Share

Bab 5 : Jo, Kembali Berulah

“Rachel, ambil cincin dan sematkan di jari calon tunangan mu nak,” ucap Jacob selanjutnya yang langsung dituruti oleh anak gadisnya.

Jo sudah menyodorkan tangan kirinya untuk menerima cincin itu.

Kini jari manis Jo dan Rachel sudah tersemat cincin pertunangan. Yang masing-masing telah terukir nama calonnya. Cincin Jo dengan nama Rachel, cincin Rachel dengan nama Jonathan.

Semenjak acara pertunangan itu, Rachel tak hentinya memikirkan Jonathan. Entah semenjak melihat Jo mode serius, hati Rachel tertarik namun dia selalu menepis perasaannya. Jonathan tidak pernah memandangi seserius itu, bahkan Rachel merasa senam jantung melihat tatapan Jo kala itu.

Hari Senin, Rachel berangkat sekolah diantar oleh ayahnya. Memang sudah menjadi kebiasaan, pulang pergi, Jacob yang akan mengantar jemput Rachel.

Di dalam kelas, entah mengapa Rachel merasa sedikit grogi, tidak seperti biasanya. Melihat pada bangku kosong di sebelahnya. Jonathan belum datang, tentu bocah tengil itu akan datang paling akhir. Detik-detik terakhir sebelum bel sekolah berbunyi.

Rachel menghembuskan nafas panjang, ‘Sudahlah, ngapain juga mikirin bocah tengil, mending aku baca buku.’ ujarnya dalam hati.

Sepuluh menit kemudian bel sekolah berbunyi, bangku-bangku kelas mulai terisi. Tak lama guru bahasa Indonesia datang. Bu Lastri, guru yang terkenal baik dan pengertian.

Rachel sempat melupakan Jonathan yang belum juga menampakkan batang hidungnya.

Hingga saat Bu Lastri mengajar di depan, ketukan pintu membuat semua mata tertuju pada siswa yang berdiri di ambang pintu. Ya, Jonathan datang terlambat.

“Selamat pagi, Bu Lastri. Maaf saya datang terlambat. Bangun kesiangan,” ucap Jonathan sembari nyengir, seakan tak merasa takut sama sekali. Untung hari ini bukan pak Supri yang mengajar. Jika pak Supri, sudah pasti Jonathan harus keliling lapangan bola.

“Masuklah Jonathan, duduklah! Lain kali jangan ulangi lagi. Pasang alarmmu biar bisa berangkat tepat waktu," ucap Bu Lastri ramah. Tentunya dia tidak akan menghukum siswa yang orang tuanya sangat berpengaruh di sekolah.

Jonathan dengan santai melangkah menuju bangku di samping Rachel. Hari ini Jonathan bisa bersikap jumawa, karena Bu Lastri yang mengajar.

“Buka buku LKS kalian, buka halaman 65. Ibu akan membahas tentang Karya Ilmiah,” ucap Bu Lastri lalu menjelaskan beberapa materi yang telah ia rangkum, dan meminta para siswa untuk mencatat bagian-bagian penting.

Rachel terlihat fokus pada buku LKS di hadapannya. Meskipun degup jantung kembali terpacu semenjak kedatangan Jo. Namun dia berusaha konsentrasi dan mengabaikan Jo yang terlihat kebingungan. Mencari buku dari dalam tasnya.

“Sial, gue lupa bawa buku LKS. Hei, kutu buku bisa bagi dikit bukunya? Maksud gue, baca barengan," ucap Jo berbisik.

Hembusan nafas Jo menggelitik permukaan pipinya. Membuat Rachel dengan malas menoleh ke arah Jonathan.

“Apa lo? Gitu amat liatin gue," ucap Jo yang merasa tidak nyaman ditatap tajam Rachel. Jo menarik buku LKS Rachel, namun Rachel berusaha menjauhkan bukunya dari Jo. Hingga terjadi tarik-menarik antar keduanya.

‘Kreekkk’

Dan hasilnya, buku terbelah menjadi dua bagian. Membuat Rachel marah dan hendak mendamprat Jonathan. Dengan muka merah padam hingga kacamata tebalnya melorot.

“Jo, apaan sih! Buku gue rusak jadinya," ucap Rachel sembari menaikkan kacamatanya.

“Lagian lu pelit amat! Rusak kan jadinya," ucap Jonathan dengan entengnya, tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Bahkan Rachel tak mendengar ucapan permintaan maaf yang keluar dari mulut pemuda tengil itu.

Mendengar perdebatan antara kedua muridnya, membuat Bu Lastri menghentikan penjelasan.

“Rachel Jonathan? Kenapa kalian ribut sendiri?” ucap Bu Lastri sambil menghampiri bangku keduanya.

“Ini Bu, Jo merobek buku saya," jelas Rachel dengan muka cemberut.

“Lagian Rachel pelit Bu, gak mau berbagi. Saya lupa bawa LKS," timpal Jo tak mau kalah.

“Sudahlah, nanti perbaiki buku itu Rachel. Hanya terbelah di bagian tengahnya, bukan masalah besar. Baiklah kita lanjut lagi.”

Apa? Bukan masalah besar? Tentu menjadi masalah besar bagi Rachel, yang selalu memastikan kerapian pada peralatan sekolah juga bukunya. Namun Rachel hanya terdiam, mendengar Bu Lastri yang bersikap tidak adil. Bukannya menghukum Jonathan, justru mengatakan jika itu bukan masalah besar. Namun Rachel bisa apa?

Sepanjang pelajaran, Rachel tak memberi ijin Jonathan melihat pada buku LKS miliknya. Rachel sangat marah pada Jonathan yang sama sekali tidak merasa bersalah.

Hingga bel sekolah berbunyi, menandakan jam istirahat. Bu Lastri mulai meninggalkan kelas, setelah menyuruh para murid istirahat.

“Hei kutu buku? Ngapain lo masih marah, hah? Coba aja lo gak tarik bukunya, gak bakal rusak kan bukunya. Artinya Lo yang sudah bikin buku itu rusak, bukan gue,” ucap Jo dengan entengnya. Membuat Rachel tak terima karena terus disalahkan.

Rachel mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Jonathan. Namun sebelum berucap, suara seorang gadis menghentikan niatnya.

“Jonathan.” Mendengar suara gadis di ambang pintu, membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

Jessi Aurora melangkah menghampiri meja Jonathan dengan senyum manis dan tubuh meliuk-liuk. Membuat Rachel terlihat jijik melihat Jessi yang begitu ganjen.

“Hay, Jessi. Kok tumben ke sini?” ucap Jo yang langsung bangkit berdiri. Melihat siswi cantik yang sangat populer itu sampai datang ke kelasnya.

“Gue, tunggu lo dari tadi kali, Jo. Lama sekali," jelas Jessi terdengar merajuk. Matanya menatap sejenak ke arah Rachel, dengan sebelah alis terangkat. Menatap dengan remeh pada gadis yang terlihat cupu.

“Sorry, Jes gue lagi ada masalah sedikit. Ni juga udah kelar. Ayo, kita keluar!” balas Jonathan, lalu segera beranjak dari bangkunya. Berjalan beriringan dengan Jessi.

Namun sebelum menghilang dari balik pintu, Jo sempat menoleh ke belakang dengan menjulurkan lidahnya pada Rachel. Membuat Rachel syok hingga mulutnya terbuka lebar.

“Apaan sih, dasar bocah tengil! Biang kerok! Playboy kutu kupret!” ujar Rachel bermonolog. Dia mengungkapkan amarahnya pada Jonathan.

Jessi Aurora adalah kapten basket cewek, sedangkan Jonathan adalah kapten basket cowok. Tentu keduanya memiliki postur tubuh yang sama-sama tinggi dan begitu serasi ketika berjalan bersama. Berbeda dengan Rachel yang mempunyai ukuran tubuh lebih pendek.

Namun entah mengapa ketika Jo justru pergi meninggalkan Rachel, ada sesuatu dalam hati Rachel yang terasa nyeri?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status