The Devil CEO

The Devil CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-16
Oleh:  KakarllakTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Peringkat. 7 Ulasan-ulasan
150Bab
12.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lelaki dengan sorot mata tajam, minim bersuara dan tegas. Ethand Girogino Alves sang CEO Alves Corp selalu berpikir kritis dan kejam. Bahkan setiap kalimat yang dilontarkannya seperti sembilu yang menyayat hati bagi setiap telinga yang mendengarnya. “Ternyata benar,” Ethand menjeda kalimatnya. Wanita dihadapannya menatap sinis lalu membuang tatapannya ke arah lain. “Barang murah memang selalu berkualitas rendah.” Awal mula pertemuan Ethand dan seorang wanita yang mampu mengubah pandangan hidup dan hatinya. Emma Liandra Jones, seorang wanita yang mahir dalam dunia IT. Bekerja di Alves Corp dan bertemu dengan CEO yang memberinya hukuman di hari pertama kerja. “Bukankah lelaki juga selalu menilai wanita dari sepatu mana yang dipakainya?” Emma seorang yang jenius. Kecantikannya mengalahkan artis papan atas di Vunia. Akankah Ethand me-reset hidupnya dan memulai hidup baru?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pria Yang Gila Hormat

Alves Corp pagi ini terlihat tidak seperti biasanya. Ketika mendengar tuan Alves mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO, beberapa karyawan membentuk beberapa tim. Bukan tim kerja tetapi tim gosip. 

Dilantai sepuluh Alves Corp terdengar ramai. Tim manajemen sibuk dengan aktivitas pagi yang tidak biasa. Mereka membentuk lingkaran dan mulai bergosip dengan suara sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh petinggi perusahaan yang kebetulan lewat.

"Dengar-dengar putra tunggal tuan Alves yang akan menjadi pemimpin kita kali ini." Seorang lelaki dengan nada serius memulai acara gosip mereka pagi itu. Sedangkan beberapa orang yang mengelilinginya manggut-manggut mengiyakan. 

"Dengar-dengar juga, katanya pak Albert lah yang akan menempati posisi CEO Alves Corp kali ini." Seorang lelaki dengan dasi biru tua juga tidak mau kalah dengan persepsinya. Beberapa orang menggelengkan kepalanya ketika mengingat Albert hanyalah keponakan tuan Alves.

"Menurut saya, putra tunggal tuan Alves lah yang akan menjadi CEO kita." Seorang perempuan dengan alis menukik membuat siapa saja yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah tokoh protagonis di drama-drama masa kini.

"Ehem." Suara deheman dari seorang lelaki yang diketahui sebagai sekretaris mantan CEO Alves Corp berdiri tidak jauh dari kumpulan pegawai yang sedang bergosip itu. Sontak pegawai-pegawai yang berkerumun itu bubar dan kembali ke meja kerja masing-masing.

"Selamat pagi," sapa Ryan ramah. 

"Pagi, Pak." Sahutan serempak dari tim manajemen membuat Ryan tersenyum senang. Ia mengakui keberhasilan Alves Corp berkat kerja keras tim manajemen juga.

"Jam sebelas kita diharapkan untuk turun ke lobi perusahaan untuk menyambut CEO baru kita," ucap Ryan semangat. Beberapa pegawai saling pandang. Seistimewa itu kah CEO baru mereka. Jika keseluruhan pegawai Alves Corp harus menyambutnya maka lobi perusahaan tidak akan cukup menampung ribuan pegawai Alves Corp.

Namun itu adalah perintah sekretaris perusahaan. "Iya, Pak," jawab mereka serempak.

"Baiklah silahkan lanjut bekerja." Ryan membalikkan badan dan hendak keluar dari ruangan, "berhenti menduga-duga siapa CEO kita kali ini, jam sebelas nanti kalian akan tahu siapa orangnya." Ryan pun berbalik dan pergi dari ruangan itu.

"Siapapun CEO kita kali ini, kita harus tetap bekerja yang terbaik untuk Alves Corp," ucap seorang lelaki berperut buncit yang ternyata adalah manajer tim manajemen. Semua pegawai tim manajemen yang mendengar itu langsung mengepal tangan dan mengayunkan ke udara sambil berteriak, "Pasti!" Itulah semangat tim manajemen.

***

Seorang gadis tergesa-gesa menuju halte bus. Rok hitam di atas lutut dan kemeja putih yang dikenakannya sangat cocok dengan badannya yang ramping. Flat shoes hitam yang dikenakannya terlihat sedikit kusam, namun itu tidak berpengaruh pada penampilannya. Sebab aura dan kecantikannya menutup semua kekurangan yang ada pada dirinya termasuk sepatu kusam itu.

"Tunggu kamu, Alin. Pulang nanti aku pasti kan memukulmu," ancam Emma kesal lantaran sepatu pantofel dengan tinggi heels lima centimeter kepunyaannya dipakai oleh adiknya pagi ini.

Setelah menunggu lima menit di halte bus, akhirnya bus yang ditunggunya pun tiba. Emma mengambil posisi duduk di belakang. Ia memilih kursi belakang agar terhindar dari perhatian para penumpang bus tersebut. Beberapa lelaki dan anak sekolah sesekali menoleh ke belakang untuk sekedar melihat wanita cantik berkemeja putih itu. Rambut yang digerainya sangat cocok di wajahnya yang oval. Mendapat perhatian dari para lelaki, Emma membuka kaca jendela bus dan memilih untuk melihat keadaan kota Vunia siang itu. Tidak lama berselang, mereka sampai di lampu merah pusat kota. Emma yang sementara asik mengamati keadaan kota tidak sengaja tatapannya bertemu dengan seorang lelaki yang memakai kacamata hitam di dalam mobil Bugatti Chiron yang merupakan mobil termahal di dunia. Ketika menyadari bahwa ada seorang wanita yang menatapnya, lelaki tersebut langsung menaikkan kaca jendelanya. 

"Ck. Aku bukan mengagumi anda, tapi mobil yang anda kendarai. Seandainya uang membeli mobil itu dipakai untuk membangun rumah sakit jiwa." Emma mulai mengomel ketika ia diperlakukan demikian oleh orang yang tidak dikenalnya.

Setelah lampu merah berganti ke lampu kuning, Emma terkejut ketika melihat mobil Bugatti Chiron itu melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Sungguh di luar dugaannya. Masih ada orang kaya sombong yang mengendarai kendaraannya sesuka hati seperti itu. Emma hanya menggelengkan kepalanya.

Emma melihat jam di tangannya. Masih ada tiga puluh menit lagi. Ia masih bisa mempersiapkan diri untuk wawancara pertamanya di Alves Corp pagi ini.

Perusahaan dengan model bangunan seperti Piramida dan kaca mengkilat yang dapat memantulkan bayangan langit dan bangunan di sekitarnya. Perusahaan itu adalah Alves Corp. Perusahaan satu-satunya yang memiliki kekayaan melebihi semua kekayaan di kota Vunia. Bahkan merupakan perusahaan terkaya di dunia yang memiliki aset di bidang industri, perbankan, pertanian dan teknologi.

Ketika melihat ujung Piramida Alves Corp yang sudah tidak jauh dari bus yang ditumpanginya, Emma mulai meyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa menjadi salah satu pegawai di perusahaan terkaya itu.

Drt..drt 

Ponsel Emma bergetar. Setelah melihat layar ponsel ternyata itu adalah sebuah pengingat. Hari ini ternyata ulang tahunnya. 

Emma merasa ada yang kosong. Biasanya Orlando akan menelepon atau mengirimkan pesan selamat ulang tahun. Namun sampai sekarang, Orlando belum menghubunginya.

"Mungkin dia lagi sibuk kerja." Emma kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas. 

Melihat bus sudah sampai di halte yang tidak jauh dari Alves Corp, Emma pun turun. Setelah membayar ongkos bus, Emma kemudian berjalan ke perusahaan yang tampak ramai tersebut.

Ada Bugatti Chiron yang dilihatnya di lampu merah tadi terparkir di depan pintu masuk perusahaan Alves Corp. Terlihat seorang lelaki dengan jas abu-abu menundukkan kepala kepada lelaki muda dengan jas warna hitam. Tubuhnya yang atletis, dada bidang dan rahang tajamnya seperti aktor Brazil yang biasa dilihat Emma di majalah-majalah dewasa. Wajahnya kurang jelas dilihat Emma karena lelaki itu memakai kacamata hitam dan berdiri menyamping. 

Emma menghentikan langkahnya. Ia menunggu sampai acara penyambutan itu berakhir. 

"Apakah lelaki itu orang istimewa? Mengapa semua orang menundukkan kepala?" Emma tersenyum lucu. Ia merasa bahwa lelaki berkacamata hitam itu sangat gila hormat. 

BRUGH!

Seorang lelaki yang berumur sekitar empat puluh lima tahun jatuh tersungkur. Ia mendapat tendangan telak di tulang keringnya.

"Selain gila hormat ternyata dia juga seorang berhati iblis." Emma yang mengamati dari kejauhan hanya mampu berkomentar. Ia sangat membenci orang yang tidak menghargai orang tua. Apalagi sampai melukainya.

Tidak lama kemudian, semua pegawai yang berdiri di depan perusahaan masuk ke dalam setelah lelaki berkacamata hitam itu masuk terlebih dahulu. Melihat situasi mulai senggang dan tidak ada lagi pegawai di sana, Emma berjalan mendekat dan masuk ke perusahaan tersebut.

"Permisi," sapa Emma dengan anda ramah ketika sampai di meja resepsionis.

"Iya, ada yang bisa kami bantu?" jawab wanita penjaga meja resepsionis tersebut.

"Saya Emma, salah satu peserta tes wawancara," ucap Emma.

"Silahkan naik ke lantai lima belas. Di sana akan ada penjaga yang akan mengantarkan anda ke tempat tes wawancara." 

Emma mengangguk cepat dan mengucapkan terima kasih kepada wanita itu.

Lobi Alves Corp sangat luar biasa. Mengalahkan kemegahan hotel bintang lima. Emma melangkah menuju lift yang sudah ada beberapa pegawai yang menunggu di depannya. Tidak lama kemudian lift itu terbuka dan orang-orang yang menunggu bersama Emma pun masuk. 

Emma hampir tidak bisa bernapas karena lift itu sesak akan pegawai Alves Corp. Semua pegawai turun menyambut CEO baru mereka sehingga ketika kembali ke ruangan lift menjadi sesak.

"Huahhh" Elena merasa lega ketika keluar dari lift tersebut. 

"Apakah anda peserta tes wawancara?" tanya seorang lelaki dengan seragam satpam. Emma mengangguk. 

"Silahkan masuk ke ruangan di sebelah sana." Satpam itu menunjuk ke sebuah ruangan bertuliskan 'Ruangan Wawancara'.

"Terima kasih," ucap Emma kepada satpam itu lalu berjalan menuju ruangan wawancara.

Ketika Emma membuka pintu, ternyata peserta sudah banyak di dalam ruangan tersebut. Emma mencari tempat duduk kosong dan mengeluarkan tanda pengenalnya. Setelah memakai tanda pengenal, Emma merapikan rambutnya dan menyelipkan ke samping telinganya.

Emma memejamkan mata dan berdoa. Setelah ia membuka mata, Emma terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seorang lelaki yang dilihatnya di depan perusahaan tadi ternyata peserta wawancara juga.

"Menarik sekali pria itu." Emma tertawa lucu.

Tidak disadari Emma, lelaki yang ditujunya juga ternyata mendengar perkataannya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Zee
cerita bagus
2023-11-04 22:13:53
0
user avatar
Zee
cerita bagus. bahasany agak bngung ...
2023-11-04 22:13:30
0
user avatar
Lisa Melawati Oktora
selalu penasaran dgn up_nya
2022-08-23 11:50:32
0
user avatar
Lauren Laurencia
berharap dilanjutkan kak.. seruuu ♡♡♡
2021-10-05 16:50:13
1
user avatar
Lauren Laurencia
ditunggu kelanjutannya kak
2021-10-01 22:22:07
1
user avatar
Lolicyene
Kpn dlnjtknnya?
2021-09-16 12:04:24
1
default avatar
amon.forsyth
so far seruu Thoor, smangat terus! kutunggu bab selanjutnyaaa <3 Ka Author ada social media yang bisa ku follow kah?
2021-06-24 13:02:18
2
150 Bab
Pria Yang Gila Hormat
Alves Corp pagi ini terlihat tidak seperti biasanya. Ketika mendengar tuan Alves mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO, beberapa karyawan membentuk beberapa tim. Bukan tim kerja tetapi tim gosip. Dilantai sepuluh Alves Corp terdengar ramai. Tim manajemen sibuk dengan aktivitas pagi yang tidak biasa. Mereka membentuk lingkaran dan mulai bergosip dengan suara sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh petinggi perusahaan yang kebetulan lewat."Dengar-dengar putra tunggal tuan Alves yang akan menjadi pemimpin kita kali ini." Seorang lelaki dengan nada serius memulai acara gosip mereka pagi itu. Sedangkan beberapa orang yang mengelilinginya manggut-manggut mengiyakan. "Dengar-dengar juga, katanya pak Albert lah yang akan menempati posisi CEO Alves Corp kali ini." Seorang lelaki dengan dasi biru tua juga tidak mau kalah dengan persepsinya. Beberapa orang menggelengkan kepalanya ketika mengingat Albert hanyalah keponakan tuan Alves."Menurut
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-07
Baca selengkapnya
Lelaki berkacamata hitam
"Emma Liandra Jones." Emma segera mengangkat tangannya. Sudah saatnya dia di tes. Ia melangkah dengan percaya diri memasuki ruangan wawancara.  Namun Emma merasa heran, lelaki berkacamata hitam itu juga melangkah masuk ke dalam ruangan.  Di dalam ruangan wawancara terdapat empat kursi. Ada tiga peserta yang sudah menempati kursi tersebut. Tersisa satu kursi di sana dan Emma langsung duduk ketika seorang wanita berambut pendek menyuruhnya untuk duduk. Wawancara pun dimulai. Peserta pertama menjawab secara jelas dan rinci. Berbagai ilmu pengetahuan tentang dunia IT dijawabnya dengan baik. Peserta kedua yang merupakan fresh graduate menjawab pertanyaan sesuai materi yang dipelajarinya semasa kuliah. Emma menghembuskan napas lega. Setidaknya ada satu peserta yang memiliki kemampuan di bawahnya. Peserta ketiga yang merupakan mantan pegawai IT di dunia pemerintahan menjawab semua pertanyaan dengan mudah. Bahkan alasannya untuk masuk di Alves Corp sangat menggugah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-08
Baca selengkapnya
Wanita yang tidak biasa
Sungguh wanita yang tidak biasa. Sangat langka untuk bertemu dengan wanita seperti itu.  Ethand Giorgino Alves yang merupakan putra tunggal dari tuan Alves duduk di kursi kebesarannya. Hari pertama memasuki Alves Corp, ia sudah dikejutkan dengan kemampuan seorang wanita yang bernama Emma Liandra Jones. Bahkan kemampuannya mengalahkan Ethand yang merupakan lulusan Stanford University. Tok...tok  Seorang lelaki memasuki ruangan. Ia membawa sebuah map berwarna cokelat.  "Ini file lengkap tentang Emma Liandra Jones, Pak," ucap Ryan. Ethand tidak menjawab dan langsung membuka map cokelat itu. Setelah membaca isi file, Ethand tersenyum sarkastik. Ryan yang melihat raut wajah Ethand hanya mengerutkan kening bingung.  Ryan sudah membaca isi file itu. Ia sangat terpukau dengan prestasi yang diraih Emma. Namun apa yang membuat atasannya ini seperti tertawa mengejek prestasi Emma? Ryan hanya diam. Ia tidak berani bertanya kare
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-12
Baca selengkapnya
Mawar Sunsprite
Mawar Sunsprite menjadi salah satu jenis bunga yang di jaga dan di rawat dengan segenap hati oleh Emma. Jika kebanyakan orang memelihara hewan kesukaan, maka mawar Sunsprite seperti anak bagi Emma. Emma juga memelihara jenis mawar lainnya, namun untuk mawar yang satu ini memiliki kisah tersendiri. "Siapa yang memotong mawar itu?" Suara Ester terdengar sendu. Ia tahu bagaimana Emma merawat mawar itu. Emma sengaja menanam di samping kamarnya agar dapat menikmati keindahannya setiap saat ia butuh ketenangan. "Siapa yang berani memotongnya, Bu?" tanya Emma masih dengan air mata menetes di pipinya. "Apakah wanita itu?" Emma teringat beberapa hari lalu ada seorang wanita yang datang membeli mawar dan meminta mawar Sunsprite. Namun, Emma tidak menyanggupinya. "Apakah mereka diam-diam mencurinya?" tanya Emma mulai naik pitam. "Jangan menuduh seperti itu kalau belum ada bukti. Tanya Alin dulu. Jangan sampai dia tahu kemana mawar itu." "
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-13
Baca selengkapnya
Pulang
Rumah berlantai tiga dengan nuansa Skandinavia terlihat dari kejauhan.  Setelah lima tahun, Ethand akhirnya pulang ke rumah. Ia sangat merindukan suasana di rumah itu. Bunyi klakson menggema di depan gerbang setinggi sepuluh meter. Tidak menunggu lama akhirnya gerbang itu terbuka secara otomatis. Rumah dengan cat berwarna putih dengan deretan bunga mawar di depannya membuat Ethand langsung merasakan kasih seorang ibu. Terlihat di depan gerbang seorang wanita berusia sekitar empat puluhan tahun dengan mata berbinar menanti kedatangannya. Segala rasa kerinduan berkecamuk di dalam dada Ethand. Sedingin-dinginnya dia menjadi lelaki dan segengsi-gengsinya ia di depan wanita, Ethand tetaplah seorang anak yang merindukan kasih seorang ibu. Setelah memarkirkan mobil, Ethand langsung berlari dan memeluk ibunya. "Anak mama," ucap Ella dengan nada sendu. Ia juga sangat merindukan putra semata wayangnya. "Mama sehat kan?" Terdengar nada khawatir dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-14
Baca selengkapnya
Mintalah Pada Lelaki Itu
Yang bertabiat sabar seperti Emma pun bisa marah. Ia selama ini selalu sabar dan menekan amarahnya. Jika bukan karena mawar itu, ia tidak akan semarah ini. Dan yang lebih membuatnya marah adalah Alin yang jelas-jelas tahu bagaimana Emma sangat menyayangi bunga tersebut. Tanaman yang sangat disayangi oleh Emma pun dia tidak segan mengambilnya. Alin sudah terbiasa mengambil barang miliknya sehingga ia tidak takut dan menjadi terbiasa.Emma keluar dari kafe dan diikuti oleh Jane yang berjalan dengan tergesa-gesa lantaran Emma yang berjalan dengan cepatnya. Setelah sampai di parkiran, Emma melipat tangannya di dada dan pandangannya menatap tajam ke depan. Jane belum pernah melihat Emma semarah ini. Emma yang selalu sejuk dan ceria. Mawar sunsprite sudah seperti bayi kecil yang dirawatnya dengan penuh kasih.“Kontrol emosi kamu, Emma.” Pinta Jane seraya membuka pintu mobil. Emma tidak merespon ucapan Jane dan langsung masuk ke dalam mobil.Tidak mau menunggu lama dan berbasa-bas
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
Marahnya Seorang Wanita
Baik Jane maupun Ester sama-sama berkerut karena bingung. Ketika mendengar kata lelaki dari mulut Emma membuat pikiran Ester sudah kemana-mana.“Apakah kamu sudah punya pacar, Lin?” tanya Ester seraya memasuki kamar Alin. Ia yang semula mendengar dari luar kamar akhirnya memutuskan untuk masuk. Alin masih kelas satu sekolah menengah atas, membuat Ester harus memastikan sendiri apakah putri bungsunya benar-benar sudah memiliki kekasih.“Belum, Bu.” Cegah Alin.“Lalu siapa lelaki yang dimaksudkan Emma?” tanya Ester dan melihat ke arah Emma.“Lelaki yang mengambil mawarku, Ma,” ucap Emma kesal. “Alin menjualnya dengan harga lima juta pada lelaki itu.” Ucapan Emma sontak membuat Jane dan Ester melongo. Bagaimana bisa beberapa tangkai mawar seharga lima juta. “Apakah itu benar, Alin?” tanya Ester dan mendekati putri bungsunya itu. Alin tertunduk dan tidak berani menatap ibunya. “Kamu kan sudah tahu kalau kakak kamu sangat menyayangi mawar itu. Jangan karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
Wanita Berhodeed Eyes
Pagi ini Emma bangun lebih pagi. Ia sudah mandi dari subuh dan berdandan. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja. Emma tidak ingin terlambat di hari kerja pertamanya. Ia harus menunjukan bahwa ia benar-benar kompeten dan bertahan di Alves Corp yang akan menjadi rumah keduanya.“Ini mama sudah siapkan bekal.” Ester menyerahkan tupperware cokelat pada Emma.”Jangan lupa dimakan.”“Iya, Ma. Makasih,” ucap Emma tulus. Setelah menerima bekal dari Ester, Emma pun pamit dan berangkat ke Alves Corp. Ia tidak ingin memakai sepeda motor, takut dandanannya berantakan akhirnya ia memutuskan untuk naik bus.Hari yang cerah. Emma melihat jam di pergelangan tangannya. Masih banyak waktu. Ia duduk di halte bus dan menunggu bus tujuannya.Sepuluh menit kemudian bus akhirnya tiba. Sebagian kaum Adam dari dalam bus terus menatap Emma. Penampilan Emma hari ini benar-benar cantik. Baju kemeja putih berbahan katun yang dilipat sampai siku dan office skirt black berbahan polyester dan mode
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
Lelaki Berlogika
Suasana pagi ini terasa berbeda. Ethand dengan setelan jas hitamnya sedang memakai jam tangan bermerek Rolex edisi terbatas. Rambutnya terlihat lembab dengan wajahnya yang maskulin dan rahangnya yang tegas. Pakaian santai yang biasa dipakainya ketika berada di Amerika kini tergantikan dengan pakaian formal dan membuat dirinya terlihat berbeda. Ketika berada di Amerika ia menyembunyikan statusnya sebagai pewaris tunggal Alves Corp. Hal itu dilakukannya agar dapat menemukan lingkungan yang tulus tanpa memandang latar belakangnya.Tok…tokEthand segera membalikkan badannya yang semula menghadap cermin dan berjalan menuju pintu. Ia segera membukanya. Terlihat Ella dengan raut wajah keibuannya.“Ternyata kamu sudah siap?” “Sudah, Ma.” Ethand dengan suara baritonnya. Ella menatap wajah putranya yang seakan tumbuh lebih cepat dan sudah sangat matang untuk menikah itu.“Mama lupa kalau kamu sudah besar dan mandiri.” Suara Ella membuat Ethand melingkarkan tangan dibahu i
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
Pecat Dia
Emma berlalu menuju tempat sampah yang  tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Ethand menggigit bibir bawahnya dengan mata mengekori kemana Emma pergi. Ethand sedikit geram karena Emma tidak menjawab pertanyannya sehingga percakapan di antara keduanya menggantung.  Emma menepuk-nepuk tangannya untuk sekedar membersihkan tangannya dari kotoran daun yang masih menempel di tangannya. Ia  masih terus mengamati punggung wanita yang kini membelakanginya. Rambut hitam panjang dan pinggang yang ramping dan … Ethand sontak membuang tatapannya ke tempat lain karena Emma tiba-tiba berbalik dan mendapati manik hitamnya sedang menjelajahi tubuh Emma. Seperti pencuri yang ketahuan, raut wajah Ethand memerah dan ia sedang menahan napasnya. “Bodoh kamu, Thand.” Maki Ethand pada dirinya sendiri. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana kerjanya dan perlahan menghembuskan napasnya untuk sekadar melegakan dadanya dan jantungnya yang memburu. Emma menyadari
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status