Jonathan harus memenuhi syarat untuk mendapatkan warisan. Menjalani perjodohan dengan Rachel sesuai dengan surat wasiat dari sang Kakek. Surat wasiat yang mempunyai batas waktu satu tahun. Pertunangan antara Rachel dan Jonathan dilakukan mesti mereka masih duduk di bangku SMA, tujuannya untuk mengikat, agar nantinya setelah lulus sekolah keduanya bisa langsung menikah. Jonathan yang tampan, keren, kapten basket yang diidolakan para gadis. Sedangkan Rachel si kutu buku gadis pintar dan sangat membenci Jonathan si biang kerok. Keduanya bermusuhan dan saling membenci. Rachel lebih menyukai pemuda pintar dan suka baca buku, sementara Jonathan punya kriteria gadis yang sangat bertolak belakang dengan Rachel yang cupu. Akankah mereka bisa menyembunyikan identitas mereka dari para guru dan teman-teman? Ketika benih-benih cinta mulai muncul di hati keduanya, namun mereka sama-sama tak menyadari dan bahkan bersikap saling memusuhi. Ikuti terus kisah cinta Jonathan Rachel. Jodoh yang sudah tertulis dalam garis takdir, lewat surat wasiat sang Kakek. Cinta anak muda antara Gadis Cupu dan Sang Kapten Basket
View MoreRachel tampak resah, berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Setelah acara pertemuan itu usai, tak ada satu kalimat pun yang terucap dari bibirnya. Tak ada kemungkinan untuk menolak, selain hanya pasrah menjalani takdirnya.Perasaannya kini campur aduk. Antara takut, gelisah dan belum siap untuk menikah. Semenjak kepergian papa Jacob, tiada tempat nyaman untuk mengadu. Menurutnya waktu satu minggu terlalu cepat. Pernikahan yang akan membuatnya, menjalani kehidupan baru dengan pemuda tengil yang kini telah menjadi kekasih sekaligus tunangannya.Rachel melihat jari manisnya, dimana tersemat cincin emas putih bukti pengikat hubungan antara dirinya dan Jonathan. Sungguh rasanya seperti mimpi. Hal yang tak pernah dia pikirkan akan terjadi tak lama lagi.Rachel beralih memandang kotak-kotak hantaran yang tersusun rapi di atas meja belajar. Barang-barang pemberian keluarga Jonathan sebagai simbol acara lamaran tadi.Tangannya meraih salah satu kotak dengan ukuran paling kecil. Set perhiasan
Rachel kembali berdiri, namun tatapannya tak teralihkan dari ketiga mobil yang mulai memasuki pekarangan rumah.Mobil milik Nicholas berada paling depan. Tak selang lama, Nicholas dan Debora keluar dengan penampilannya yang terlihat elegan.Setelan jas formal warna hitam melekat di tubuh tegap Nicholas. Sementara Debora mengenakan dress panjang dengan warna senada. Sebuah kalung berlian tersemat di leher jenjangnya, membuat penampilan Debora tampak berkilau dan berkelas.Natasya membawa putrinya melangkah lebih dekat untuk menyambut orang yang tak lama lagi akan menjadi besannya.Rachel segera menyapa kedua orang tua Jonathan seraya mencium tangan dengan santun. “Apa kabar nyonya Maria?” sapa Nicholas ramah pada nenek Maria.“Seperti yang terlihat, keadaanku sudah sehat dan membaik,” balas nenek Maria seraya tersenyum simpul.Menyusul pengacara Lim yang turut datang bersama dengan istrinya. Rachel berusaha menampilkan senyum terbaiknya, meski dalam hati masih penasaran dengan apa mak
“Ini ada orang gak dikenal ngirimin mami foto sama video. Papi coba lihat!” ucap Debora seraya menyerahkan ponsel pada suaminya. Raut wajah Nicholas tampak datar, melihat foto dan video itu. Memang benar itu video tentang putranya, namun baginya tak ada masalah. “Siapa kira-kira yang ngirim itu, Pi?” tanya Debora dengan raut penasaran. Dalam beberapa foto menampilkan putranya yang tengah keluar dari sebuah bangunan resto dengan posisi menggendong sang menantu. Bisa dipastikan foto itu diambil diam-diam kemarin malam. Sementara video berisi penampakan putranya yang tengah berdiri menunduk dengan posisi kepala masuk ke dalam mobil. Entah apa yang dilakukan Jonathan saat itu. “Kirim nomor pengirimnya! Nanti biar aku suruh orang untuk menyelidiki!” perintah Nicholas seraya mengembalikan ponsel ke istrinya. Disambut anggukan Debora. Pembicaraan Nicholas dan Debora cukup membuat Jonathan penasaran. “Ada apa sih, Mi? Foto apa?” tanya Jonathan setelah menyelesaikan acara makannya. “Fo
Terkejut bercampur malu, Rachel kembali menundukkan pandangan. Memilin ujung selimut untuk meredakan degup jantung yang mulai bertalu. Haruskah Rachel marah? Sedangkan dia tahu jika kondisinya yang tak sadar, bahkan sangat merepotkan pemuda itu. “Tapi semalam..” Rachel menjeda ucapannya. Malu rasanya menanyakan hal yang pribadi, tapi Rachel ingin memastikan jika semalam pemuda itu tak melakukan tindakan yang di luar batas. “Kenapa, Bae? Kok gak dilanjutin?” Rachel tampak bingung untuk mulai, tapi dia begitu penasaran akan hal yang terjadi semalam hingga membuat Jonathan tidur satu kamar dengannya. “Semalam kita gak ngapa-ngapain kan, Jo?” ucap Rachel setelah mengumpulkan keberaniannya. Wajahnya masih menunduk malu, namun matanya melirik ke wajah Jonathan. “Tenang aja, kita semalam gak ngapa-ngapain. Hanya..” Jonathan sengaja menjeda ucapannya. Ingin melihat reaksi kekasihnya. Dan benar sesuai dugaannya, gadis itu menegakkan pandangan dan membalas tatapannya dengan raut wajah te
“Bae, Bae.. Ada gue di sini! Lu gak sendiri..” bisik Jonathan tepat di depan telinga gadis yang tampak gelisah dalam tidur. Kini posisi Jo duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur menyentuh dahi Rachel. Namun tiba-tiba Jonathan terkejut tatkala tangannya merasakan suhu tubuh Rachel yang panas. Rachel demam! “Astaga, Bae. Lu sakit?!” Bergegas Jo mengeratkan selimut di tubuh Rachel, ketika melihat tubuh kekasihnya menggigil. Jonathan beranjak keluar dari kamar menuju tempat penyimpanan obat. Mengambil alat kompres instan, lalu beralih mencari obat penurun demam. Sayangnya, Jo kurang paham akan nama-nama obat. Ingin hati bertanya pada asisten rumah tangga, namun Jonathan tak enak hati membangunkan mereka. Jonathan meraih ponsel, mencari dengan cepat obat penurun panas pada daftar pencarian. “Paracetamol,” gumamnya mengingat seraya membaca label obat yang tersedia di kotak p3k. Akhirnya dia menemukan obat yang dicari. Segera Jonathan mengambil segelas air putih dan membawan
Jonathan terlalu larut dalam gelombang hasrat yang membuat telinganya tuli. Dia sama sekali tak mendengar panggilan dari asisten yang kini sudah pergi, setelah meletakkan baskom berisi air dan handuk kecil di sisi meja, samping pintu. Jo merasakan tangan Rachel yang menepuk-nepuk dadanya. Segera dia melepaskan pagutan, sebelum kekasihnya itu kehabisan nafas. “Gue sayang sama lu, Bae!” Suara Jonathan terdengar serak di antara deru nafas yang memburu. Ciuman yang berlangsung cukup lama, membuat Rachel hampir kehabisan oksigen. Jonathan masih dalam posisi mengukung tubuh Rachel. Dahi mereka melekat, hidung keduanya bersentuhan, kedua pasang mata saling pandang. Menciptakan gelombang cinta yang menghanyutkan hati kedua insan. Perlahan mata lentik itu kembali terpejam. “Bae? Ganti baju dulu?” Jonathan menjauhkan wajahnya. Menyadari jika Rachel sudah tertidur, diapun urung membangunkannya. Jonathan beralih melihat ke arah pintu yang sudah tertutup. Melangkah untuk mengambil barang yang
Jonathan memacu mobilnya sembari memikirkan langkah yang terbaik. Tidak mungkin jika dia membawa Rachel pulang ke rumahnya dalam keadaan mabuk seperti ini. Bisa-bisa nenek Maria akan marah, dan membuat kondisi kesehatannya memburuk. Atau lebih baik Jo membawa Rachel pulang ke rumah? Tentu orang tuanya akan bisa memahami keadaannya sekarang. Ya, sepertinya dia sudah mendapatkan jalan keluar. Jo akan membawa Rachel pulang ke rumahnya. Jo meraih ponsel dan segera menghubungi Debora. Niatnya agar maminya tak terkejut melihat dia pulang membawa Rachel. Jonathan menunggu beberapa detik hingga panggilan terhubung. Menyalakan mode loudspeaker agar tak mengganggu selama dia fokus menyetir. “Halo, Jo. Kenapa?” Suara Debora terdengar. “Mami dimana?” “Mami lagi keluar sama papi, mungkin malam atau besok pagi baru pulang. Kenapa Jo?” Jonathan tak menjawab, dia tengah berpikir. Jika orang tuanya tidak ada di rumah, lalu bagaimana dia harus minta tolong mami untuk menghubungi keluarga Rachel?
Jonathan hendak melangkah ke bar minuman, untuk mengatakan pada waiters jika minuman yang datang tidak sesuai dengan apa yang dipesan. Namun langkahnya tertahan, kala tangan Rachel mencengkeram erat pergelangan tangannya. “Mau kemana, Bae? Jangan tinggalin gue!” ucap Rachel dengan suara lirih. Sorot matanya menatap pada Jonathan penuh harap agar pemuda itu tidak pergi meninggalkannya barang sekejap pun. Jonathan urung pergi, memutuskan untuk kembali duduk. Kini dirinya tahu apa yang membuat Rachel mendadak berubah. Minuman yang dia pesan adalah minuman soda. Namun yang datang justru long island yang mengandung alkohol. Bagaimana tidak membuat kekasihnya mabuk? “Chel, kita pulang?” “Idih, ngapain sih buru-buru. Masih asyik juga di sini, Bae!” Rachel kembali bergerak mengikuti alunan musik. “Lu mabuk, kita harus pulang!” tegas Jonathan. Dari jarak pandangnya, dia bisa melihat wajah Rachel yang sudah memerah. Rachel tak menyahut, justru bergelayut manja di lengan kekar Jonathan sem
“Bae, mau pulang sekarang?” Jonathan balik bertanya. “Jangan dulu pulang, Chel. Lagian acara belum selesai. Tunggulah dulu, sampai kita puas kumpulnya,” celetuk Rio disambut lirikan tajam Mila, mengisyaratkan Rio agar diam, tidak ikut campur. “Kalau lu pengen pulang sekarang gak masalah sih, Chel. Kalian bicara baik-baik ya,” timpal Mila seraya menepuk pundak Rachel dan bergerak menjauh. Menghampiri Rio dan menariknya keluar dari kerumunan. Sebenarnya Rachel ingin segera pergi dari tempat itu. Namun melihat tatapan Alisha dan teman sekelasnya yang lain, seakan menahannya untuk tetap di sini. “Pulangnya nanti aja, bareng sama lain.” Entah sadar atau tidak, saat Rachel menjawab itu. Dengan keberanian yang entah datang dari mana, Rachel meraih tangan Jonathan. “Terus di sisi gue, biar lu gak salah paham lagi!” tegas Rachel seraya mengulas senyum tipis. Bak mendapat angin segar, keresahan Jonathan pun mendadak hilang. Berganti dengan rasa bahagia melihat perubahan sikap Rachel yang
Tok.. Tok.. Tok.. Pintu kamar diketuk, tak lama terdengar namanya dipanggil. “Rachel, apa papa bisa masuk?” Ya, itu suara Jacob, ayahnya. Rachel segera menutup buku LKS, dan beranjak dari meja belajarnya untuk membukakan pintu. “Apa kamu sedang sibuk, nak? Ada satu hal yang ingin papa bicarakan, ini sangat penting,” ujar Jacob, setelah melihat wajah putri kesayangan muncul dari balik pintu. Wajah Rachel terlihat mengerut, membuat kacamata tebalnya sedikit melorot dari batang hidung. “Ada hal penting apa, pa?” tangan Rachel bergerak untuk membenarkan posisi kacamatanya. Meskipun Rachel masih bingung, namun dia tetap membuka lebar pintu kamar agar Jacob bisa masuk. Jacob mengulas senyum, tak menjawab pertanyaan putrinya namun dia tahu kabar ini mungkin akan mengejutkan putrinya. Jacob menuntun Rachel untuk duduk di tepi ranjang. Kamar Rachel terlihat sangat bersih dengan warna putih yang mendominasi. Rachel masih menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Jacob. “In...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments