Share

Bab 3 : Tidak Terima, tapi Harus Menerima

“Elo? Ngapain lo kesini?” ujar Jonathan yang tampak terkejut dengan kehadiran teman sekelasnya.

Rachel terdiam tak menjawab, bukan karena dia tidak tahu jawaban atas pertanyaan Jonathan padanya, melainkan lidahnya terasa kelu untuk menjelaskan.

Dengan cepat Rachel pun menduga jika Jonathan adalah cucu Anthoni yang dimaksud Jacob kemarin. Namun bukankah Jacob berkata jika cucu Anthoni adalah pemuda baik? Hal ini sungguh bertolak belakang dengan kenyataan yang dia tahu.

Mungkin Jacob belum tahu bagaimana perilaku Jonathan selama di sekolah. Sang pembuat onar yang selalu mencari masalah. Andai Rachel tahu jika cucu Anthoni adalah Jonathan, maka Rachel tidak akan menyetujuinya.

Sungguh Rachel ingin menarik kembali ucapannya, dia tidak ingin menerima perjodohan ini. Namun ketika akan membicarakannya pada Jacob, kehadiran seorang pria tua menarik atensi semua orang.

“Selamat sore, maaf sudah membuat kalian menunggu,” sapa Lim, pengacara opa Anthoni. Lalu melangkah dan menyalami semua orang yang tengah berkumpul.

“Baiklah kedua keluarga telah berkumpul, apa kita bisa memulainya sekarang?” ujar Lim yang kini duduk di kursi tengah, di antara keluarga Lesham dan Shaquille.

“Lim, kau sudah bisa memulainya sekarang!” perintah Nicholas pada sang pengacara.

“Baiklah saya akan membacakan surat wasiat dari Tuan Anthoni Lesham.” Lim membuka dokumen yang tersimpan pada tas kotak hitam. Memasukkan kode beberapa digit, hingga akhirnya kotak hitam itu terbuka. Ada beberapa lembar kertas yang nantinya akan dibacakan di depan seluruh anggota keluarga Lesham dan Shaquille.

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Anthoni Lesham, dengan ini menyatakan bahwa seluruh harta benda yang saya miliki selama hidup, akan saya wariskan seluruhnya untuk Jonathan Attaya Lesham, cucu kesayangan saya dari anak saya yang bernama Nicholas Lesham. Berikut syarat yang saya minta. Jonathan harus menikahi anak perempuan dari kerabat saya, Jacob Shaquille,” ucap Lim membacakan kalimat yang tertera pada lembaran kertas pertama.

Jonathan yang merasa namanya disebut, sontak terkejut dengan mata terbelalak.

“Hah? Menikah? Om Lim jangan sembarangan. Mana mungkin Opa memberi syarat seperti itu. Sungguh tidak masuk akal," ucap Jonathan gusar.

Mendengar ucapan yang terlontar di mulut Jonathan, mengundang reaksi Rachel yang sama-sama tidak setuju dengan isi surat wasiat tersebut.

“Maaf tuan Jo, ini sudah sesuai dengan isi wasiat tuan Anthoni. Dan di sini juga tertulis, bahwa jika selama setahun ini tuan Jo belum menikahi putri dari tuan Jacob Shaquille maka tuan Anthoni akan mencabut hak warisan untuk tuan Jo. Dan menyumbangkan sepenuhnya bagian tuan Jo pada sebuah yayasan,” ucap Lim sembari memandang pada Jonathan dari balik kacamata kotaknya.

“Pi, apa ini artinya jodohku sudah diatur sama opa Anthoni?” Kini Jo menatap ke arah Nicholas yang tengah berpikir dan mendalami isi dari wasiat itu.

Tentu isi wasiat itu menguntungkan dirinya, Jonathan adalah putranya. Selama Jonathan menyelesaikan pendidikan, maka dialah yang memegang kendali atas perusahaan Lesham Corp.

“Tentu, lakukan sesuai isi wasiat itu. Papi sangat mendukung,” jawab Nicholas dengan entengnya, membuat Jonathan geram. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menentukan sendiri siapa jodohnya kelak?

“Lalu bagaimana jika Jo menolak perjodohan ini?” ucap Jonathan yang membuat Rachel menoleh ke arahnya.

Bagaimana mungkin ayahnya menjodohkan dengan pemuda biang kerok macam Jonathan? Rachel ingin protes, dia pun tidak setuju dengan perjodohan ini. Jonathan bukanlah tipenya, meskipun mempunyai wajah tampan dan tubuh atletis. Rachel lebih menyukai pemuda alim yang pintar, bukan macam Jonathan, murid yang dua kali tidak naik kelas dan banyak membuat keonaran.

Rachel terus menahan dirinya untuk tidak berkata apapun. Walau bagaimanapun dia menghormati Jacob dan tidak ingin mencoreng nama baik keluarga Shaquille dengan sikapnya yang tidak sopan.

“Sesuai dengan persyaratan tuan Anthoni, maka tuan Jo tidak berhak atas warisan,” jawab Lim dengan wajah tenang.

“Sebaiknya kita mengadakan acara pertunangan untuk anak kita. Bagaimana Jacob apa kau setuju?” bukannya mengerti perasaan putranya, Nicholas berucap seolah tak membutuhkan pendapat Jonathan.

“Saya setuju dan putriku juga sudah menyetujuinya. Tentu pertunangan itu diperlukan untuk mengikat hubungan mereka,” jawaban Jacob membuat Rachel melenguh frustasi.

Seketika dia menyesali tindakannya yang sudah menerima keinginan Jacob, tanpa mengetahui dahulu siapa pemuda yang dijodohkan untuknya.

“Papi serius? Jo harus bertunangan sama cewek seperti ini?” celetuk Jonathan yang masih merasa tidak terima dengan perjodohan ini.

“Tentu Jo. Bukankah kalian sudah saling mengenal? Tentu kalian harus mengikat hubungan terlebih dahulu dengan sebuah pertunangan. Satu tahun lagi setelah kalian lulus, kita akan membuat acara pernikahan untuk kalian. Bagaimana?” ujar Nicholas dengan entengnya. Tentu dia tahu perasaan Jonathan, namun dia tidak peduli. Baginya hak warisan itu harus jatuh ke tangan Jonathan.

“Tapi Pi, Jo tidak menyukai si kutu buku ini?”

“Jo, jaga bicaramu! Kau harus menghargai keberadaan keluarga Shaquille. Pertunangan ini akan tetap terjadi. Apa kau ingin membuat opa Anthoni bersedih?”

Ucapan Nicholas membungkam Jonathan, kini dia hanya bisa menerima. Wajahnya terlihat ditekuk karena merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

Rachel bisa melihat raut kekecewaan yang tergambar di wajah Jonathan. Dia pun sama kecewanya dengan Jonathan, namun dia sudah terlanjur menyetujui, sehingga Rachel pun harus menerima.

“Bagaimana kalau kita adakan acara pertunangan di hari Sabtu?” saran Nicholas.

“Tentu, semakin cepat semakin baik. Kami setuju!” jawab Jacob sembari mengangguk.

Apa? Hari Sabtu? Itu artinya seminggu lagi dirinya akan bertunangan dengan Jonathan?

Rachel tidak habis pikir dengan takdir yang membuat hidupnya harus berurusan dengan pemuda urakan seperti Jonathan.

Tatapan Rachel mengarah pada Jonathan yang sedari tadi menatapnya penuh dendam. Dia membalas tatapan itu tak kalah sengit. Tatapan penuh permusuhan yang hanya mereka berdua yang tahu.

Hingga acara pertemuan itu usai, baik Jonathan ataupun Rachel tak ada salah satu dari mereka yang saling menyapa.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status