Aku tak menyangka istri yang selama ini kuhina dan kurendahkan karena kukira hanya seorang pengangguran ternyata konten kreator terkenal berpenghasilan besar. Penyesalan memang selalu datang belakangan...
View MoreBab 20POV Rina "Apa? Uang untuk beli sarapan pagi ini bukan dari Mas Rama? Terus dari siapa, Mbak? Jangan ngeles kamu! Kalau bukan dari Mas Rama terus dari siapa heh?" Memangnya Mbak bisa cari uang sendiri!" hardik Dewi dengan nada sinis dan meremehkan.Ingin rasanya aku menamparnya dengan bukti transfer dari pihak aplikasi ke rekening bank milik bapak yang kupegang, tapi aku tahan. Belum saatnya keluarga mertua mengetahui siapa aku sebenarnya saat ini.Aku pun diam saja. Masih ingin melihat kehancuran mereka lebih dulu sebelum aku jujur mengatakan semuanya dan mengambil tindakan serta keputusan kelak. Aku akan mengakhiri semua ini dengan elegan."Ditanya malah bengong! Dasar kakak ipar nggak ada gunanya! Suami sedang susah! Ibu mertua sedang sakit! Eh malah enak enakan sarapan pagi di rumah sendiri!""Cepat ke rumah Ibu sekarang juga, Mbak! Cucian piring dan baju udah numpuk! Makanan juga belum ada satu pun yang dimasak! Padahal Ibu butuh makan karena mau minum obat! Tapi Mbak ditu
Bab 19POV Rina "I-iya, Mas memang udah telat masuk kerja, tapi ... boleh ya sebentar saja Mas ikut sarapan pagi bersama kalian dulu? Nggak habis kan makanan sebanyak ini dimakan kalian berdua?" tanya Mas Rama dengan nada penuh harap saat melihatku dan Aldi tengah sarapan pagi di meja makan yang letaknya tepat berada di depan pintu kamar tidur.Aku menoleh lalu gegas menutup kembali tudung saji yang barusan kubuka.Sarapan pagi sama-sama? No! Setelah apa yang Mas Rama lakukan padaku dan anaknya sendiri lalu dia ingin ikut sarapan pagi bersama? Tidak! Aku nggak sudi! Masih jelas dalam ingatan saat laki-laki itu dengan begitu teganya merampas jatah bulanan yang tak seberapa yang dia berikan itu saat kemarin dia kecopetan di rumah makan.Tanpa memikirkan aku dan Aldi mau makan apa, dia dengan teganya berlalu begitu saja dari rumah ini. Lantas kenapa sekarang aku harus berbaik hati mengajaknya sarapan bersama meski Mas Rama terlihat begitu lemas dan kelaparan? Jujur ... aku tak sebaik it
Bab 18Pov RamaHari sudah hampir pukul delapan pagi saat aku terjaga dari tidur. Kepala terasa sakit akibat semalaman tak bisa tidur nyenyak. Sikap Rina yang tiba tiba berubah dan tak lagi patuh seperti dulu padaku membuatku resah dan gelisah hingga semalaman hanya bisa bolak balik kebingungan di atas ranjang. Mana sudah hampir dua minggu ini aku tak mendapat jatah malam baik dari Yuni maupun Rina, membuat pikiranku kacau balau.Ya, Yuni ternyata hanya mau uangku saja. Dan Rina? Entah kenapa sejak aku menikah lagi, istriku itu jadi berubah dingin dan acuh tak acuh seperti malam tadi.Ah iya, semalam dia juga mengatakan jika dia bertahan hanya karena ingin melihat bagaimana hidup dan nasibku setelah menikah lagi dengan Yuni.Dan ... jujur harus aku akui aku memang menderita sejak menikah lagi dengan wanita itu, wanita yang ternyata hanya menginginkan uang dan tenagaku saja. Tak mencintaiku sama sekali.Ya. Pantas saja, desas desus soal mantan suami Yuni yang meninggal dunia akibat kec
Bab 17Pov Rama"Akhirnya kamu pulang juga, Mas? Sudah satu minggu kamu nggak pulang! Kamu tahu nggak kalau aku butuh makan?" ucap Yuni dengan nada ketus saat akhirnya aku pulang ke rumahnya.Aku mencengkeram tangan kuat kuat mendengar perkataan Yuni itu lalu menatap istri keduaku itu dengan amarah yang saat ini hanya bisa kupendam di dalam hati saja. Tak mungkin berani mengeluarkannya meski rasanya ingin sekali.Ingatan kalau hal itu aku lakukan, bisa bisa nyawaku pindah ke alam lain karena Mas Anton tak akan rela adiknya dicela kai, membuatku terpaksa menjawab ucapan Yuni itu dengan amarah tertahan."Bukannya rumah makan buka terus, Yun? Terus apa salahnya kamu makan di rumah makan sendiri? Masa iya harus nunggu nafkah dari aku dulu baru bisa makan? Kamu kan tau mas capek habis pulang kerja, mana ibu juga sakit," jawabku dengan benak yang sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Yuni.Bisa bisanya punya rumah makan sendiri tapi masih mengeluh soal perutnya yang lapar. Benar b
Bab 16Pov Rama[Mas, kamu lupa jalan pulang? Kenapa kamu nggak pulang-pulang ke rumahku lagi? Sudah satu minggu ini, Mas! Kamu mau coba coba berbuat nggak adil?]Sedang aku mengganti perban yang membalut luka di lutut ibu akibat terjatuh ke aspal saat di serempet orang kemarin yang hingga kini masih jadi misteri bagi keluarga kami, sebab untuk lapor polisi aku juga tidak berani, pesan what-sapp dari Yuni masuk ke ponselku.Aku menghembuskan nafas pelan lalu mengetik balasan dengan hati gundah.[Kamu kan tau Ibu kecelakaan. Walau pun nggak parah, tapi kan butuh perawatan juga. Siapa lagi yang akan merawat ibu kalau bukan mas, karena Dewi dan Vita kuliah.] jawabku.Ya, untunglah luka ibu tidak parah. Hanya lecet dan gores di beberapa bagian tubuh saja dan sedikit terkilir di kaki, sehingga dokter tak sampai menyuruh untuk dirawat di rumah sakit melainkan boleh berobat jalan. Tapi kan tetap repot juga karena namanya juga merawat orang sakit, pasti ada saja perlunya.Masih untung boleh b
Bab 15Pov Rama"Rinl, kamu masak apa?" tanyaku saat akhirnya pulang ke rumah. Sudah tiga malam aku tidur di rumah Yuni, jujur rasanya berbeda dengan tidur di rumah sendiri.Sungguh cepat Yuni berubah memang. Tadinya fine fine aja, enjoy enjoy saja diajak ngobrol, tapi setelah jadi istri, bawaannya kok jadi berubah bawel!Tadinya tak pernah sekali pun dia menyinggung masalah gaji, eh setelah malam pertama mulai lah ribut masalah gaji. Menyebalkan memang Yuni. Ibarat musang berbulu domba. Tadinya kelihatannya jinak ternyata lama lama rewel juga."Masak apa? Aku nggak masak, Mas. Sejak mas ambil uangku kemarin, aku numpang makan di rumah Nina," jawab Rina sambil terus melipat pakaian yang kelihatannya habis dicuci.Aku mendengkus pelan mendengar jawaban istriku itu. Numpang makan tapi penampilan sekarang berubah glowing! Apa numpang skincare an di rumah Nina juga sehingga sekarang penampilan istriku itu berubah menjadi lebih cantik juga?"Aldi mana?" tanyaku tanpa berusaha membantah jaw
Bab 14Pov Rama"Kenapa diam aja? Ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi sehingga kalian ribut ribut di rumah adik saya?" tanya Mas Anton sekali lagi sembari mengedarkan pandangannya ke arah kami bertiga."Ini, Mas ... Ibunya Mas Rama minta supaya aku nggak minta nafkah lagi dari Mas Rama, Mas. Jadi aku bilang kalau nafkah itu adalah kewajiban Mas Rama sebagai seorang suami. Tapi Mas Rama dan ibunya nggak terima, tetap memaksa aku supaya nggak minta nafkah lagi, atau kalau enggak, aku harus rela dijatuhi talak dan terpaksa jadi janda lagi, Mas," ucap Yuni menjawab pertanyaan kakaknya itu.Mendengar jawaban adiknya itu, Mas Anton terlihat marah. Laki laki itu menyapu wajahku dan ibu bergantian dengan tatapan tajam."Benar itu, Bu? Rama? Kamu minta adik saya untuk nggak minta nafkah lagi dari kamu? Apa alasannya sehingga kamu berani meminta hal seperti itu pada Yuni, hah? Bukankah seorang suami memang sudah kewajibannya memberi nafkah pada istrinya? Apa kamu mau membuat aturan baru?
Bab 13Pov Rama"Ayo, kita ke rumah Yuni sekarang! Ibu mau kasih pelajaran sama dia! Enak aja baru nikah udah mau jadi raja! Huh!" Ibu tampak sangat kesal pada Yuni dan gegas bangkit dari tempat duduk beliau lalu berjalan cepat menuju pintu mendahuluiku. Tangannya menyingsing lengan baju dengan kasar."Iya, bener, Bu! Vita ikut, Bu! Pengen kasih pelajaran juga ke Mbak Yuni!" timpal Vita pula sembari mengantongi ponselnya lalu mengambil sendal dan menyusul ibu.Begitu pula Dewi yang cepat cepat ikut bangkit menyusul ibu dan Vita.Melihat ketiga orang anggota keluargaku itu begitu semangat menemui Yuni demi memberi pelajaran pada istri keduaku itu, aku pun ikut bersemangat pula menyusul mereka hendak ikut memberi pelajaran juga pada Yuni.Ya, siapa tahu kalau didatangi dan dikero yok rame rame begini, Mas Anton dan Yuni akan mengalah. Jadi selesai sudah masalahnya. Tak perlu diperpanjang lagi, tak akan ada lagi drama berkelanjutan soal uang nafkah ini. Yuni setuju untuk tak minta nafkah
Bab 12Pov Rama"Rin, kamu habis beli baju baru?" tanyaku sembari meneliti penampilan istriku itu.Rina tersenyum datar lalu menggelengkan kepalanya."Enggak Mas, ini dikasih Nina," jawab Rina dengan suara tenang.Entah bohong atau tidak dia, tapi aku tak punya alasan untuk mencecarnya. Masuk akal juga kalau baju itu pemberian Nina sebab mereka memang berteman dekat. Bisa aja Nina memberikan baju bekas miliknya yang masih terlihat baru itu pada istriku.Aku pun diam mendengar jawaban istriku itu.Selanjutnya aku kembali menoleh ke arah ibu tepat di saat beliau membuka kembali suaranya."Gimana, Ram? Kamu ditanya kok diam aja? Gimana rasanya punya istri orang kaya? Punya rumah makan sendiri? Nggak seperti istri kamu satunya lagi yang bisanya cuma minta uang sama suami. Kalau nggak dikasih nggak bisa makan. Huh! Perempuan seperti itu mah nggak ada istimewanya! Dibuang di pinggir jalan pun nggak bakalan ada yang mau mungut!" ucap ibu sembari melirik sinis ke arah Rina, menyindirnya.Kuli
"Ini buat belanja bulan ini! Dihemat hemat! Nyari uang susah!" ujarku pada Rina, istriku.Kuberikan tujuh lembar uang bermata merah yang diterimanya dengan wajah terlihat gundah.Tapi aku tak peduli. Meski gajiku lumayan banyak, delapan juta rupiah setiap bulan, tapi aku masih punya Ibu dan adik-adik yang harus aku biayai kebutuhan hidupnya setiap bulan. Sementara Rina baru punya anak satu. Itu pun Aldi baru usia dua tahun. Belum punya banyak kebutuhan. Tak seperti Vita dan Dewi, kedua adikku yang sudah kuliah semester satu dan semester tiga di sebuah perguruan tinggi swasta.SPP dan biaya kuliah mereka sangat besar. Tak mungkin aku abaikan. Pun Ibu yang seorang janda yang hanya mengandalkan gajiku semata untuk kebutuhan bulanan mereka, jadilah istriku hanya kebagian tujuh ratus ribu untuk biaya hidup kami satu bulan, sementara Ibu dan adikku kuberi lima juta, sisanya buat BBM aku ke kantor, makan siang dan ngopi di luar sesekali.Selama ini istriku itu sudah sering protes, katanya ke...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments