Garis takdir tidak pernah ada yang tahu. Mungkin, hal itu juga yang sedang menimpa Gauri Alidya. Dia hanya datang sebagai tamu undangan di salah satu acara pernikahan, namun takdir justru mengharuskannya menjadi pengantin pengganti. Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa seorang tamu justru menjadi seorang pengantin?
View MoreSuasana begitu canggung setelah insiden pelukan tadi. Gauri hanya bisa menunduk tanpa bisa melihat ke arah Satya. Jantungnya masih bekerja dua kali lipat dan dia juga yakin jika sekarang pipinya tengah memerah. Tersipu malu."Maaf saya udah lancang meluk kamu tadi," ujar Satya. Pria itu merasa harus meminta maaf melihat wajah tidak nyama Gauri. Itu sebuah refleksi tubuh Satya. Otaknya tak lagi bisa menahan tubuhnya tadi. Mungkin karena terlalu khawatir melihat keadaan Gauri yang memprihatinkan.Dalam hati Gauri tak lagi ingin membahas hal itu karena hanya akan membuatnya teringat bagaimana harumnya tubuh Satya saat memeluknya tadi. Jangan lupakan juga sensasi hangat dan nyaman yang ciptakan dari pelukan itu.'Ya Allah! Aku mikir apa sih?' Gauri memarahi dirinya sendiri.Gauri meluruskan kepalanya. "Iya, gak apa-apa." Walau dengan tangan yang masih saling meremas di balik selimut. "Maaf juga udah bikin Mas Satya khawatir dan harus pulang," kata Gau
"Jadi, bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Ilham sedikit tidak sabaran. Dokter dengan jilbab putih itu sampai tersenyum kikuk sebab dia bahkan belum selesai memeriksa keadaan Gauri. Namun dia maklum setiap orang pasti sangat khawatir melihat sanak keluarga atau orang spesial mereka sedang sakit."Dari hasil pemeriksaan ... Mbak Gauri baik-baik aja. Hanya kelelahan," jawab dokter itu. "Saya akan memberinya obat. Bahkan jika Mbak Gauri mau pulang sekarang juga boleh," lanjutnya tersenyum manis ke arah Gauri.Tak beda jauh dengan Gauri yang juga tersenyum lega. Sarah yang berada di samping Gauri pun ikut mengucap 'Alhamdulillah' karena ternyata Gauri baik-baik saja."Terimakasih, Dok," ujar Gauri."Iya sama-sama," balas dokter itu seraya membereskan peralatannya. Dia lalu menoleh ke arah Ilham. "Mas-nya gak usah terlalu khawatir. Mbak-nya baik-baik aja kok," sambung dokter itu. Gegalat Ilham terlalu kentara jika pria itu memiliki perasaan pada
Gauri berpikir setelah meminum obat pereda nyeri maka sakit perutnya akan beransur hilang. Namun hingga pagi menjelang sakit pada bagian bawah perutnya itu tak kunjung membaik. Bahkan sampai membuat Gauri terlihat semakin pucat sebab semalam tidurnya tak terlalu nyenyak.Sebenarnya Gauri bisa saja meminta izin untuk tidak masuk bekerja hari ini namun mengingat pekerjaan yang sangat banyak membuat Gauri mengurungkan niat."Assalamualaikum!" Gauri sedang bersiap-siap saat seseorang mengetuk pintu kosannya."Walaikumsalam!" jawab Gauri dengan sedikit sempoyongan menuju pintu. "Eh, Bu Gayatri," lirih Gauri saat melihat eksistensi ibu kosnya, Gayatri."Loh, Gauri kamu ke mana?" tanya Gayatri dengan wajah khawatirnya mengamati Gauri dari ujung kaki hingga kepala."Kerja, Bu.""Kamu kan lagi sakit. Kok malah mau berangkat kerja?" tanya wanita paruh baya itu lalu membawa Gauri untuk masuk.Gayatri meletakkan rantang berisi makan
Gauri tersenyum tipis membaca pesan dari Satya. Dia lalu menaruh ponselnya untuk melanjutkan kembali pekerjaan yang telah diberikan Pak Dimas tadi.Tidak hal menarik yang terjadi sampai jam pulang tiba. Saat sampai di rumah entah kenapa Gauri sedikit merasa kurang karena Satya tidak di sana. Wanita itu menggeleng pelan. Mengusir pikiran tak karuannya itu."Mendingan aku cepetan mandi terus ngerjain tugas," gumam Gauri pada dirinya sendiri. Dia benar-benar melakukan segala aktivitas seperti biasanya sendirian.Gauri sudah berusaha untuk fokus pada tugasnya. Namun nyatanya tidak semudah itu. Matanya selalu tertuju pada ponsel yang sedang diisi daya di sampingnya. Tumben sekali Satya tidak menghubunginya. Hingga rasa kantuk mulai menyerang ponsel itu tak kunjung berbunyi."Aku kenapa sih?" tanya Gauri pada dirinya sendiri seraya menepuk-nepuk pipinya. "Mungkin Mas Satya sedang sibuk jadi wajar kalau dia gak menghubungiku," lanjutnya dengan nada mengomel. "Tapi, kok
Malam telah menjelang dan Satya masih sibuk mengurus beberapa dokumen yang berserakan di atas mejanya. Dia dan Yogie akan membuka cabang baru di luar kota membuatnya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya."Bang, ngopi dulu!" kata Yogie yang baru saja datang dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya. Pria dengan balutan kaos putih itu meletakkan satu gelas di atas meja kecil yang berada di samping kanan meja penuh dokumen Satya. Sementara cangkir yang lain tetap dia pertahankan di tangan sambil berjalan menghampiri Satya."Pembukaannya minggu depan. Bang Satya jadi ikut?" tanya Yogie lalu menyeruput kopi di tangannya."Saya belum ngasih tau Gauri," jawab Satya tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya dari dokumen-dokumen itu."Ck! Yang udah punya istri mah beda yah," sindir Yogie berdecak. "Harus minta ijin dulu," lanjutnya dengan nada sedikit mengejek."Ya iyalah! Saya gak mungkin ninggalin Gauri gitu aja tanpa ngasih tahu!" sewot Satya lalu tersenyum jahil ke arah Yogie."Kenapa
Gauri sedang sibuk bergulat dengan beberapa tugas kuliahnya saat Satya datang seraya menenteng ponselnya."Maaf, Gauri ganggu, tapi dari tadi Ibu video call terus katanya kangen sama kamu," ujar Satya dengan nada tidak enak karena sudah mengganggu Gauri."Ya udah sini, Mas!" Gauri meminta ponsel Satya namun bukan memberikannya, Satya malah menarik Gauri untuk duduk di tepi tempat tidur. Walau bingung Gauri tetap mengikuti saja tanpa protes.Satya lalu menekan tombol panggil pada nomor ibunya. Seakan memang sudah menunggu panggilan dari Satya, sang ibu dengan cepat mengangkat panggilan itu."Assalamualaikum, Bu!" "Walaikumsalam!"Suara Indah terdengar begitu nyaring membuat Satya dan Gauri kompak tersenyum. Satya mengarahkan kamera ke arah Gauri. Tahu jika sang Ibu ingin bertanya pada menantu kesayangannya itu."Gimana kabar kalian di sana? Kalian baik-baik aja kan?" tanya Indah."Alhamdulillah, Bu. Kami baik-ba
Satya telah selesai dengan semua masakannya. Pria itu berniat mulai hari ini dia akan menyiapkan makanan untuk Gauri, untuk mereka. Untuk apa punya suami seorang koki jika tidak bisa menyenangkan istri, iya kan? Padahal Satya akui masakan Gauri tidak seburuk itu. Tapi, wanita itu sudah tidak percaya diri memasak untuk Satya lagi. Tidak apa-apa, lagipula Satya bahagia bisa memasak untuk Gauri.Makanan yang terlihat begitu indah dipandang mata dan pastinya enak kini tertata rapi di meja makan Gauri yang sederhana itu. Pria itu baru akan beranjak untuk mengajak Gauri sarapan namun Gauri datang lebih dulu dengan pakaian yang sudah rapih. Melihat makanan yang di atas meja membuat Gauri diam sejenak."Yuk sarapan dulu!" ajak Satya mempersilakan Gauri untuk duduk. Wanita itu tidak menjawab dan malah langsung duduk. Aroma masakan Satya menggelitik indra penciumannya membuat Gauri seketika lapar.Gauri benar-benar menikmati hidangan yang Satya s
Pada kenyataannya Satya tidak seberani itu mengatakan semuanya. Hal yang baru saja terjadi berasal dari angannya saja. Satya memang pergi dari sana namun bukan ke arah Gauri melainkan ke arah dapur. "Gak, Kak Ilham! Bukan gitu!" Gauri menampik. Wanita itu kemudian menunduk sebentar lalu mendongak kembali. "Aku bukannya gak suka sama Kak Ilham. Tapi, aku cuma gak mau terlibat dalam hubungan yang akan menimbulkan dosa," lanjut Gauri. Wanita itu bukanlah seorang wanita ahli agama namun dia masih tahu cara membatasi diri. Terbukti selama ini Gauri tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Dia ramah dan tidak sedikit pria yang menyukainya sampai menyatakan cinta. Namun Gauri selalu menolak dengan halus. Alasan ingin fokus pada pekerjaan dan kuliah bukan hanya bualan semata. Gauri menekuni dua kegiatannya itu tanpa ingin terganggu hubungan yang menurutnya hanya buang-buang waktu.Dan sekarang ditambah lagi statusnya sudah bersuami---walau hal itu masih disembun
[Gauri: Mas Satya malam ini mungkin aku bakalan pulang telat soalnya temen kerja ngajak buat makan malam di luar][Satya: Iya gak apa-apa😊]Mungkin Satya memang mengirim pesan itu dengan emot tersenyum namun di wajahnya tidak ada senyum sama sekali. Pria itu malah menghela napas panjang, menaruh ponselnya lalu melanjutkan kembali pekerjaannya."Loh, Bang Satya belum pulang?" tanya seorang pria yang tengah memakai jaket kulit berwarna hitamnya, Yogie."Pengen lembur," jawab Satya santai."Ck!" Yogie mendengus. "Ganti cuti kemarin?" ejeknya pada pria yang terpaut lebih tua darinya dua tahun."Iya. Takutnya kalo gak diganti gajiku dipotong," canda Satya memasang wajah memelas yang justru membuat Yogie ingin memukul wajah tampan pria itu."Sumpah Bang! Pengen nonjok," ujar Yogie dengan wajah kesalnya. Bukannya takut Satya malah tertawa di sana.Yogie yang kini berbalut pakaian serba hitam itu merogoh kunc
Maria, wanita berusia 49 tahun itu hanya bisa menggeleng pasrah melihat bagaimana putrinya yang sedang bersolek di depan cermin seraya tersenyum manis."Kamu udah cantik banget itu, Ri. Mau sampai kapan dandannya? Itu Clara udah nungguin loh dari tadi," ujar Maria mengingatkan Gauri Alidya--putrinya--jika sahabat karibnya Clara Utari sudah menunggu. Bahkan sejak tiga puluh menit yang lalu."Iya, Bu. Bentar lagi," jawab Gauri masih sibuk memakai eyeshadow untuk mempercantik matanya."Iya, Ri. Bener. Emang kamu mau pengantinnya minder karena lebih cantikan tamunya?" Clara gadis berusia 27 tahun;seumuran dengan Gauri itu ikut menggoda Gauri."Ya ampun kalian ini ganggu aja. Nanti make up-nya gak selesai loh ini," protes Gauri menatap jengah kedua wanita yang sedang berdiri di ambang pintu.Maria dan Clara tersenyum puas karena berhasil menggoda Gauri. Keduanya memilih mengobrol di ruang tamu seraya menunggu Gauri selesai. Butuh waktu sekitar sepuluh menit dan Gauri pun datang dengan gaun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments