Home / Romansa / The Devil CEO / Wanita Berhodeed Eyes

Share

Wanita Berhodeed Eyes

Author: Kakarllak
last update Last Updated: 2021-07-08 20:16:42

Pagi ini Emma bangun lebih pagi. Ia sudah mandi dari subuh dan berdandan. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja. Emma tidak ingin terlambat di hari kerja pertamanya. Ia harus menunjukan bahwa ia benar-benar kompeten dan bertahan di Alves Corp yang akan menjadi rumah keduanya.

“Ini mama sudah siapkan bekal.” Ester menyerahkan tupperware cokelat pada Emma.”Jangan lupa dimakan.”

“Iya, Ma. Makasih,” ucap Emma tulus. Setelah menerima bekal dari Ester, Emma pun pamit dan berangkat ke Alves Corp. Ia tidak ingin memakai sepeda motor, takut dandanannya berantakan akhirnya ia memutuskan untuk naik bus.

Hari yang cerah. Emma melihat jam di pergelangan tangannya. Masih banyak waktu. Ia duduk di halte bus dan menunggu bus tujuannya.

Sepuluh menit kemudian bus akhirnya tiba. Sebagian kaum Adam dari dalam bus terus menatap Emma. Penampilan Emma hari ini benar-benar cantik. Baju kemeja putih berbahan katun yang dilipat sampai siku dan office skirt black berbahan polyester dan model span membuat Emma terlihat seksi dan cantik.

Emma hanya tertunduk dan berjalan menuju kursi paling belakang. Hal itu dilakukannya karena ia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Namun ketika ia sudah duduk di belakang, beberapa lelaki masih menoleh dan melihat ke arahnya. Bukan baru pertama Emma menjadi pusat perhatian dan itu senantiasa mengganggunya.

Tidak lama kemudian Emma mengambil headset dari dalam tas kerjanya. Ia ingin mendengar musik dari pada harus menatap netra para lelaki yang melihat ke arahnya. Setelah memasang headset di telinga, Emma melihat ke luar kaca mobil diiringi alunan music klasik yang menjadi musik favoritnya.

Lima belas menit kemudian gedung berbentuk piramid dan di dominasi oleh kaca terlihat dari kejauhan. Anna sudah semakin gugup karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja.

Setelah membayar ongkos bus, Emma melangkah dengan percaya diri menuju Alves Corp.

BIP...

Bel panjang dari sebuah mobil di belakang Emma membuat Emma terkejut dan menekan dadanya. Dengan cepat Emma menyingkir ke kanan jalan. 

“Mobil itu?” gumam Emma ketika melihat mobil yang tidak asing. Ia lupa pernah melihatnya di mana. Diingatnya sejenak sambil terus menatap mobil yag diketahui Emma setara dengan harga sebuah rumah mewah itu.

“Dasar lelaki tidak tahu malu,” umpat Emma ketika mengingat siapa pemilik mobil itu. “Jadi dia seniorku di sini? Dunia memang selebar daun kelor.” Anna berpikir jika lelaki itu bekerja di cabang luar kota tapi ternyata di Alves Corp. 

Tidak ingin menghabiskan waktunya dengan mengumpat lelaki itu, Emma pun kembali melangkah kan kaki menuju pintu masuk Alves Corp.

“Selamat pagi,” sapa Emma pada satpam yang berjaga di depan pintu masuk.

“Anda siapa dan ada perlu apa, Bu?” tanya satpam itu dengan mata menatap Emma naik turun.

“Maaf, saya pegawai baru yang diwawancarai kemarin.” Emma menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa risih dengan tatapan satpam itu.

Mendengar bahwa pegawai baru, satpam itu pun akhirnya menunjuk ke salah satu ruangan. Ia pun segera menormalkan tatapan buayanya. “Laporkan diri anda di sana terlebih dahulu.” 

“Terima kasih, Pak,” jawab Emma dengan nada lembut dan tidak ingin membuat satpam merasa kurang enak padanya karena tatapan khas lelaki mata keranjang ketika melihat wanita cantik.

Emma berjalan menuju ruangan yang ditunjuk satpam. Setelah sampai ia mengetuk pintu ruangan itu. Dua kali ia mengetuk namun pintu itu tidak bergerak sedikit pun.

“Maaf, Bu. Orangnya belum datang, silahkan tunggu di sofa yang telah disediakan” ucap seorang cleaning service wanita yang memegang cling pembersih kaca.

“Oh, terima kasih, Bu,” ujar Emma.

Emma berniat untuk duduk namun beberapa orang sedang tergesa-gesa dan berlari. Entah apa yang membuat mereka seperti itu padahal ini masih pagi. Emma pun berdiri di depan ruangan itu.

Tidak lama kemudian beberapa rombongan dengan seorang lelaki berjas hitam memimpin langkah mereka memasuki Alves Corp. Lelaki yang memimpin terlihat masih sangat muda dibandingkan beberapa lelaki paruh baya dan ada sebagian lelaki sudah memiliki rambut putih.

Anna menajamkan penglihatannya. Ia seperti mengenal wajah lelaki itu. 

“Permisi.” Suara seorang lelaki membuat pandangan Emma pada lelaki itu terhalang. “Apakah anda saudari Emma Liandra Jones?” tanya lelaki itu lagi.

“Iya, benar,” jawab Emma dengan mata masih tertuju pada rombongan lelaki yang berjalan dengan rapi menuju lift.

“Silahkan ikut saya.” Suara lelaki itu membuat Emma lekas berpaling dan melihat wajahnya. 

“Baik, Pak.” Sekilas Emma ingin melihat lelaki itu namun mereka sudah memasuki lift. Terbersit kekecewaan di dalam hatinya. Dengan cepat Emma menormalkan raut wajahnya dan mengikuti langkah kaki lelaki dihadapannya. Tanpa disadarinya jika manik hitam milik lelaki dari balik lift yang hampir tertutup juga menatap ke arahnya.

Emma yang sudah lama tidak mengenakan sepatu berhak tinggi merasa bahwa kakinya sudah sedikit sakit. Entah karena kakinya yang tidak terbiasa mengenakannya atau langkah kaki lelaki dihadapannya yang terlalu cepat.

“Silahkan tunggu di sini, Bu.” Lelaki itu mempersilahkan Emma duduk di sebuah bangku tepat di rungan tanpa tuliasan. Alves Corp sangat sejuk dan bersih. Hal itu menandakan bahwa perusahaan ini sangat luar biasa dari hal kecil sampai hal besar.

Emma pun menurut dan mendaratkan bokongnya di bangku yang sedikit empuk itu. ia merapikan kemeja putihnya agar jangan kusut. Tidak lama kemudian terdengar pintu di buka.

“Silahkan masuk, Bu.” 

Emma langsung berdiri dan memasukan rambut hitam panjangnya ke samping telinga. Setelah menghembuskan napas pelan ia pun memasuki ruangan itu.

Ketika pintu ruangan di tutup oleh Emma, betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang lelaki yang masih sangat muda duduk di sebuah kursi dengan tangan memegang sebuah berkas. Dapat dipastikan olehnya bahwa lelaki itu adalah seorang workaholich yang hidupnya hanya fokus bekerja.

“Silahkan duduk.” Terdengar nada tegas dari pria itu. Ia sengaja datang pagi hari ini dan tidak menjemput atasannya karena telah mendapat perintah dari Ethand untuk bertemu secara langsung dengan wanita yang sedang berjalan ke arahnya itu. Ia menelan salivanya ketika wajah cantik Emma dengan hodeed eyesnya beradu dengan matanya. 

“Terima kasih.” Emma segera mengikuti perintah dari lelaki yang belum dikenalnya itu.

“Perkenalkan saya Ryan, sekretaris dari CEO perusahaan ini.” Ryan mengulurkan tangannya ke hadapan Emma. Dengan cepat Emma berdiri dan menerima uluran tangan itu. Tas yang dipangkunya seketika jatuh dan mengenai kakinya. Emma tidak menghiraukan hal itu dan berbuat seperti tidak terjadi apa-apa.

“Saya Emma Liandra Jones, Pak.” Sebuah senyum khasnya keluar dan membuat uluran tangan itu terasa sedikit lama. Wajah Emma mulai memerah ketika netra Ryan yang terus menatap wajahnya.

“Ah, uhukk.. Silahkan duduk Emma.” Ryan sengaja membatuk untuk mencairkan suasana dan juga menormalkan detak jantungnya ketika menatap Emma tadi. Ia segera mengambil segelas air minum dan meminumnya sampai habis. Baru disadarinya jika kedua kalinya ia menyuruh Emma duduk. Dalam hatinya ia mengutuk dirinya sendiri.

“Baik, Pak.” Emma tetap bersikap normal dan kembali mendaratkan bokongnya di kursi yang sangat empuk dari kursi sebelumnya. Tangannya dengan cepat memungut tas yang terjatuh di kakinya lalu kembali menormalkan posisi duduknya. 

Ryan membuang tatapannya ke arah lain dan memilih untuk tidak menatap hodeed eyes milik Emma. “Anda diterima dan ditempatkan di dalam tim IT. Dan berdasarkan keputusan dari atasan kami bahwa anda akan dipantau selama tiga bulan. Jika kinerja anda bagus akan tetap bekerja dan diangkat menjadi pegawai tetap. Jika sebaliknya maka anda harus berhenti.” Ryan perlahan menoleh ke arah Emma.

“Saya siap, Pak.” Emma menjawab dengan nada semangat. Baginya bidang IT adalah sarapannya setiap hari. Selagi itu menyangkut IT, Emma tidak ragu untuk menyanggupi perkataan sekretaris Alves Corp tersebut.

“Baiklah. Selamat bergabung di Alves Corp, Emma.” Ryan kembali mengulurkan tangannya sebagai tanda selamat datang untuk wanita pemilik bermata hodeed itu. Sungguh pesonanya mampu membuat Ryan enggan berpaling. Belum lagi senyumnya seakan menjadi candu bagi setiap kaum adam yang memandangnya.

“Terima kasih, Pak.” Emma lagi-lagi menyambut uluran tangan Ryan dengan harapan kejadian sebelumnya tidak terulang kembali. 

“Ruang kerja tim IT berada di lantai empat puluh Sembilan.” Ryan kemudian memberikan sedikit senyum kea rah Emma dan melepaskan genggaman tangannya di tangan Emma.

“Baik, Pak.” Emma yang sedang menggenggam tas dengan tangan kirinya kemudian menyampirkan tasnya di bahu kanan. Ia sedikit menundukkan kepala ke arah Ryan. “Saya permisi, Pak.” Emma pun berbalik dan meninggalkan Ryan yang masih terpana dengan senyum manisnya.

“Wanita yang mampu membuat seorang CEO Alves Corp penasaran,” gumam Ryan pelan sambil menatap punggung Emma yang sudah keluar dari ruangan itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamanya Ilchan
lanjutanus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Devil CEO   Lelaki Berlogika

    Suasana pagi ini terasa berbeda. Ethand dengan setelan jas hitamnya sedang memakai jam tangan bermerek Rolex edisi terbatas. Rambutnya terlihat lembab dengan wajahnya yang maskulin dan rahangnya yang tegas. Pakaian santai yang biasa dipakainya ketika berada di Amerika kini tergantikan dengan pakaian formal dan membuat dirinya terlihat berbeda. Ketika berada di Amerika ia menyembunyikan statusnya sebagai pewaris tunggal Alves Corp. Hal itu dilakukannya agar dapat menemukan lingkungan yang tulus tanpa memandang latar belakangnya.Tok…tokEthand segera membalikkan badannya yang semula menghadap cermin dan berjalan menuju pintu. Ia segera membukanya. Terlihat Ella dengan raut wajah keibuannya.“Ternyata kamu sudah siap?”“Sudah, Ma.” Ethand dengan suara baritonnya. Ella menatap wajah putranya yang seakan tumbuh lebih cepat dan sudah sangat matang untuk menikah itu.“Mama lupa kalau kamu sudah besar dan mandiri.” Suara Ella membuat Ethand melingkarkan tangan dibahu i

    Last Updated : 2021-07-08
  • The Devil CEO   Pecat Dia

    Emma berlalu menuju tempat sampah yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Ethand menggigit bibir bawahnya dengan mata mengekori kemana Emma pergi. Ethand sedikit geram karena Emma tidak menjawab pertanyannya sehingga percakapan di antara keduanya menggantung. Emma menepuk-nepuk tangannya untuk sekedar membersihkan tangannya dari kotoran daun yang masih menempel di tangannya. Ia masih terus mengamati punggung wanita yang kini membelakanginya. Rambut hitam panjang dan pinggang yang ramping dan … Ethand sontak membuang tatapannya ke tempat lain karena Emma tiba-tiba berbalik dan mendapati manik hitamnya sedang menjelajahi tubuh Emma. Seperti pencuri yang ketahuan, raut wajah Ethand memerah dan ia sedang menahan napasnya. “Bodoh kamu, Thand.” Maki Ethand pada dirinya sendiri. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana kerjanya dan perlahan menghembuskan napasnya untuk sekadar melegakan dadanya dan jantungnya yang memburu. Emma menyadari

    Last Updated : 2021-07-08
  • The Devil CEO   Hukuman Di Hari Pertama Kerja

    Emma berusaha menahan rasa gugupnya. Ia menyesal dan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menahan diri ketika melihat yang cantik-cantik, yaitu bunga.“Jika aku bertemu dengannya lagi, akan ku pastikan hidungnya patah.” Nada suara Emma terdengar serius. Wanita mana yang akan terima jika dirinya dikatakan murahan oleh lelaki yang belum sama sekali mengenalnya.Ting!Pintu lift terbuka tepat di lantai empat puluh sembilan. Emma memperbaiki kerak baju kemeja putihnya sebelum dengan percaya diri memasuki ruangan yang akan menjadi rumah keduanya sehari-hari.Emma terpana dengan desain interior ruangan itu. Interior dengan gaya Victoria terlihat sangat elegan dan mewah. Ruangan itu bagaikan sebuah hotel jika peralatan elektronik tidak tersusun di atas sebuah meja panjang, pengunjung pasti akan salah mengiranya. Ruangan yang di dominasi oleh warna hijau sehingga memberi atmosfer sejuk dengan beberapa tanaman hijau di beberapa sudut ruangan. Permadani berwarna hi

    Last Updated : 2021-10-18
  • The Devil CEO   Tim IT

    “Bukankah lantai empat puluh lima memang disediakan untuk para pegawai, Pak?” tanya Json , pria berkepala botak tadi.“Memang benar. Namun karena keterlambatan, maka Emma mendapat punishment dari beliau,” jelas Ryan.“Tapi, hari ini pekerjaannya lumayan banyak, Pak. Belum lagi komputer di sana harus kita perbaiki dan install ulang Windows-nya.” Mac merasa tidak tega juga mengingat begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.Emma hanya mengamati para lelaki itu berdebat secara bergantian. Ketika memasuki ruangan tadi, ia sudah melihat beberapa komputer di atas meja panjang. Perihal menginstal ulang, sudah biasa di lakukannya. Namun untuk memperbaiki kerusakannya perlu data dari pegawai yang sudah menganalisanya.Ryan terdiam sejenak dan berpikir. “Apakah kamu sanggup melakukannya, Emma?” tanya Ryan kemudian.“Bisa, Pak. Jika teman-teman lain dapat menjelaskan kerusakannya di bagian mana,” jawab Emma mantap.Ryan tersenyum lega. Para lelaki hanya mengge

    Last Updated : 2021-10-21
  • The Devil CEO   Melissa Yang Misterius

    Kampus Merbaya Tahun 2015.“Apakah benar situs web kampus telah di retas?” Suara seorang mahasiswa di tengah kerumunan yang sedang bergunjing. Mereka memegang ponsel sembari menutup mulut dan mata memelotot karena melihat web kampus berisi kritikan pedas dan gambar Rektor yang sudah di edit menjadi bentuk meme yang sangat lucu untuk di pandang.“Ini baru betul. Aku salut sama peretas ini.” Suara mahasiswa lainnya memuji dan manggut-manggut tanda setuju.Kampus Merbaya yang merupakan kampus ternama kini seakan terbalik. Di serang oleh peretas handal dan membocorkan beberapa rahasia kampus seperti pemberian beasiswa pada keluarga dan kerabat dosen dan pegawai kampus saja.“Mahasiswa jurusan Information Technology berkumpul di aula jurusan.” Terdengar pengumuman di seluruh kampus memanggil mahasiswa dan mahasiswi IT untuk berkumpul.“Semoga saja bisa menyelesaikan masalah kampus kita yah.” Beberapa mahasiswa harap-harap cemas. Mereka berharap agar

    Last Updated : 2022-04-01
  • The Devil CEO   Bentakan Pertama

    “Aku belum pernah melihat seorang programmer begitu cepat menemukan masalah dan menyelesaikan coding.” Suara Trojan yang entah sejak kapan berdiri di belakang Sobig. Bukan hanya Trojan saja tetapi Mac juga ada di sana. Mereka dengan mata memelotot dan belum percaya dengan apa yang dilihatnya. “Kamu benar-benar hebat, Emma.” Puji Trojan lagi.Emma hanya menyeringai dan langsung bangkit berdiri dari kursi Sobig. “Mohon bimbingannya untuk kerja selanjutnya,” pinta Emma pada ketiga lelaki yang menatap kagum padanya.“Aku akan membantu kamu,” ucap Mac.“Aku juga.” Trojan juga tidak mau kalah. Mereka berebut untuk menolong Emma. Sangat langka menemukan wanita cantik dan jenius seperti Emma.“Apakah diperbolehkan?” tanya Emma lagi. Sebelumnya sudah diberitahuka oleh Ryan bahwa Emma-lah yang harus menyelesaikan semua pekerjaan hari ini.“Aku akan meretas cctv di ruangan kita ini.” Trojan berinisiatif agar pertolongan mereka tidak ketahuan. Mac mengangguk setuju. “Komputer di

    Last Updated : 2022-04-01
  • The Devil CEO   Kegugupan dan Emosi

    Di kursi kebesarannya, Ethand duduk terdiam menatap bunga hortensia yang di rawatnya seperti anak sendiri. Keindahan bunga tersebut tidak mampu menghibur hatinya. Pikirannya di penuhi oleh wanita yang baru beberapa kali ditemuinya, Emma Liandra Jones.“Komputer ini sepertinya eror. Panggilkan wanita itu untuk memperbaikinya.” Perintah Ethand pada Ryan yang berdiri menatap bingung dirinya sejak setengah jam yang lalu. Komputer itu belum dinyalakan namun atasannya sudah menilainya error. Ryan menggeleng kepalanya heran. Namun atasan tetap atasan. Dengan cepat ia merogoh ponsel dari saku celana kerjanya dan menelepon manajer tim IT.“Sudah dihubungi, Pak.” Ryan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan kembali berdiri tegak dihadapan atasannya itu.“Silahkan tunggu di meja kerjamu.” Perintah Ethand. Ryan langsung menunduk sejenak ke arah Ethand dan berbalik pergi dari ruangan kerja Ethand.Ethand melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Ibu jarinya menge

    Last Updated : 2022-04-01
  • The Devil CEO   Seperti Singa

    “Bagaimana tampang CEO baru kita, Emma?” tanya Trojan ketika melihat Emma sudah kembali. Mac dan yang lainnya juga turut menunggu jawaban dari Emma. Sejak pergantian CEO, mereka belum pernah bertemu CEO baru tersebut. Mereka hanya mendengar jika CEO baru itu sangat kompeten dan terkesan kejam.“Masih sangat muda,” jawab Emma lalu berjalan menuju meja kerjanya. Sobig hanya melihat Emma sebentar dan membiarkan yang lainnya menginterogasi Emma.“Apakah seumuran denganku?” tanya Mac ingin tahu.Emma memperhatikan Mac sejenak. “Kurang lebih.”“Jadi benar CEO baru kita adalah cucu tunggal dari tuan Alves. Dia sudah kembali.” Ucapan Mac membuat yang lainnya bingung.“Apa maksud dari perkataanmu, Mac?” tanya Ruby.“Namanya adalah Ethand. Sebelumnya dia berkuliah di luar negeri. Aku tidak tahu pasti di negara mana ia menuntut ilmu. Yang jelas, semenjak ia kuliah, CEO baru kita tidak pernah kembali. Banyak yang berpikir ia telah meninggal. Namun pada kenyat

    Last Updated : 2022-04-01

Latest chapter

  • The Devil CEO   CINTA

    Setelah kejadian di menara jam Ester selalu setia menemani Darek di rumah. Merawat dan menjaga suaminya dengan penuh kasih. Seminggu sekali mereka berdua akan pergi mengunjungi Emma di rumah sakit.Sudah sebulan Emma belum sadarkan diri. Selama itu pula Ethand selalu setia mendapinginya. Setiap hari ia akan membacakan berbagai cerita novel dan juga mendengarka musik bersama. Ia akan bergantian bersama Alin dan Jane untuk menjaga wanitanya itu.Seperti hari ini, Ethand kembali membacakan sebuah novel romantic pada Emma. Perlahan Emma menggerakan jari telunjuknya. Hal itu tidak disadari Ethand. Lelaki itu dengan ekspresi mendalami cerita tersebut terus membaca novel pada kekasihnya. Sampai pada cerita itu selesai, Ethand meneteskan air matanya karena kisah dalam cerita novel itu sungguh bahagia berbeda dengan kisah cintanya bersama Emma. Sampai saat ini, Emma belum sadarkan diri.Ethand menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan Emma. Ethand merasa nyaman ketika menggenggam tangan

  • The Devil CEO   Permintaan Ethand

    Emma baru saja selesai mandi dan berniat untuk istirahat namun ponselnya terus berdering. Ia segera mengambil ponselnya. Matanya membelalak kaget ketika membaca isi pesan dari Johan Prima. Lelaki itu mengirim gambar wajah Darek yang sudah membiru.Tanpa pikir panjang Emma langsung mencari koordinat telepon Johan. Setelah mendapatkannya Emma langsung keluar dari rumah Caroline. Namun naas, ketika sampai di depan Wilobi mall, Emma sudah dibekap oleh sebuah sapu tangan yang berisi bius. Tidak lama kemudian wanita itu tidak sadarkan diri.Emma hanya bisa mendengar suara samar-samar para lelaki disekelilingnya. Kepalanya terasa berat dan pusing. Setelah itu Emma tidak mendengar apa-apa lagi dan gelap sepenuhnya.***Rasanya baru terlelap namun kini hawa dingin menerpa tubuh Emma. Ia perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa berat namun karena pandangan di depannya terlihat asing ia berusaha sadar sepenuhnya. Ia sangat terkejut ketika melihat siapa lelaki yang duduk di depannya.Bar

  • The Devil CEO   Berita Heboh

    Tujuan Emma dan Caroline datang ke Nuni’s Club dan bertemu Johan adalah untuk mendapatkan sidik jari lelaki tersebut. Database prima corp di setting menggunak sidik jari Johan sendiri. Sehingga Emma dan Caroline untuk bertemu dengan lelaki kejam itu.“Jadi bagaimana apakah kamu bisa masuk ke dalam database mereka?” tanya Caroline yang sudah tidak sabar.“Tentu saja, Carol. Lihatlah…” Emma mempersilahkan Carol melihat semua data penting yang disembunyikan Johan begitu rapat. Betapa kagetnya ia ketika melihat data kepemilikan Prima Corp adalah orang tua kandungnya.“Dasar brengsek!” Caroline mengepal kedua tangannya. Wajahnya memerah karena menahan marah. Ia boleh mengemis pada pamannya itu ternyata malah sebaliknya. Sungguh kejam Johan pada orang tuanya. “Aku tidak ingin menunggu sampai besok, malam ini juga dunia harus tahu betapa kejam dan tidak punya perasaan lelaki bernama Johan tersebut.Emma segera menuruti perkataan Caroline. Ternyata Prima Corp adalah miliki wanita yang menolon

  • The Devil CEO   Jebakan

    Suasana Nuni’s Club malam ini mengingatkan Emma pada kejadian lampau. Dimana ia dipukul oleh Daniel Jiani dan diselamatkan oleh Ethand. Dimana ia diselamatkan kedua kalinya di hari yang sama. Hari terpuruk dan terendah dirinya.Emma mengenakan sebuah dress yang sedikit ketat dan menampakkan tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang sebahu dibiarkan terurai. Wajahnya sedikit dipolesi riasan.Sedangkan Caroline memakai pakaian yang kurang kain. Bagian dadanya terbuka lebar dan dress di atas lutut. Di tambah dengan high heels yang membuatnya terlihat tinggi dan juga cantik. Apalagi dia lama hidup di Spanyol.Kedua wanita itu melangkah masuk ke dalam Nuni’s Club. Caroline memakai wig dan menambahkan sebuah tahi lalat di atas bibirnya. Sedangkan Emma tampil apa adanya. Hanya sedkit riasan yang membuatnya terlihat berbeda. Ia terlihat seperti wanita karir dengan uang melimpah.“Di mana ruangan mereka?” tanya Emma. Kedua kalinya ia ke tempat ini dan tidak mengetahui ruangan di klub malam tersebu

  • The Devil CEO   Perihal Wanita

    Setelah mendengar Emma berada di Bank Central Vunia, Ethand dan Ryan langsung menuju ke bank tersebut. Namun ia sedikit terlambat, Emma sudah pergi dari tempat itu.“Bolehkah saya melihat rekaman cctvnya?” tanya Ethand pada Ryan.“Ini, Pak.”Ethand segera melihat rekaman cctv tersebut. “Carol?” ucap Ethand. Ia ingat pakaian yang dikenakan mantan kekasihnya pagi ini. Ethand lebih terkejut lagi ketika melihat Emma dengan busana yang sangat berbeda dari biasanya. Ternyata punggung wanita familiar yang dilihatnya sebelumnya adalah Emma. Ethand membanting ponsel Ryan begitu saja dan menimbulkan suara gaduh di dalam mobil. Ryan yang duduk di kursi kemudia hanya bisa terdiam. Ethand sedang marah dan kesal.“Bagaimana bisa aku tidak menahannya pagi tadi?” Suara berat Ethand diiringi dengan hembusan napas kasar membuat Ryan memberanikan diri melihat atasannya lewat kaca spion di depannya. Ethand terlihat berantakan dan juga wajahnya sangat muram.“Apakah kamu bertemu mereka sebelumnya?” tanya

  • The Devil CEO   Rumah Baru

    Black Card sudah diterima Emma. Setelah urusan di bank usai, Emma dan Caroline segera keluar dari tempat itu. Emma berulang kali melirik ke arah cctv. Ia segera mempercepat langkahnya. Carolina juga demikian.“Aku lupa mengenakan masker. Sepertinya kita harus segera berangkat.” Emma dengan nada serius. Ia segera memasang sabuk pengamannya.“Bukankah itu adalah mobil Ethand?” tanya Caroline. Ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan bank itu.Emma melihat dari kaca spion di depannya. Ia masih bisa melihat lelaki itu keluar dengan terburu-buru dari dalam mobilnya. Wanita itu langsung membuang tatapannya ke tempat lain dengan tatapan sendu menatap pada jalanan yang tampak ramai oleh kendaraan.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Caroline.“Aku baik-baik saja,” balas Emma. Untuk membalas Prima ia harus bisa dan menahan rasa rindunya. Emma juga harus bisa membuktikan bahwa ayahnya sepenuhnya tidak bersalah. Semuanya karena perbuatan Johan Prima.Jika cinta merupakan penyakit m

  • The Devil CEO   Kota Lama

    Alves Corp hari ini digemparkan dengan adanya kunjungan tiba-tiba dari Johan Prima bersama putranya. Ethand yang mendengar kabar it uterus berdiam di dalam ruangannya. Ia membiarkan Ryan yang menemui mereka.“Selamat datang di Alves Corp, Pak Johan,” ucap Ryan dengan ramah. Dalam hatinya menahan kesal sekaligus marah ketika melihat senyum dari lelaki perusak Alves Corp tersebut.“Apakah atasan kalian begitu sibuk sampai memerintahkan sekretarisnya untuk menyambutku?” Johan dengan nada serius namun sekelebat senyum terukir di bibirnya. Jenaver yang berdiri di sampingnya hanya terdiam.“Setelah mendapat kunjungan dari investor Jerman, pak Ethand merasa lelah dan kini sedang beristirahat di ruangannya,” jawab Ryan sengaja membawa nama investor yang telah memutuskan kerja sama dengan Prima tersebut. Sontak raut wajah Johan terlihat kesal.“Saya ingin bertemu dengan atasanmu.” Nada suara Johan terdengar serius. Ryan melayangkan senyumnya pada lelaki itu.“Atasan kami tidak akan bertemu den

  • The Devil CEO   Bank Central Vunia

    Fashion Ghotic style yang identik dengan warna gelap terutama hitam dan abu-abu kini dikenakan oleh Emma. Ia berubah sepenuhnya seperti wanita kelas atas yang cantik dan memesona. Wajahnya tetap memakai masker dan kacamata hitam yang menutupi hodeed eyes miliknya. Di tangannya tergantung sebuah tas merek chanel.Di samping Emma berjalan seorang wanita dengan dress yang lumayan ketat dan dipadukan dengan long coat abu-abu dan tidak lupa pula kacamata hitam yang selalu bertengger di hidungnya.Ketika mendekati lift, Emma merasa gugup jika kembali bertemu Jane atau pun yang lainnya. Apalagi lelaki yang dirindukannya semalaman. Caroline melihat kegugupannya dan tersenyum.“Kamu tidak jauh berbeda dengan kayu kering, Emma,” ucap wanita itu.“Aku takut ketahuan,” balas Emma.“Aku saja hampir tidak mengenalimu, apa lagi mereka.” Caroline berusaha menenangkan Emma.Emma mengambil napas dalam lalu dihembuskannya perlahan. Ia terus mengulanginya sampai ahtinya sedikit tenang.Ting!Lift terbuka

  • The Devil CEO   Kembali Dingin

    Ryan dan Jane sudah kembali setelah seharian mencari keberadaan Emma. Mereka bahkan mencari sampai di rumah lama Emma namun tidak menemukannya. Jane terlihat sedih begitu pula Ryan. Sepasang kekasih itu memutuskan untuk kembali.“Kamu temani ibu Emma dan adiknya. Aku harus menghibur Ethand.” Ryan yang membuka sabuk pengamannya dengan lemah. Sepertinya hari ini ia sudah banyak mengeluarkan tenaganya.“Baiklah. Kamu ingat istirahat, Sayang.” Jane dengan lembut memperlakukan Ryan. Walaupun hatinya sedang sedih.Ryan menganggukkan kepalanya lalu keluar dari mobil. Jane menunggu kekasihnya agar melangkah bersama menuju lift.“Padahal Ethand sudah berniat melamarnya.” Ryan dengan nada sedih. Jane di sampingnya seketika berhenti melangkah.“Be-benarkah?” tanya Jane.“Benar, Sayang,” jawab Ryan. Jane mendesah kesal dan merasa iba pada Ethand.“Emma juga sudah lama menantikannya. Namun, kenyataan membuat keduanya malah menjauh.”“Karena itu aku membelikan ini untukmu sebagai hadiah. Tunggu aku

DMCA.com Protection Status