkan?" Elena menatap Nathen yang duduk di sampingnya, sendu.Membuang napas kasar, pribadi tampan berusia tiga puluh dua tahun itu menundukan kepala, sekilas. "Mau tidak mau."Elena mendengkus sembari melemaskan persendian di bahunya. "Sejak awal Ibu memang sudah tidak setuju, kau memiliki hubungan dengan Vivian.""Aku satu suara dengan Nenek." Felicia Eleana Smith yang duduk saling berhadapan dengan Nathen, menimpali tiba-tiba.Nathen menoleh ke arah gadis cantik berusia dua puluh dua tahun itu, menata
Feli sedikit terhenyak, lagi-lagi mendengar Nathen tiba-tiba berucap. Gegas ia menoleh ke arah calon suami tampannya yang kala itu berdiri di dekat dinding pembatas sembari menyandarkan tubuh.Feli mendengkus geram seraya memutar bola mata jengah, tidak menggubris perkataan Nathen sebelumnya."Butuh bantuan?""Tidak. Terima kasih."Nathen menundukan pandangan sembari tersenyum, kemudian berjalan menghampiri Feli.Feli terhenyak, kala merasakan gaun pengantin yang ia kenakan ada yang menariknya pelan dari arah belakang.Tanpa menoleh, gadis cantik itu memperhatikan Nathen yang berdiri di belakangnya melalui pantulan cermin di hadapan.Nathen tersenyum miring, sebelum akhirnya memutuskan untuk membantu Feli menaikan zipper di punggungnya.Sengaja membiarkan jemari jenjangnya melakukan kontak dengan punggung polos Feli, pribadi tampan itu menyentuh Feli dengan pergerakan lembut dan menggoda.Feli sampai dibuat menahan napas, bersama dengan tubuh yang meremang, sebab merasakan sensasi ding
"Kau tahu, saat ini kekasihmu itu sedang di mana?" Nathen bertanya tiba-tiba dengan suara parau dan beratnya yang terdengar begitu tenang."Huh?" Feli yang agak kaget, mengerjapkan pelupuk mata secara berulang dengan lugunya."Aku akan mengantarkanmu menemuinya.""Paman serius?"Mata Feli yang masih berkaca, tiba-tiba berbinar."Aku memberimu kesempatan terakhir, Felicia. Aku akan mengantarkanmu pada kekasihmu, malam ini. Kau bisa lari dari pernikahan kita dengannya."Terkejut dan tidak percaya pada apa yang baru saja ia dengar, itulah yang saat ini Feli rasakan."Lalu bagaimana dengan Paman?""Tidak perlu memikirkanku. Kau hanya perlu memikirkan dirimu sendiri." Nathen membuang napas kasar sembari memejam dan menundukan pandangan, sebentar. "Sisanya, serahkan semuanya padaku."***Manik mata indah milik seorang gadis yang tengah duduk di salah satu kursi di dalam sebuah kelab, menyalang, menatap sinis sesosok pria yang berada di depannya, terhalang beberapa meja.Bingkai birai gadis i
"Sudah merasa lebih baik?" Nathen bertanya seraya mendudukan diri di tepian tempat tidur, membiarkan manik matanya menatap Feli yang sudah lebih dulu berada di sana, dengan tatapan lembut.Nathen dan Felicia kini sudah kembali ke hotel, selepas pergi ke kelab dan mendapati Davian tengah berselingkuh di sana.Tidak berlama-lama, selang beberapa detik selepas dirinya menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan Davian, Feli bergegas mengajak Nathen kembali.Feli bahkan amat sangat merasa yakin, bahwasannya Davian sama sekali tidak menyadari keberadaannya tadi, sebab saking terhanyutnya pada apa yang tengah dilakukan.Kini ... Feli sibuk bergelut dengan tangisnya, menikmati momen patah hati, ditemani oleh tebaran lembaran tissue di atas tempat tidur.."Bajingan!"Gadis cantik itu melempar geram selembar tissue yang habis ia pakai menyeka air mata ke permukaan tempat tidur.Manik mata Nathen mengikuti ke arah mana tissue itu terbuang. Ia membuang napas kasar. "Berhenti menangis. Ini sudah sang
Pada keesokan harinya ....Feli saat ini tengah berjalan perlahan, menuju altar dengan lengan yang bertaut dengan lengan Dean - sang ayah. Tubuh moleknya terbalut gaun putih salju yang tampak begitu menawan dan indah.Pandangan gadis itu tertunduk. Telapak tangannya mengepal, mencengkram pergelangan tangan ayahnya.Rasa gugup mengungkung dalam relung, membuat Feli tak berani menengadahkan pandangan, mempertemukan tatapan dengan Nathen - sang calon suami.Meskipun sudah terlampau sering bertatap muka, kondisinya saat ini jauh berbeda. Banyak orang yang menyaksikan, kala ia berjalan dengan anggunnya, diiringi musik lembut yang mendayu, menuju Nathen.Dean tersenyum gemas, merasakan betapa bergetarnya tubuh sang putri. "Tidak perlu gugup, Sayang. Santailah.""Mana bisa seperti itu, Ayah?" Feli berbisik, setengah merengek, mati-matian mencoba nenemukan suara, sebab mengatur deru napas agar tetap tenang saja, di saat mendebarkan seperti sekarang ini, ia sedikit kesulitan."Suamimu sudah me
Feli masih tidak percaya, bahwa hanya dalam hitungan detik, kini dirinya sudah memiliki status yang berbeda, yakni istri sah dari seorang Nathen Shawn Wilson.Hari di mana seharusnya Vivian yang menikah, dirinya terpaksa menjadi pengantin pengganti untuk paman angkatnya sendiri itu tak terelakan lagi.Acara pernikahan sudah terampungkan. Kini gadis yang sudah menjelma menjadi seorang wanita itu tengah berdiri tepat di samping Nathen yang sibuk berbincang bersama rekan bisnisnya yang datang, menghandiri undangan.Sudah merasa cukup lelah sekali sebenarnya, ingin mengeluh, tapi tidak bisa. Sebab harus terus bersandiwara di hadapan khalayak agar terlihat seperti pasangan pengantin baru yang bahagia. Dan hal itu, nyatanya sama sekali tidak mudah dan cukup menguras banyak tenaga.Diwajibkan menebar senyum hangat pada setiap tamu yang datang menghampiri untuk berbincang, atau sekadar memberi selamat, Feli mati-matian menahan rasa lelah bercampur sesak.Embusan napas kasar mencelos dari mulu